Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebutan Kaya Dianggap Tidak Sopan

Oleh

image-gnews
Iklan
SUDAHLAH, jangan kepingin kaya. Buat apa? Jangan tegang, biar rupiahmu kena kebijaksanaan 15 Nopember -- yang cuma kau cemaskan ribut-ributnya, tapi sebenarnya tak kau pahami betul. Tenang. Pakailah filsafat sedikit. Viva brevis, rupiah lebih brevis lagi. Begitulah nasehat deras seorang kawan kepada seorang kawannya. Yang diberi nasehat diam saja. Kau pasti pernah dengar ucapan Ki Hadjar Dewantara ini, eh salah, Ki Ageng Suryomentaram barangkali, bahwa "Rengeng-rengeng adol dhawet . . . " Yang diberi nasihat, tak faham bahasa Jawa, diam saja. Artinya si penjual cendol di tepi jalan ternyata bisa berbahagia, sementara yang naik mobil itu menangis tertahan. Kekayaan, dengan kata lain, belum tentu menyebabkan . . . apa namanya itu . . bahagia. Yang diberi nasihat, capek dengan kalimat klise, diam saja. Kalau begitu aku teruskan. Yaitu bahwa kodrat manusia bukanlah buat mencari uang, juga bukan buat jadi kaya. Manusia sebagai homo economicus hanya abstraksi dari pemikir kapitalis, atau mereka yang sinis, yang yakin bahwa manusia diciptakan haus harta. Tidak. Bukan. Aristoteles benar. Manusia bukan makhluk ekonomi, melainkan makhluk sosial. Yang diberi nasihat kini melotot. Kau mau khotbahi aku dengan Mao Tsetung! Kau mau bilang bahwa "rangsangan materiil" untuk bekerja buat masyarakat adalah dasar masyarakat kapitalis -- yakni keserakahan! Kau inginkan manusia seperti robot pengabdi! Utopis! Yang memberi nasihat diam sejenak. Lalu ia melanjutkan. Aku cuma mengutip Karl Polanyi. Siapa itu Polanyi aku tak tahu, tapi ia mengatakan bahwa ekonomi pasar telah menciptakan kesalahfahaman, bahwa determinisme ekonomi adalah hukum umum masyarakat manusia. Padahal motif kita, dorongan niat manusia, tak pernah per se bersifat ekonomis. Sayangnya itulah yang kini terjadi kawan. Juga di RRC. Kau mau apa? Aku terus-terang tak kepingin jadi orang kaya. Dunia tetap membenci orang kaya Di Mesir, Nasser katanya pernah membatasi penghasilan orang. Kalau lebih dari batas tertentu, harus diambil buat negara, yang katanya mewakili masyarakat banyak. Apalagi di RRC di bawah Mao. Bahkan di Inggeris orang kaya dipajak hebat-hebatan, sampai penyanyi laris dan bintang film dan milyuner lain lebih baik tinggal di luar negeri. Di Perancis mereka bisa tetap berduit lebih, tapi siapa tahu. Di Itali sudah ada Brigade Merah. Semua benci orang kaya. Bahkan juga William Benton. Siapa itu Benton? Ia seorang kaya yang mengatakan bahwa ia tidak kaya, ketika di tahun 1968 majalah Fortune menyatakannya termasuk orang terkaya di Amerika Serikat. Ia memang pemilik perusahaan yang membiayai dan menerbitkan Encyclopaedia Britannica, dan itu berarti bisnis besar. Tapi Benton rupanya tidak suka kaya. Ia menyatakan jadi kaya di luar kehendaknya. Sejak mula ia, anak seorang profesor, sudah bertekad: akan meninggalkan dunia bisnis begitu hidupnya sudah lumayan enak. Dan betul. Ia mengundurkan diri dari usaha waktu umur 35 tahun. Tapi ia kaya. Tapi ia tambah kaya. Sehabis berhenti dari bisnis, ia ketemu seorang kawan yang kepepet. Perusahaan kecilnya, yang membikin sepatu, perlu tambahan modal sedikit. Benton cuma mau menolong, dan mengasih $5000. Eh, dalam waktu sepuluh tahun, bagian Benton dari perusahaan itu jadi $125.000. Dan waktu ia menyelamatkan Encyclopaedia Britannica dari kebangkrutan dan kemacetan, ia juga mungkin tak menyangka akan sukses. Siapa akan bisa bikin duit dari mengongkosi penerbitan ensiklopedi? Ternyata duit datang ke Benton, terus. Akhirnya ia hidup sederhana, dan menyatakan bahwa hampir seluruh penghasilannya ia peruntukkan buat Britannica. Maka memasukkan dirinya ke dalam kelas orang kaya raya, menurut penilaiannya, bukan saja keliru, tapi tak sopan. Mengapa sebutan kaya dianggapnya tak sopan? Entahlah. Barangkali ia seorang Pancasilais.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

3 hari lalu

Penandatanganan Kontrak Kerjasama Bantuan Hibah Pemerintah Jepang yang dilakukan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi (kiri) dengan perwakilan dari General Incorporated Association Birdlife International Tokyo (kanan) sebagai organisasi pelaksana proyek pada 25 Maret 2024. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jepang di Jakarta
Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

Bantuan Jepang ini, diharapkan bisa menaikkan pendapatan petani berskala kecil dan mengentaskan kemiskinan di Provinsi Gorontalo


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

17 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

22 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Kenaikan Harga Pangan dan Gaji Tak Seimbang, Ekonom Sebut Bisa Tambah Angka Kemiskinan

23 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
Kenaikan Harga Pangan dan Gaji Tak Seimbang, Ekonom Sebut Bisa Tambah Angka Kemiskinan

Pemerintah mesti membuat kebijakan yang bisa mengendalikan harga pangan karena bisa menambah jumlah kemiskinan baru.


Prabowo Sangat Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tembus 8 Persen: Within Three, Four, Five Years..

23 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan keynote speech pada acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 di Jakarta, Selasa 5 Maret 2024. Mandiri Investment Forum 2024 yang dihadiri lebih dari 25 ribu partisipan baik dari dalam maupun luar negeri itu juga sebagai komitmen Bank Mandiri dalam memberi kontribusi untuk terus mendukung investasi dan memperkuat pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya risiko global. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Prabowo Sangat Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tembus 8 Persen: Within Three, Four, Five Years..

Calon Presiden nomor urut dua Prabowo Subianto kembali menyatakan optimismenya mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Putin Usulkan Pajak Lebih Tinggi bagi Orang Kaya di Rusia

27 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya di hadapan Majelis Federal, di Moskow, Rusia, 29 Februari 2024. REUTERS/Evgenia Novozhenina
Putin Usulkan Pajak Lebih Tinggi bagi Orang Kaya di Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan akan menerapkan pajak lebih tinggi bagi orang kaya di negaranya.


Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

33 hari lalu

Sebuah sepeda digambarkan di tempat kejadian saat penyelidikan sedang berlangsung sehari setelah terjadinya aksi penembakan massal di bagian Kingsessing di barat daya Philadelphia, Pennsylvania, AS, 4 Juli 2023. REUTERS/Bastiaan Slabbers
Philadelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?

Wilayah Philadelphia di Amerika Serikat kini heboh karena disebut Kota 'Zombie', Kenapa?


Ma'ruf Amin Beberkan 3 Strategi Menekan Kemiskinan Ekstrem 0 Persen di Sisa 8 Bulan Pemerintahan

34 hari lalu

Warga tengah beraktivitas pagi di bantaran rel kereta kawasan Cideng, Jakarta, Rabu 7 Februari 2024. Pemerintah menargetkan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia menjadi 0 persen pada 2024, setelah mengalami penurunan 1,12 persen pada 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Ma'ruf Amin Beberkan 3 Strategi Menekan Kemiskinan Ekstrem 0 Persen di Sisa 8 Bulan Pemerintahan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin membeberkan tiga strategi pemerintah dalam menekan angka kemiskinan ekstrem menjadi nol persen pada tahun 2024 ini.


Shah Rukh Khan Ajari Cara Pilih Pemimpin Saat Pemilu di Film Jawan, Perhatikan Kata-katanya

44 hari lalu

Adegan film Jawan.
Shah Rukh Khan Ajari Cara Pilih Pemimpin Saat Pemilu di Film Jawan, Perhatikan Kata-katanya

Dalam film Jawan, Shah Rukh Khan ajari cara pilih pemimpin saat pemilu. Betaka kekuatan rakyat di atas segalanya. Begini pesan dalam dialognya.