Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ukuran penilaian

Oleh

image-gnews
Iklan
IA seorang mahasiswa dengan baju longgar yang barangkali ketinggalan zaman. Ia tak merokok dan tak naik Honda tak naik Suzuki. Ia bersepeda. Hampir tiap hari pedal itu digenjotnya dengan sepatu Cibaduyut yang dibelinya dari seorang rekan. Sepatu itu nampak agak ganjil di ujung kakinya yang kurus, tapi ia sendiri bukan mahasiswa yang aneh. Kecuali bahwa ia bersepeda. Kecuali bahwa ia tidak berbicara banyak. Dan kecuali bahwa ia bernama Sokrates. "Sokrates?", tanya petugas pendaftaran mahasiswa baru heran, ketika ia menyebutkan namanya tiga tahun yang lalu. Sokrates mengangguk, dengan harapan bahwa keheranan itu secara resmi akan selesai. Tapi ia tahu petugas pendaftaran itu masih menyimpan calon ketawanya di perut. Ia maklum, meskipun ia juga maklum bahwa bapaknya menyukai nama-nama besar dari sejarah dunia yang sebenarnya tak dikuasainya betul. Maka ia berkata: "What's in a name? Adik saya bernama Karl Marx." Tapi sebenarnya ada juga arti nama itu bagi kakak si Karl Marx yang kelahiran Tulungagung ini. Sejak kecil ia jadi tahu bahwa "Sokrates" adalah nama bapak filsafat di Yunani kuno. Sejak dulu ia tahu bahwa Sokrates dihukum mati karena dianggap terlalu sering menodong para pemuda dengan pertanyaan -- hingga para pemuda itu berfikir. Dan rupanya berfikir serta bertanya bagi masyarakat tertentu dianggap berbahaya dari segi hankamnas, atau bagi keteguhan iman, atau bagi stabilitas pendirian .... Dari situlah riwayatnya bagaimana Sokrates kita ini pun, seperti Sokrates Yunani kuno, terjun ke dalam aktifitas filsafat. Ia memang tak sempat membaca seluruh Bagawat Gita atau Bergson, Hamzah Fansuri atau Hussen, Santayana atau Suryomentaram. Ia memang (lain dari bapaknya) tak mulai dengan nama-nama besar. Ia mulai dengan pertanyaan-pertanyaan kecil. Ia tak berfilsafat dengan kalimat-kalimat cerdas bijaksana. Ia malah menyiasati ucapan atau ungkapan yang selama ini dianggap benar. Mungkin itulah sebabnya ia menjadi tak banyak ngomong. Meskipun tak banyak teman dan dosennya yang menyukai sikap diam Sokrates setelah melontarkan sederet pertanyaan -- yang bagi orang lain kedengaran justru seperti pameran kecerdasan yang pura-pura. Tapi ia telah memasang sebuah stiker besar di kamar indekosnya, berbunyi: "Malu bertanya sesat di jalan." Dan di hari-hari ini, di saat ia merasa kesepian karena tak seorang pun mengacuhkan pertanyaannya (kawan-kawannya sekuliah sedang ramai mengecam pemerintah) ia memutar kaset yang sedang ia gemari: suara sayu Arya Junior di tengah bauran keras musik listrik -- Apa Arti Hidup Ini. Dengan kata lain: juga sebuah pertanyaan. Maka hanya pacarnya yang masih telaten. "Apa pertanyaanmu kali ini, Sokrates?", begitu tanyanya. "Banyak sekali, banyak sekali," jawab Sokrates. "Tapi tak seorang pun mau mendengarkan." "Aku mau mendengarkan." "Hebat. Tapi apa kau tahan? Sebab aku akan bertanya tentang masa depan tanahair. Aku akan bertanya manakah yang harus kita pilih lebih dulu: pulihnya hakhak asasi manusia di sini, atau terjadinya perataan pendapatan, atau lahirnya pemerintah yang bersih. Atau bisakah ketiganya terjadi secara simultan?" "Ah, itu semua abstrak, Sokrates." "Baiklah. Tapi misalnya kau bicara "perataan pendapatan". Ukuran apa yang bisa dipakai untuk menilai kemerataan? Siapa yang berwenang menentukan ukuran itu? Dari mana wewenang itu terjadi? Bagaimana halnya dengan hak asasi orang lain untuk tak tunduk kepada ukuran itu? Perlukah hak tertentu ditiadakan -- misalnya hak mencari kebahagiaan, hak milik, hak waris -- untuk mengurangi peluang hidup yang tak merata?" Pacarnya terdiam. "Mmm." Sokrates memang ruwet.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gejala Rinitis Alergi pada Anak yang Perlu Dikenali Orang Tua

1 menit lalu

Ilustrasi anak alergi. communitytable.parade.com
Gejala Rinitis Alergi pada Anak yang Perlu Dikenali Orang Tua

Kenali empat gejala khas rinitis alergi yang terlihat pada anak, yakni bersin berulang, hidung gatal, hidung meler, dan hidung tersumbat.


Wahana Edukasi Baru, Ajak Anak Mengenal Dunia Penerbangan

4 menit lalu

Seorang anak mencoba wahana baru Flight Academy, kolaborasi Traveloka dan KidZania Jakarta. (dok. Traveloka)
Wahana Edukasi Baru, Ajak Anak Mengenal Dunia Penerbangan

Flight Academy, wahana baru kolaborasi Traveloka dan KidZania Jakarta bisa jadi pilihan mengajak anak menjelajahi dunia penerbangan


Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

4 menit lalu

Huawei Nova 12. gsmarena.com
Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC


Erick Thohir Pastikan Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong Berdasarkan Peta Jalan Timnas Indonesia

7 menit lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat ditemui di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2024. TEMPO/Randy
Erick Thohir Pastikan Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong Berdasarkan Peta Jalan Timnas Indonesia

Apa alasan Erick Thohir dan PSSI untuk memperpanjang kontrak pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong hingga 2027?


Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

8 menit lalu

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo. Foto: Arief/vel
Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

Penarikan iuran yang akan dimasukkan dalam komponen perhitungan harga tiket pesawat itu dinilainya berpotensi melanggar Undang-Undang (UU).


DPR Sisir Kembali Belanja Tidak Prioritas

12 menit lalu

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi di Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta, Sabtu (20/4/2024). Foto : Oji/Novel
DPR Sisir Kembali Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.


Begini Cara Membuat Video Singkat di Instagram Notes

13 menit lalu

Logo Instagram. Kredit: TechCrunch
Begini Cara Membuat Video Singkat di Instagram Notes

Selain teks dan emoji, pengguna dapat memposting video looping berdurasi dua detik yang hanya akan tayang selama 24 jam di Instagram Notes.


Kata Bobby Nasution dan Tito Karnavian soal Gibran Tak Ada Dalam Daftar Penerima Satyalancana

16 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Kata Bobby Nasution dan Tito Karnavian soal Gibran Tak Ada Dalam Daftar Penerima Satyalancana

Nama Gibran sebelumnya diagendakan menerima Satyalancana. Begini jawaban Bobby Nasution dan Mendagri Tito Karnavian.


Riwayat Berkembangnya Mustika Ratu sampai Menjadi PT

16 menit lalu

Logo Mustika Ratu. Istimewa
Riwayat Berkembangnya Mustika Ratu sampai Menjadi PT

Pendiri perusahaan kosmetik Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo meninggal pada usia 96 tahun


Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile

23 menit lalu

Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile

Kompetisi profesional kasta tertinggi di Indonesia yaitu PLN Mobile Proliga 2024 siap digelar mulai 25 April 2024. Untuk memudahkan pecinta voli yang ingin menonton langsung gelaran ini di lokasi pertandingan, tiket pertandingan dapat dibeli melalui aplikasi PLN Mobile.