Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berpikir Bebas

Oleh

image-gnews
Iklan
ORANG yang ekstrim biasanya menarik. Tapi orang moderat biasanya yang mendekati kebenaran. Guru filsafat itu mengucapkan itu dengan nada datar, lalu diam. Para mahasiswanya menyeringai. Lelaki di depan ruang kuliah itu memang tidak memikat. Tidak berapi-api. Hanya sedikit menenteramkan. Terutama kalau seraya menerangkan satu bab tentang epistemologi ia menyelingi suasana dengan petilan lagu dari film Blue Angel. Tapi cuma itu. Selebihnya pak guru filsafat layak dilupakan. Ia suka humor tapi kurang sex. Memang ada citra yang hambar tentang orang-orang yang yakin kepada benarnya ucapan (dari seorang Nabi, lho) bahwa "sebaik-baiknya perkara ialah yang tengah-tengah." Ya, hambar. Orang-orang tanpa warna. Tidak tegas. Kompromistis. Kurang punya greget buat memihak kepada salah satu kutub yang sedang berkonfrontasi. Di dalam masa yang membutuhkan hentakan kaki dan gemertak geraham di suatu kurun yang panas dan suram hingga fikiran lalu-lalang seperti petir berlistrik, moderatton sering dlanggap banci. Dan "banci" adalah sesuatu yang menjijikkan, terutama bagi mereka yang menyenangi kejantanan. Atau moderation dianggap sebagai kelambanan khas intelektuil, yang selalu cukup untuk dihina oleh mereka yang menyukai "aksi". Masa seperti itu pernah ada beberapa ribu hari yang lalu. Di sekitar gerakan protes kalangan pemuda Amerika, kata "radikal" menjadi suatu cap yang gagah. Berkat publisitas yang luas, karena hegemoni media massa Amerika, hampir seluruh cendekiawan muda dunia mengenal pamor kata itu. Juga daya tarik dari semangat "Kiri Baru". Kalau tak percaya datanglah ke pelbagai seminar. Biasanya, dalam semangat ini, Amerika Serikat sedemikian dikutuk sebagai "Setan Dunia," hingga apa saja yang dekat denean Amerika dicap sebagai "pion", atau "kompra dor", dan hingga apa saja yang memusuhi Amerika (misalnya Hanoi atau Khmer Merah) dianggap sebagai pahlawan. Ketidak-sukaan kepada Amerika itu juga menyangkut sampai ke masalah gaya hidup yang memang tidak selalu sehat. Hingga inilah semacam ciri baru cendekiawan yang berfikiran progresif memuji-muji kesederhanaan hidup di RRT di bawah Mao Tse-tung. Tapi beberapa ribu hari kemudian lewatlah. Mao Tse-tung mangkat, Hanoi menang, Khmer Merah berkuasa, dan seorang Presiden Amerika yang dipilih dari udik berbicara tentang "hak-hak asasi manusia." Di Afrika, tentara Kuba (dengan baret "Che" Guevara) masuk. Pasukan asing. Di Uni Soviet sejumlah cendekiawan dihukum. Di laut Asia Tenggara beratus-ratus orang-orang malang lebih baik menyabung nyawa mengungsi dari Vietnam yang "dibebaskan". Dan tentang Kamboja .... Dengan cepat, banyak hal mendcsak untuk suatu renungan kembali. Mereka yang dulu kagum ketika mendengar rakyat RRT menggempur gunung tanpa pamrih materiil, kini perlu merumuskan sikap lagi ketika tahu bahwa di Peking, pesawat TV berwarna laku terjual. Mereka yang dulu bertepuk tangan untuk Khieu Samphan, kini harus bertanya apa yang memberi hak Khmer Merah untuk membasmi begitu banyak manusia dan mcmbungkam negeri Kamboja. Tidakkah ini saat kembalinya moderatiol dalam sikap berfikir? Pada saat kita menelaah kembali posisi, penilaian dan tinjauan kita tentang hal-ihwal di dunia sekitar kita, pada saat itu kita mau tidak mau surut sebentar dari pendirian yang tegas, jelas, tidak di tengah-tengah. Tapi rasanya itu bukanlah sikap yang hampa. Sebab jika ada yang dipilih di situ, maka itu ialah pilihan yang dasar keberanian untuk berfikir bebas. Bukan sekedar berani menghadapi fikiran-fikiran lawan yang kita anggap bebal, jika kita mau. Tapi berani menghadapi kesimpulan kawan sefaham dan diri kita sendiri, yang biasanya kita anggap pintar.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

50 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.