Setelah menangkap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, Komisi Pemberantasan Korupsi seharusnya memprioritaskan pemeriksaan terhadap Ratu Atut Chosiyah. Gubernur Banten itu patut diduga terlibat kasus suap ini sesudah KPK mencokok Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan. Bila terbukti memerintahkan adik kandungnya itu menyuap Akil, Ratu Atut bisa ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Dalam gugatan hasil pemilihan kepala daerah Lebak, Banten, yang diputus Mahkamah Konstitusi itu, kepentingan Atut sangat jelas. Sebagai tokoh Golkar, ia tentu mendukung pasangan yang disokong partainya, yakni Amir Hamzah-Kasmin, yang ternyata hanya kebagian 34 persen suara. Pasangan Golkar itu kalah oleh pasangan Iti Oktavia-Ade Sumardi, yang didukung Partai Demokrat dan enam partai lain, dengan mengumpulkan 62 persen suara. Putusan Mahkamah untuk mengulang pemilihan kepala daerah Lebak tentu saja menguntungkan Partai Golkar Banten, yang sekarang dipimpin Hikmat Tomet, suami Ratu Atut.
Melihat konstelasi itu, tak masuk akal bila dalam kasus ini Ratu Atut tidak mengetahui sepak terjang Wawan, adiknya yang juga Bendahara Partai Golkar Banten dan Ketua Angkatan Muda Partai Golkar Banten. Pengusutan KPK kelak diharapkan mengungkap lebih jauh peran Wawan.
Di Provinsi Banten, Wawan sangat dekat dengan pejabat eksekutif dan legislatif. Sebagai pengusaha konstruksi, dia merupakan penerus bisnis klan Chasan Sochib, sang bapak, yang juga tokoh sangat disegani di Banten semasa hidup. Dia bahkan dijuluki "gubernur jenderal" atau "king maker" karena kehebatan aksesnya atas proyek-proyek daerah. Jangkauan pengaruh Wawan bertambah luas ketika istrinya, Airin Rachmi Diany, memenangi pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan-kendati pemilihan sempat diulang.
Kekuasaan besar itu mendatangkan kejayaan materi luar biasa. Koleksi belasan mobil mewah yang ditemukan di rumah Wawan di Jalan Denpasar, kawasan Kuningan, Jakarta, merupakan salah satu bukti. Bukan hanya Ferrari, Rolls-Royce, Toyota Camry, dan Lexus, Wawan juga memelihara Lamborghini Aventador, yang di pasar berharga lebih dari Rp 12 miliar. Hal ini belum terhitung beberapa rumah yang dimilikinya. Kekayaan yang sangat mencolok di tengah rakyat Banten yang rata-rata hidup miskin.
Barangkali itu sebabnya sejumlah mahasiswa Banten merayakan penangkapan Wawan dengan mencukur habis rambut mereka. Para mahasiswa itu menduga Wawan berada di belakang sejumlah penyelewengan anggaran di Provinsi Banten selama ini.
Pemeriksaan terhadap Wawan dan Atut semestinya tak hanya akan menjelaskan apa yang terjadi di Kabupaten Lebak. Pengembangan kasus dua bersaudara ini semestinya bisa menjelaskan sejumlah kasus di Banten. Misalnya, dugaan penyelewengan dana hibah bantuan sosial menjelang pemilihan Gubernur Banten-yang dianggap Atut sebagai bagian dari kampanye hitam untuk memojokkannya.
Walhasil, politik "kekerabatan" dan politik dinasti yang dibangun Ratu Atut-dengan lima kerabat dekat menguasai kabupaten dan kota di Banten-terbukti banyak menimbulkan mudarat. Politik dinasti merusak sistem checks and balances yang dibutuhkan untuk menangkal korupsi, sekaligus menopang tegaknya demokrasi.