Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nurul

Oleh

image-gnews
Iklan
APA dia, apa saya? Ancamankah yang datang itu, atau sesuatu yang tak berbahaya? Dapatkah saya menyapanya dengan bahasa yang saya punya, dengan tegur yang saya kenal? Identitas dipersoalkan ketika, lewat pintu gerbang, orang asing pun masuk. Itu kalimat dari James Baldwin, penulis hitam yang termasyhur itu. Itu juga mungkin kalimat untuk banyak orang di hari ini. Malang atau mujur, kini pintu gerbang itu sudah tidak bisa ditutup lagi. Mari kita baca cerita Nurul Agustina. Pengalaman pertamanya ketika orang asing masuk ke dalam dunianya adalah ketika ia duduk di SMA. Seperti dikatakannya sendiri, "Saya terus tumbuh di kalangan yang homogen, yang semuanya beragama Islam." Di SMA negeri itu, ia menghadapi banyak "kesulitan". "Sangat sulit bagi saya menerima kenyataan bahwa teman sebangku saya adalah seorang Katolik yang saleh dan rajin beribadat ke gereja". Sebenarnya homogenitas dunia Nurul sendiri—seperti halnya berjuta-juta orang Indonesia lain—tidak pernah utuh. Ayahnya seorang dosen IAIN, asal Mojokerto, Jawa Timur, dengan latar belakang NU. Ibunya orang Jombang, dari sebuah keluarga Muhammadiyah. Ia lahir di Cipanas, dan keempat saudara kandungnya tak ada yang dilahirkan di kota yang sama. Ia besar di wilayah Jati Petamburan, Jakarta, yang padat itu. Ia bersekolah di Madrasah Ibtida'iyyah. Tak jauh dari madrasah itu ada sekolah seminari, ada juga gereja dan sekolah dasar dan SMP Bethel. Hampir tiap hari keluarga itu mendengar "suara orang sedang berlatih paduan suara" di seminari itu. Ia bertanya kepada ibunya, kenapa orang terus-menerus berlatih menyanyi, dan sang ibu menjawab, "Itulah cara orang Kristen berdoa". Nurul geli mendengar itu. Kemudian inilah yang dilakukannya: "Kadang-kadang, kalau jadwal latihan paduan suara itu bersamaan dengan jam mengaji, maka saya dan teman-teman sepengajian akan mengaji dengan suara yang dikeraskan. Maksudnya, tentu saja, untuk menyaingi suara nyanyian tersebut. Rasanya, saya betul-betul ingin menunjukkan kepada orang-orang itu bagaimana cara berdoa yang baik…." Itulah barangkali "politik identitas"-nya yang paling awal. Ketika di SMA, sikap ini tidak mudah dilakukannya. Nurul tidak berbahagia. Diam-diam ia "menyesali" Tuhan yang menyebabkannya "terlempar ke dalam lingkungan yang demikian", yang membuat ia "tidak aman dan terganggu besar". Ia pun mengukuhkan diri dengan mengikuti pelbagai pengajian. Tetapi batinnya tak puas. Ia "kecewa" kepada Tuhan "yang telah menciptakan perbedaan besar di kalangan manusia". Di samping itu, sosok Tuhan tampil "amat menakutkan". Tuhan menjadi "Yang Maha Pembuat Peraturan", Tuhan yang "suka sekali menghukum hamba-Nya begitu ia membuat kesalahan sedikit saja". Yang menarik dalam Nurul Agustina ialah bahwa ia tidak berhenti dalam posisi yang limbung dan ketakutan—sebagaimana sejumlah pemikir muda muslim dari generasi tahun 1980-an, yang autobiografi intelektuilnya dihimpun dalam Mencari Islam, sebuah buku yang sangat menggugah saya, sebagaimana ia mungkin menggugah orang lain yang merasakan pedihnya pergulatan iman dan identitas menjelang akhir abad ke-20 ini. Dalam kepedihan itu memang ada yang menarik diri, masuk ke dalam benteng, curiga dan marah. Di Indonesia, ada orang-orang Islam yang berseru sangar atau membakar gereja. Di India, ada orang-orang Hindu yang meruntuhkan Masjid Babri. Di Israel, ada orang Yahudi yang menembaki orang Islam yang sedang salat. Di Amerika, ada kaum "fundamentalis Kristen" yang siap membunuh dokter yang menyetujui aborsi. Di depan pintu gerbang yang terbuka, di saat orang yang tak dikenal masuk, selalu ada yang menghunus senjata. Tapi juga ada yang menemukan sesuatu yang lain, bukan paranoia dan kemarahan. Dalam pengalaman Nurul Agustina, yang didapatnya justru "semangat basmalah", yang berasal dari kalimat yang paling banyak kita ucapkan dalam hidup sehari-hari: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Intinya adalah mencintai, juga mencintai suara yang lain, orang yang lain, yang datang lewat gerbang. Nurul bergulat terus sampai pada kesimpulan bahwa Islam adalah fitrah setiap manusia. Sudah tentu "Islam" di sini didefinisikan sebagai "Kebaikan Universal" yang hadir dalam setiap ruang dan waktu. Tiap hasil pemikiran yang bermanfaat untuk peningkatan harkat kemanusiaan dan pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan, tulis Nurul, adalah "pemikiran yang Islami"—tak peduli apakah ia dilahirkan oleh Paulo Freire atau Mahatma Gandhi. Memang, dibaca sekarang, pandangan Nurul mungkin tak mengagetkan lagi. Tetapi ia—seperti mereka yang menulis untuk buku ini—adalah suara yang bergema tentang pertemuan dengan "yang-lain". Di bab terakhir Mencari Islam, kita baca Miranda Risang Ayu. Ia datang dari keluarga Protestan, seorang pengripta tari yang kemudian memutuskan masuk Islam, memasuki dunia sufi, mengenakan jilbab, dan dari pondok kecilnya di Kanayakan, Bandung, seakan-akan mengikhtisarkan nafas buku ini dalam sebuah kalimat yang bagus: "Kunci dari kerendah-hatian terhadap kebenaran yang datang dari luar, saya kira, adalah kemampuan menghikmati perbedaan". Juga, mungkin, sikap yang bebas dari obsesi dengan garis tegas "kemurnian", "keutuhan". Baldwin memakai sebuah kiasan yang orisinal untuk identitas. "Identitas itu ibarat garmen penutup ketelanjangan diri. Paling baik, katanya, jika garmen itu dikenakan longgar, sedikit seperti jubah di padang pasir. Kita akan masih bisa merasakan ketelanjangan kita, dan orang lain masih bisa menduganya". Tidak ada yang sesak, tercekik, mampet. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Para Puteri Indonesia Belajar Kehidupan dari Mooryati Soedibyo, Venna Melinda Dikuatkan Mental

8 menit lalu

Artika Sari Devi dan Baim saat melayat Mooryati Soedibyo. Foto; Instagram.
Para Puteri Indonesia Belajar Kehidupan dari Mooryati Soedibyo, Venna Melinda Dikuatkan Mental

Para Puteri Indonesia membuat kesaksian bagaimana mereka belajar kehidupan dan mendapat semangat dari Mooryati Soedibyo.


Perdana Beroperasi di Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222 Ribu Penumpang

14 menit lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran.  TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Perdana Beroperasi di Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222 Ribu Penumpang

Kereta Cepat Whoosh mencatat jumlah penumpang dalam operasional perdananya selama masa angkutan lebaran tahun ini mencapai 222.309 orang. Adapun volume pengguna tertinggi per hari mencapai 21.500 penumpang.


Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

22 menit lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

Microsoft luncurkan model bahasa AI kecil, Phi-3 Kemampuannya setara dengan teknologi pintar yang dilatih penuh.


Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

29 menit lalu

Pekerja tengah memilah bawang merah di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap penyebab harga bawang merah mendadak melesat bahkan ada yang sampai jadi Rp 84 ribu per kg. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

Ikappi menyayangkan kondisi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah sehingga membuat gagal panen dan memicu kenaikan harga bawang merah.


5 Desain Mendiang Roberto Cavalli: Jam Tangan Cleopatra Hingga Tas Macan Tutul

32 menit lalu

Jam Roberto Cavalli. ubaiprnetwork.com
5 Desain Mendiang Roberto Cavalli: Jam Tangan Cleopatra Hingga Tas Macan Tutul

Roberto Cavalli, desainer legendaris asal Italia meninggal dunia 2 pekan lalu. Tepatnya pada 12 April 2024 diusianya ke 83 tahun.


Sirkuit Mandalika Bakal Didatangi Puluhan Mobil Sport Jepang untuk Berlaga

32 menit lalu

JDM Run menggelar JDM Funday Mandalika Time Attack di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 28 April - 1 Mei 2024.
Sirkuit Mandalika Bakal Didatangi Puluhan Mobil Sport Jepang untuk Berlaga

Sebanyak 85 mobil Jepang performa tinggi dari seluruh Indonesia akan hadir di Pertamina Mandalika International Circuit untuk ikut kompetisi.


Ragam Barang yang Pantang Dimasukkan ke Mesin Cuci karena akan Memperpendek Masa Pakai

33 menit lalu

Ilustrasi mesin cuci. Shutterstock
Ragam Barang yang Pantang Dimasukkan ke Mesin Cuci karena akan Memperpendek Masa Pakai

Pakar menjelaskan apa saja yang sebaiknya tak dimasukkan ke dalam mesin cuci karena bisa memperpendek masa pakai peralatan rumah tangga ini.


MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

34 menit lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (tengah) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (kiri) dan Arief Hidayat (kanan) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, serta capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang diajukan dalam sidang putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

MK menyatakan terdapat beberapa kelemahan dalam UU Pemilu, Peraturan KPU, dan Peraturan Bawaslu.


Single Digital Baru Zico, SPOT! (feat, Jennie) Dirilis 26 April 2024

37 menit lalu

Foto konsep single digital Zico yang berjudul
Single Digital Baru Zico, SPOT! (feat, Jennie) Dirilis 26 April 2024

Zico aktif membagikan cuplikan lagu barunya dengan Jennie di media sosial


Selain Laporkan Kapolres Tangsel, Bos PT SSI Juga Laporkan Petinggi PT KBU Kasus Dugaaan Penggelapan

42 menit lalu

Ilustrasi penipuan investasi. Pexels/Tima Miroshnichenko
Selain Laporkan Kapolres Tangsel, Bos PT SSI Juga Laporkan Petinggi PT KBU Kasus Dugaaan Penggelapan

Tak cuma Kapolres, Wahyu Riadi, Sales Manager PT Sampurna Sistem Indonesia, melaporkan DAU dan ES petinggi PT Kobe Boga Utama ke Polda Metro Jaya.