Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kontinuitas Tradisi Dan Pesanan

Oleh

image-gnews
Iklan
MENJELANG tengah hari 13 Oktober 1971, sesuatu yang berumur 2500 tahun dicoba dihidupkan kembali. Ini terjadi di sebuah kota kecil yang indah di Iran, Shiraz. Raja negeri itu, yang sewaktu muda bernama Mohammad Reza dan kini bergelar Raja di Raja Aryamehr, berdiri di depan makam Cyrus Yang Agung. Ia berpidato, memuji "pendahulu"-nya yang wafat 530 tahun sebelum Masehi itu. Lalu ia meletakkan karangan bunga. Angin mengibarkan puluhan bendera Iran modern di udara cerah yang kering. Di belakang makam, pucuk-pucuk cemara mendesau. Di sekeliling, ratusan perwira berseragam kebesaran tegak dan ratusan tamu berpakaian upacara dari pelbagai negara hadir. Mereka adalah saksi: Shahinshah Aryamehr -- yang dulu adalah anak seorang Komandan Brigade tentara Persia yang melakukan kudeta --sedang memanjat tangga sejarah yang jauh. Di hari itu ia memaklumkan diri sebagai pewaris yang sah dari pendiri Pasargadae, "mahligai negeri Pars". Makam Cyrus II di Pasargadae, bekas ibukota kuno Kekaisaran Achaemenia itu, memang mempesona. Sederhana tapi agung, makam setinggi 3 meter itu membisu di atas enam tangga batu marmar yang telah dimakan abad. Iskandar Zulkarnain pernah bersedih 2000 tahun yang lalu di sini, ketika ia pulang dari peperangan di India dan mendapatkan bangunan itu telah terbuka serta rusak. Penakluk Persia itu lalu menyuruh Aristohulus, jenderalnya, buat memperbaiki. Kini di abad ke-20 Shah Iran memugarnya lebih jauh ke dalam dirinya sendiri. Dan di kota Shiraz di hari itu para ahli Iranologi pun tak ketinggalan ikut meramaikan peringatan 2500 tahun berdirinya kekaisaran Persia. 250 sarjana dari 2 5 negeri pada membacakan tulisan mereka tentang "Kontinyuitas Peradaban dan Kebudayaan Iran" .... Kontinyuitas? Itulah yang dicari. Di bekas kota kuno Persepolis, sore harinya, sisa-sisa sejarah yang menakjubkan, batu-batu besar yang ditata dan dipahat di zaman yang telah hilang, dicoba diajak bicara kembali. Satu parade besar dipertunjukkan. Yang berbaris adalah pasukan-pasukan berpakaian seragam dari 10 dinasti selama 2500 tahun -- diakhiri dengan pasukan wangsa Pahlevi yang kini memerintah. Namun sejarah, tentu saja, bukanlah sebuah kreasi show business. Masa lalu yang begitu jauh belum tentu punya sambungan dengan masa kini, tidak seperti lakon ketoprak yang bertautan dari adegan demi adegan. "Semua kisah sejarah," kata sejarawan Belgia Henri Pirenne, "sekaligus suatu sintesa dan juga hipotesa". Ia sintesa karena menggabungkan fakta-fakta yang diketahui dalam satu keseluruhan yang padu. Ia hipotesa karena hubungan antara fakta-fakta itu belum tentu dapat dibuktikan. Seringkali, kita memilih hipotesa yang paling menyenangkan. Shah Iran memilih hubungan antara dirinya dengan Cyrus yang Agung. Raja-raja Mataram Islam, yang sebenarnya berawal pada seorang petani yang bernama Ki Ageng Pemanahan, menghubungkan diri dengan Majapahit. Kontinyuitas dibikin, dan lahirlah-sejenis dongeng. Tapi ada sebenarnya kontinyuitas yang tak dibangun oleh dongeng, yang tak dipupuk oleh mithos. Ia berjalan sembari menghimpun pengalaman yang berharga. Ia nampak pada seorang petani Jawa tua, yang tahu kenapa kini banyak hama dan berbicara begini kepada anaknya: "Tanah itu, nak, perlu istirahat, tidak boleh ditanami padi terus-menerus." Kontinyuitas itu juga terlihat pada para petani Bali, yang pandai membangun rumah tahan gempa -- karena mereka, berbeda dengan para arsitek yang baru lulus, kenal betul akan bumi mereka. Berabad-abad. Kontinyuitas itulah yang mungkin disebut tradisi. Tapi ia tak terdiri dari benda-benda: Prambanan, Persepolis atau piramid. Lebih hebat dari Persepolis, lebih menakjubkan dari Prambanan, ialah proses kelahiran semua itu. Apa boleh buat. Jembatan, jalan, mesjid, candi, Persepolis, Jagorawi, atau stasiun angkasa luar, hanyalah hasil akhir. Mereka bisa dibeli, dipesan dari negeri asing atau diadakan dengan paksa. Mereka suatu saat perlu diperbaiki, atau bahkan ditinggalkan. Maka haruskah kita lebih menyukai bangunan-bangunan mati itu di atas segalanya, juga di atas semangat dan kreatifitas sendiri yang tahan lama?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

37 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

42 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

43 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.