Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Candu buat penguasa

Oleh

image-gnews
Iklan
".... den ajembar, den momot lawan den mengku, den kaya segara". Pakubuwana IV. SIAPA yang ingin jadi pemimpin, ia harus ibarat laut. Begitu petuah dalam Wulangreh, ia harus berlapang hati, luas, sanggup memuat dan memangku. Ia bukan advokat dari satu pihak yang berselisih. Memang ada semboyan divide et impera (memecah belah dan menguasai) dan ada juga divide et impera (memecah belah dan berteriak: "amanat penderitaan rakyat"), tapi mungkin sukses ideal seorang pemimpin hanya ditandai oleh dua hal la bisa jadi milik sebanyak mungkin pihak di masyarakat. Dan masyarakat itu tak merasa bahwa ia (dan aparat yang di bawahnya), sebagai sesuatu yang asing dan mengancam, tak bisa mempercaya dan dipercaya. Dengan singkat: ada dukungan, ada legitimasi. Sebab ia bisa jadi semacam pohon rindang, tempat siapa saja bisa berteduh. Tapi bukankah di masyarakat ada unsur yang anu dan unsur yang itu, unsur yanq bleg-bleg-bleg dan unsur yang dok-dok-dok? Bukankah suatu negeri tak bisa jadi tempat berlindung bagi musuh-musuh negeri itu -- kecuali bila negeri itu mau bunuh diri? Bukankah di negeri Pancasila kita tak bisa mengayomi yang "anti-Pancasila", seperti halnya di negeri "klas yang revolusioner" orang tak bisa melindungi "klas yang kontra-revolusioner"? Jawabannya: nanti dulu. Hal pertama yang harus direnungkan ialah bagaimana pandangan dasar kita tentang bernegara. Yang berpandangan Marxistis-Leninistis akan melihat negara dan kekuasaan politik sebagai alat dalam pertentangan. Negara dan kekuasaan politik dengan begitu bukan dimaksudkan untuk memperlihatkan sikap "luas, serba memuat dan memangku seperti lautan", tapi untuk menggebuk siapa yang dianggap lawan. Suasana permusuhan pun terus disetel. Kecurigaan jadi sikap yang terpuji -- dengan diberi nama "kewaspadaan". Tak mentakjubkan, bila rakyat kebanyakan ditaruh dalam posisi yang diteliti. Bila seratus orang rakyat pada suatu pagi ramai-ramai senyum, atau bertepuk, atau pilek, hampir bisa dipastikan bahwa seorang pembesar akan berbisik-bisik: "Mereka itu ditunggangi, eh". Dan tumbuhlah dalam negeri seperti itu, terutama dalam aparat pemerintahan, "kultur intel". Ciri dari "kultur" ini adalah teriakan hampir tiap bulan tentang adanya ancaman, dan pelototan mata hampir tiap minggu ke arah luar pintu: menebak musuh. Adapun tentang siapa yang "musuh" dan siapa yang bukan, tentu saja si berkuasalah yang menentukan. Si tertuduh tak banyak kesempatan (apalagi hak) membantah. Jika ini dianggap sewenang-wenang, memang begitulah. Kaum Marxis-Leninis menyatakan, bahwa hukum - yang di negeri lain dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh berat sebelah -- bagi mereka justru merupakan alat dari klas yang berkuasa. Memang, Marx dan Lenin bukanlah pengarang Wulangreh. Tapi kiranya tak bisa diingkari bahwa pengaruh Marxisme sangat kuat. Juga di Indonesia. Para pionir pemikiran politik Indonesia, terutama Bung Karno, bukan orang asing dengan Marxisme. Bahkan suasana menerima Marxisme-Leninisme pernah berkembang leluasa kira-kira sepuluh tahun yang ial l. Tak akan mengejutkan bila banyak di antara orang Indonesia yang di tahun-tahun itu baru berkenalan dengan pemikiran politik, sadar atau tak sadar terbawa oleh ide-ide? dasar faham tadi. Mungkin banyak yang kini menyatakan anti. Mungkin ada yang mengakui bahwa tak semuanya jelek dari sana. Yang jadi soal ialah: adakah cukup banyak yang kini ngat, bahwa semangat totaliter Marxisme-Leninisme bisa seperti candu, yang terus mempenyaruhi sikap dan pandangan seseorang tanpa disadarinya sendiri. Candu itu tentulah bukan candu bagi rakyat. Sebab, rakyat ternyata bukan yang jadi hakim, bukan pula jadi jaksa.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

50 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan memberikan sambutan saat deklarasi relawan Garda Matahari di Jakarta, Jumat 17 November 2023. Relawan Garda Matahari mendeklarasikan dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden dari koalisi perubahan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.