Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahasa Tulisan Diprioritaskan

Oleh

image-gnews
Iklan
BAHASA, kata orang tua kita, menunjukkan bangsa. Itu tak berarti bahwa orang tua kita sudah memikirkan suatu konsep "nasionalisme", tentang keutuhan bangsa (nation) dengan bahasa. Sebab bila kita terjemahkan dan renungkan kembali, kalimat di atas sebenarnya hanya menunjukkan kecenderungan suatu struktur masyarakat tertentu keinginan untuk menilai klas sosial seseorang dari cara bertutur orang itu. Dengan kata lain, seseorang ditimbang martabat dan latar belakangnya adakah ia bangsawan atau bukan -- dari cara ia menempatkan kata, dari lagu ia mengucapkan kalimat. Hal ini bisa terlihat dengan jelas dalam bahasa Jawa misalnya. Seorang Jawa yang berlagak priyayi, tapi tak tahu di mana ia harus memakai kata sare dan di mana ia harus menggunakan kata tilem (kedua-duanya berarti "tidur"), akan tak diakui sebagai anggota lapisan yang luhur. Setidaknya ia akan dianggap kurang tahu adat. Maka bahasa pun ikut berfungsi sebagai pengontrol tingkah-laku individu. Pak Tani tak bisa akan seenaknya bersikap kepada Pak Bupati, karena sejak awal proses yang berlangsung di kepalanya untuk menyatakan diri, ia sudah harus menempuh jalur yang ditentukan. Memang mentakjubkan bagaimana bahasa itu bisa menjadi semacam alat penggerak dari jauh, dalam suatu mekanisme remote control, bagi individu yang ratusan ribu jumlahnya. Jelas suatu evolusi yang panjang dalam sejarah sosial-politik telah membentuk jaringan semacam itu. Dan sejarah sosial-politik itu pula, dengan segala korban dan pemenangnya, yang telah menciptakan pusat-pusat tertentu -- tempat orang mengukur diri dalam berbahasa dan beradat istiadat. Bahasa Jawa punya bahasa Jawa-Surakarta, bahasa Bugis punya bahasa Bugis-Bone. Bahasa Indonesia, sebaliknya, belum mempunyai suatu centre of excellence yang sedemikian. Begitu ia berkembang dari bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa pengantar untuk seluruh Nusantara, dan apalagi setelah ia memencar di zaman Indonesia merdeka, ia "kehilangan" suatu pusat. Mungkin tak ada jeleknya. Bahasa ini dengan demikian menjadi bahasa yang mudah diikuti, memiliki basis pendukung yang semakin luas, dan dengan demikian mempunyai kemungkinan yang semakin kaya. Tak ada ukuran yang jelas mana yang "baik dan sopan" dan mana yang tidak. Ia tak perlu menjadi mahal untuk dipelajari. Namun barangkali, seperti kata ahli bahasa, kita membutuhkan kesamaan dalam lambang-lambang. Kalau tidak bahasa Indonesia bukanlah bahasa persatuan. Kita membutuhkan "pembakuan". Dan dari semangat ini lahirlah ejaan baru, misalnya. Ketika para ahli bahasa berhasil memperkenalkan dan mengharuskan kita memakai ejaan yang diperbaharui, enam tahun yang lalu suatu momentum sebenarnya terbangun. Tak kurang dari Kepala Negara sendiri yang menganjurkan agar kita "berbahasa Indonesia yang baik dan benar" -- apa pun artinya "baik dan benar" itu. Di TVRI muncul pelajaran bahasa Indonesia. Di koran-koran diskusi-diskusi terjadi. Di Jakarta nama-nama toko dan gedung tak boleh menunaikan bahasa asing. Tapi ahli bahasa, dengan segala kecenderungan teknokratisnya, rupanya memang tak. bisa diharapkan menjadi para penggerak masyarakat. Momentum yang terjadi telah terlepas. Kita tak segera memanfaatkannya. Seminar demi seminar selesai, belum juga terdengar jawab ke masyarakat setelah ejaan, apa? Kita bahkan tambah kacau sampai 6 tahun ini: apakah "Sujono" berarti "Suyono" ataukah "Sudjono"? Sementara itu, ketika para ahli bahasa kita sibuk memikirkan bahasa tulisan (ejaan adalah sendi pertamanya), kita pun seperti lupa bahwa sekitar 30% bangsa kita tak mengenal bahasa yang disusun dalam huruf Latin itu. Kita lupa pentingnya bahasa lisan, yang mungkin merupakan bahasa komunikasi 75% atau lebih dalam hidup kita radio, TV, khotbah, pidato di balai desa. Kita lalai barangkali bahwa dengan memprioritaskan bahasa tulisan, kita memprioritaskan satu segi dari bahasa kita yang terbatas. Tapi barangkali bahasa memang menunjukkan bangsa. Dalam arti lain: bahwa apa yang baik dan apa yang terlantar di sana mencerminkan apa yang baik dan apa yang terlantar di antara kita.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

4 hari lalu

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada acara peringatan Hari Guru Nasional 2023 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (25 November 2023). Acara ini dihadiri sekitar 7,500 guru. (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.


Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

9 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?


Inilah Vivi, Mahasiswa Baru Termuda Unesa yang Lulus SNBP di Usia 16 Tahun

17 hari lalu

Siti Khodijah bersama anaknya, Lutviana Dwi Jannati yang menjadi peserta termuda yang lolos UNESA jalus SNBP 2024. Unesa.ac.id
Inilah Vivi, Mahasiswa Baru Termuda Unesa yang Lulus SNBP di Usia 16 Tahun

Begini kiat Vivi bisa lulus SNBP 2024 program studi Manajemen Informatika Unesa sebagai calon mahasiswa baru termuda.


Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

20 hari lalu

Ilustrasi Sekolah Tatap Muka atau Ilustrasi Belajar Tatap Muka. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

Kemendikbudristek sudah menyiapkan petunjuk teknis dan panduan untuk membantu mencegah kekerasan di sekolah.


2 WNI Dapat Penghargaan Kepala Perwakilan di Luar Negeri Jepang

24 hari lalu

Bendera Jepang dan Indonesia. Shutterstock
2 WNI Dapat Penghargaan Kepala Perwakilan di Luar Negeri Jepang

Lussy Novarida Ridwan mendapat penghargaan atas kontribusinya mempromosikan dan meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Jepang


Berikut Daftar 14 PSN yang Disetujui Jokowi Termasuk BSD dan PIK 2, Sepanjang 2013-2023 Telah Rampung 190 PSN

26 hari lalu

PIK 2. pik2.com
Berikut Daftar 14 PSN yang Disetujui Jokowi Termasuk BSD dan PIK 2, Sepanjang 2013-2023 Telah Rampung 190 PSN

Pada 2024, Jokowi menyetujui 14 PSN Baru termasuk BSD milik Sinar Mas dan PIK 2 dari Agung Sedayu Group. Rentang 2013-2023 telah rampung 190 PSN.


Hari Ini Pengumuman SNBP 2024, Simak Cara Registrasi Siswa yang Lolos Seleksi

30 hari lalu

Tangkapan layar-Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2024, Prof. Ganefri dalam sosialisasi SNBP yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin, 12 Februari 2024. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Hari Ini Pengumuman SNBP 2024, Simak Cara Registrasi Siswa yang Lolos Seleksi

Jumlah pendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi atau SNBP 2024 mencapai 702.312 siswa.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

34 hari lalu

Peluncuran program INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) fase ketiga, pada 21Maret 2024 di Jakarta. Ini merupakan kemitraan pendidikan antara Pemerintah Australia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

Program INOVASI fase ketiga merupakan kemitraan bidang pendidikan antara kedua negara untuk meningkatkan pembelajaran dan keterampilan murid SD.


Kesetaraan Gender, UNFPA Indonesia Serukan Isu Perempuan Jadi Prioritas

34 hari lalu

Tersangka kasus pencabulan anak di bawah umur, Suradi (20) bersama pasangannya dan keluarga berdoa usai prosesi pernikahan di kantor Satreskrim Polres Malang, Jawa Timur, Kamis 12 Maret 2014. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Kesetaraan Gender, UNFPA Indonesia Serukan Isu Perempuan Jadi Prioritas

UNFPA Indonesia berharap isu kehamilan di kalangan remaja dan pernikahan anak menjadi priortias Pemerintah karena dampaknya ke kesetaraan gender