Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rivai Apin

Oleh

image-gnews
Iklan
Siapa yang pernah sendiri akan tahu bahwa ia tak pernah sendiri. Bahkan sebuah bilik adalah sebuah dunia: selalu ada lumut yang tumbuh dan genting yang bercelah. Waktu, yang mengubah sejarah di jalan-jalan raya, selalu menyeruak ke dalam. Seperti di paruh kedua tahun 1940-an, di Jakarta, ketika sejarah guncang dan getarnya terasa bahkan di ruang privat yang terpisah: di hari itu sebuah negeri nyaris dibatalkan. Hanya tiga tahun setelah Indonesia berdiri, satu pasukan besar datang dari Nederland. Bekas koloni ini pun sekali lagi diambil alih, dan yang mendukung republik baru harus disingkirkan. Di kota itu seorang penyair pernah memimpikan hidup seperti pelaut yang melupakan daratan, tapi di hari itu ia tahu ia tak bisa?. Rivai Apin menggambarkan keadaan itu dalam Dari Dua Dunia Yang Belum Sudah, sebuah sajak panjang yang mencekam. Ia, yang hidup di Jakarta, di hari itu menyaksikan jam-jam pertama kota itu diduduki Belanda. Orang tetap berangkat kerja, tapi ketakutan. Truk, penuh dengan serdadu musuh, berkeliling. Tank mereka bersiap, gagah dan garang. Suasana beku, meskipun manusia, benda dan udara toh masih ?memperlihatkan harga?. Orang-orang berbisik bahwa di Yogya, ibu kota Republik waktu itu, Bung Karno, Hatta, dan Syahrir tertangkap. Republik di ambang hilang. Tapi menarik, bahwa dalam keadaan itu, ada sesuatu yang menyatukan orang banyak: ?Semua dari satu kata dan untuk satu kata.? Satu kata itu mungkin ?kemerdekaan?, mungkin juga ?Indonesia?. Tapi sejauh mana sebenarnya ?satu kata? itu diterima sebagai bagian dari dunia si penyair? Ketika ia pulang, ia resah: Di rumahku aku disambut oleh keakuanku yang belum sudah buku yang terbuka, yang belum dibaca dan buku yang harus aku sudahkan? Di ruangnya sendiri itu, ia tahu ia belum juga bisa bereskan ?keakuan? itu. Sesuatu belum selesai (?belum sudah?) dalam dirinya. Tapi di malam hari ia dengar teror berjalan. Sepatu lares berderap dalam gelap. Ada suara perempuan yang menangis. Mungkin suara seorang istri, mungkin seorang ibu: suami atau anak mereka malam itu ?dibawa? oleh pasukan musuh. Dan penyair itu merasa tak berdaya: Aku hanya bisa menekankan kepala pada papan meja Buncah oleh itu kata yang belum punya bumi tapi telah mengejar pula ke dalam dunia yang belum sudah Rivai tak menyebut apa itu ?kata yang belum punya bumi?, tapi kita tahu: ?Indonesia?, ?republik?, ?kemerdekaan?. Hanya anehnya hari itu, di tengah kesewenang-wenangan pasukan yang menduduki kota itu, kata yang belum mantap berakar itu justru ?mengejar? ke biliknya, ke dunianya: ?republik??dengan tekanan pada ?publik?, betapapun tak jelasnya akar dan batas kata itu?masuk ke sepetak dunia privat. Rivai Apin pernah menulis sebuah sajak yang menyatakan hasratnya untuk ke laut yang dahsyat. ?Aku ingin taufan gila,? tulisnya. Ia ingin berada di sebuah kapal dengan angin sebagai ?teman dan lawan? sekaligus. Ia tinggalkan sebuah lingkungan yang baginya hanya seperti ?batu semua?: sebuah komunitas kebekuan yang mengepung, dungu, membatasi. Ia ingin seperti seorang Sinbad yang gagah berdiri di bawah tiang agung, sebuah subyek yang mandiri, sebuah gumpalan kesadaran yang liat di tengah badai yang hiruk. Tapi di hari itu, di Jakarta, ia tahu ia bukan Sinbad. Ia seorang anggota sebuah kota yang ketakutan; ia sebuah dunia yang ?belum sudah?. Berada di antara ?buku yang terbuka, yang belum dibaca? dan ?buku yang harus aku sudahkan?, ia tak utuh tertutup, tak utuh. Ia risau. Tapi seharusnya ia tak perlu punya ilusi: kini kita tahu bahwa siapa pun adalah sebuah subyek yang buncah. Sebab kini, setelah Freud dan Marx, kita tahu subyek adalah sesuatu yang meleleh, kesadaran yang dirundung bawah sadar, diri yang terasing dari dirinya sendiri karena kerja yang dipaksakan modal dan masyarakat. Kemudian, soalnya: sebagai subyek yang tak pernah ?sudah?, akan lebih jadi manusiakah manusia, bila ia masuk ke dalam sebuah kebersamaan?seperti yang di hari itu terasa di seantero Jakarta?di mana ?semua dari satu kata dan untuk satu kata?? Sebuah dunia publik, di mana ?semua [datang] dari satu kata dan [pergi] untuk satu kata?, bisa menggoda kita?sebuah godaan politik totaliter. Sajak Dari Dua Dunia belum terperangkap ke sana. Teks itu sebuah saksi bahwa di saat itu dunia publik yang ada belum selesai dirumuskan, ?belum sudah?, bahkan nyaris gagal, meskipun sudah bernama: sebuah kebersamaan yang belum jadi batu, sebuah pengertian yang ?belum punya bumi?, sebuah komunitas yang tak berfondasi. Bertahun-tahun kemudian Indonesia berusaha punya jangkar di satu fondasi, tempat menambatkan kebersamaan. Kini hasrat itu jadi problematis. Di tahun 2001 Indonesia tetap sebuah ?dunia yang belum sudah?. Tapi bukankah itu yang justru perlu dicita-citakan: sebuah komunitas yang selalu dalam proses, dalam laku? Politik seharusnya adalah hidup dalam sebuah komunitas yang des?vree?seperti konon dilukiskan pemikir Prancis Jean-Luc Nancy: sebuah kebersamaan yang menampik bila upaya menciptakan diri sebagai komunitas itu menjadi sebuah pekerjaan. Sebab mungkin itulah demokrasi: sesuatu yang selamanya dicari bersama, dengan sedikit pedoman dan ikatan?dengan kata yang senantiasa ?belum punya bumi?. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

38 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

43 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

43 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.