Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekolah Bukan Penjara

Oleh

image-gnews
Iklan

Mengeluarkan siswa dari sekolah karena kenakalannya tidak hanya melanggar hak anak mendapat pendidikan, tapi juga bukan sanksi yang tepat. Hukuman itu hanya memindahkan kenakalan sang siswa dari satu sekolah ke sekolah lain tatkala mereka dipecat. Munculnya kenakalan para siswa justru menumbuhkan pertanyaan sejauh mana kemampuan sekolah itu mendidik murid-muridnya.

Dua pekan lalu, Sekolah Menengah Atas Negeri 46 Jakarta mengeluarkan 35 siswanya setelah mereka membajak bus rute Blok M-Pondok Labu untuk dipakai menyerbu pelajar dari sekolah lain. Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendukung tindakan tegas sekolah ini karena aksi pembajakan bus sudah masuk ranah kriminal.

Bagi Wakil Gubernur, pembajakan itu tak hanya merugikan orang lain, tapi juga sudah melampaui batas kenakalan remaja. Tidak hanya mengecam, Basuki bahkan memerintahkan Dinas Pendidikan Jakarta untuk tidak ragu memberi sanksi tegas kepada pelajar yang bertindak anarkistis.

Pandangan Basuki sekilas benar. Pendapat itu mencerminkan kemuakan dan kejengkelan terhadap kebandelan para pelajar yang terus terjadi. Suara Basuki mewakili kejengkelan publik yang kerap terganggu karena jalanan macet akibat tawuran pelajar. Selain itu, sudah terlalu banyak korban akibat adu jotos sesama siswa, termasuk korban meninggal.

Sayangnya, pendapat ini mengabaikan hak-hak dasar setiap anak yang dijamin konstitusi. Sebab, sekolah adalah tempat pendidikan, bukan arena penghukuman. Dalam dalil pedagogik, sanksi dan hukuman harus mengandung unsur pendidikan sekaligus efek jera. Bagi Basuki dan pengelola sekolah, pemecatan itu mungkin akan memberi efek jera. Kenyataannya meskipun sudah banyak siswa dipecat karena nakal, toh tawuran pelajar tak berhenti juga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Solusinya jelas bukan pada seberapa berat hukuman bagi anak-anak nakal itu. Tawuran sudah ada sejak siswa Jakarta naik bus tingkat pada 1980-an. Mereka yang mati sia-sia juga tak sedikit akibat ulah konyol sok jagoan ini. Dan terbukti tak ada efek jera.

Tawuran dan kenakalan siswa menunjukkan ada yang salah dengan sistem pendidikan dan perilaku panutan yang hidup di masyarakat kita. Bagaimana pelajar tak tawuran jika setiap hari di televisi kita menyaksikan para orang tua adu mulut saling ejek tak lagi mempedulikan tata kesopanan. Bagaimana para siswa tak menyelesaikan problem dengan adu pukul jika di parlemen perbedaan pendapat diselesaikan dengan saling memaki.

Kurikulum sekolah juga bisa jadi penyebabnya. Kenakalan keterlaluan terjadi karena sejak awal siswa tak diajari mengasah logika dan budi pekerti. Pendidikan kita lebih menekankan pada hafalan tanpa menanamkan cara berpikir sebab-akibat dari sebuah kejadian. Pendidikan kita hanya menargetkan kelulusan tanpa mempedulikan kualitasnya.

Memecat siswa nakal adalah cara instan memberi efek jera yang tak mendidik. Kenakalan siswa hanya akibat. Penyebabnya adalah sistem pendidikan yang justru tak mendidik. Ini memang pekerjaan besar kita mengubah sekolah bukan lagi penjara bagi siswa, melainkan-seperti kata penyair India, Rabindranath Tagore-taman kebebasan merengkuh pengetahuan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

59 detik lalu

Ilustrasi menonton film horor. Freepik.com
Mengapa Banyak Orang Senang Nonton Film Horor?

Bioskop yang menayangkan film horor masih terus diminati. Kenapa orang senang nonton film horor? Adakah manfaat bagi kesehatan?


Demonstran Yordania Desak Diakhirinya Perjanjian Damai dengan Israel

1 menit lalu

Massa melakukan protes untuk mendukung warga Palestina di Gaza, di dekat kedutaan Israel di Amman, Yordania, 28 Maret 2024. REUTERS/Alaa Al-Sukhni
Demonstran Yordania Desak Diakhirinya Perjanjian Damai dengan Israel

Ribuan warga Yordania menyerukan diakhirinya perjanjian perdamaian antara negara itu dengan Israel, sebagai protes atas gesonida di Gaza


Cerita Bos PT SHB Tersangka TPPO Berkedok Magang Ferienjob saat Pertama Kali Libatkan Mahasiswa Indonesia

6 menit lalu

Enik Waldkonig, WNI tinggal di Jerman tersangka dugaan  TPPO, FOTO: istimewa
Cerita Bos PT SHB Tersangka TPPO Berkedok Magang Ferienjob saat Pertama Kali Libatkan Mahasiswa Indonesia

Bos PT SHB, Enik Waldkonig, menyebut ia pertama kali melibatkan mahasiswa Indonesia di program ferienjob pada 2022


Jadwal Liga Jerman Pekan Ke-27: Ada Der Klassiker Bayern Munchen vs Borussia Dortmund, Simak 5 Fakta Menariknya

7 menit lalu

Pemain Bayern Munchen, Harry Kane, Serge Gnabry, Eric Dier, Thomas Mueller dan Leon Goretzka merayakan kemenangan timnya setelah kalahkan Lazio dalam Leg Kedua Liga Champions di Allianz Arena, Munich, Jerman, 5 Maret 2024. REUTERS/Angelika Warmuth
Jadwal Liga Jerman Pekan Ke-27: Ada Der Klassiker Bayern Munchen vs Borussia Dortmund, Simak 5 Fakta Menariknya

Jadwal Liga Jerman pekan ke-27, akhir minggu ini, akan menampilkan laga Der Klassiker Bayern Munchen vs Borussia Dortmund. Simak 5 fakta menariknya.


Tim Ganjar-Mahfud Ungkap 4 Aspek Abuse of Power Jokowi dalam Politisasi Bansos

9 menit lalu

Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan atau bansos beras kepada masyarakat penerima manfaat di Kompleks Pergudangan Bulog Kampung Melayu, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, pada Rabu, 20 Maret 2024. Foto Sekretariat Presiden
Tim Ganjar-Mahfud Ungkap 4 Aspek Abuse of Power Jokowi dalam Politisasi Bansos

Menurut Chico, Ganjar-Mahfud tidak mempersoalkan siapa yang menang dan kalah, namun menggugat masalah penyelenggaraan Pemilu 2024.


Ojol dan Kurir Tidak Dapat THR, Kemenaker: Perlu Harmonisasi Kebijakan

21 menit lalu

Pengemudi ojek daring tengah menunggu penumpang di dekat Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa 19 Maret 2024 Kementerian Ketenagakerjaan telah menyatakan bahwa pengemudi ojek daring dan kurir logistik berhak mendapatkan tunjangan hari raya atau THR keagamaan. TEMPO/Tony Hartawan
Ojol dan Kurir Tidak Dapat THR, Kemenaker: Perlu Harmonisasi Kebijakan

Status kemitraan ojol berkaitan dengan kewenangan beberapa kementerian atau lembaga lainnya.


Mengulik Keragaman Kuliner Khas Jawa Timur, Banjarmasin, hingga Lombok

23 menit lalu

Bebek Songkem. (dok. Indonesia Kaya)
Mengulik Keragaman Kuliner Khas Jawa Timur, Banjarmasin, hingga Lombok

Ada tiga episode web series dalam format dokumenter membahas tentang filosofi, cara hingga tips memasak kuliner setiap daerah


7 Tanda yang Biasa Ditunjukkan Orang Menjelang Kematian

26 menit lalu

Ilustrasi kematian. Forbes.com
7 Tanda yang Biasa Ditunjukkan Orang Menjelang Kematian

Pengalaman setiap orang menjelang ajal tak selalu sama. Namun memahami tanda bisa membantu keluarga lebih ikhlas saat kematian menjemput.


Kontroversi Pilpres 2024: Kilas Balik Cawapres Gibran Disebut Nepo Baby oleh Media Asing

27 menit lalu

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka memberikan tanggapannya terkait jatah menteri untuk Partai Golkar di kabinet Prabowo-Gibran. Foto diambil di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Senin, 18 Maret 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Kontroversi Pilpres 2024: Kilas Balik Cawapres Gibran Disebut Nepo Baby oleh Media Asing

Jelang Pemilu 2024, Presiden Jokowi ramai dibincangkan melakukan praktik nepotisme. Gibran, putra sulungnya, yang maju cawapres pun disebut Nepo Baby