Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sancho

Oleh

image-gnews
Iklan
KEMARIN saya berjumpa dengan seseorang yang berhenti membaca koran. Dari balik jendela mobilnya, ia akan melihat para penjaja surat kabar mengacungkan halaman pertama, dan akan tampak huruf-huruf besar membentuk headline. Tapi ia sadar, ia hanya melihat berita itu seperti ia melihat seekor tikus gempal yang melintas di kakus umum: ia tersentak sejenak, tapi tak akan tergerak pantat dan kakinya untuk mengambil sikap kepada hal-ihwal. "Dan bukan hanya saya yang begitu," katanya. Apatisme memang punya daya bius. Tapi ke manakah akhirnya? Koran tetap dicetak, berita tak putus berseliweran, tapi tampaknya informasi dan opini yang disajikan kepada orang ramai telah berhenti memberikan sesuatu yang berarti. Jika ada yang sedang mati kering sekarang, itu adalah rasa terlibat ke dalam sebuah dunia tempat kecelakaan, pembunuhan, kekonyolan, perang, atau korupsi, juga kemenangan dan prestasi, bukan hanya perkara orang lain, di sebuah jarak yang dingin. Kemauan untuk mengetahui, memikirkan, mengubah, atau menggalakkan pelbagai hal yang baik dan yang buruk dalam kehidupan bersama sedang menghilang. Dunia susut jadi kamar tersendiri di rumah petak. "Ah, politik begitu menjengkelkan sekarang," kata orang yang berhenti membaca koran itu. Hari-hari ini, politik memang kehilangan adegan yang memukau. Tak ada tinju yang dikepalkan dengan heroik seperti ketika orang tegak menantang sebuah rezim yang menakutkan. Politik bukan lagi konfrontasi, keberanian bukan lagi hal yang spesial. Pada saat yang sama, di dalam dan di luar parlemen dan partai-partai, tak tampak ada gairah untuk menggapai sesuatu yang luhur, hebat, dan abadi. Orang mengeluh bahwa inilah zaman besar yang dibopong orang-orang yang kerdil. Kita tak punya seorang Hatta lagi, kita tak punya seorang Mandela. Maka orang pun merindukan sesuatu yang lain, dengan atau tanpa membaca koran. Mungkin itu sebabnya ulasan politik oleh kaum cerdik cendekia sering terdengar seperti sebuah kritik terhadap keletihan moral: bukan sebuah deskripsi, melainkan sebuah imbauan, bukan sebuah analisis, melainkan paparan cita-cita. Pasti ada yang kurang ketika para cerdik cendekia mengeluhkan keadaan namun sebenarnya hanya bisa mengutarakan apa yang seharusnya ada. Mereka tak bicara bagaimana yang seharusnya itu didapat. Normatif dalam analisis, mencampur-baur "apa-adanya" dengan "apa-yang-seharusnya", terkadang mereka hanya seperti pemberi petuah budi pekerti. Mereka sebenarnya di jalan buntu. Di situlah Machiavelli berbeda dan memberi sumbangan besar kepada ilmu politik. Ia membedakan antara "kebenaran efektif dari hal-ihwal" dan "republik dan monarki imajiner yang tak pernah tampak atau tak pernah diketahui adanya." Ia menampik para pemikir politik sebelumnya yang hanya sibuk mengutarakan "republik dan monarki imajiner" itu, dan sebab itu tak mampu membimbing para penguasa untuk menjalankan perannya di dunia nyata. Sebab di dunia nyata, para pemimpin politik kebanyakan bukanlah pemikir yang luas pandangan; tak ada Republik yang diidamkan Plato. Di dunia nyata, tiap manusia terbatas oleh tempurung masing-masing. Dan kita hidup dengan warisan Cervantes. Para ksatria telah punah. Kita, dengan Don Quixote, tahu bahwa laki-laki tua yang naik kuda rombeng itu, yang membayangkan diri seorang Don yang bersedia berperang untuk menegakkan nilai-nilai yang luhur itu, adalah tetap Alonzo Quixano yang miskin. Bila ia meninggalkan rumahnya buat bertualang dan berperang untuk memperbaiki dunia, itu karena ia majenun. Ia terlampau banyak membaca dongeng kepahlawanan. Namun dari tangan Cervantes, Don Quixote tak jadi sebuah paparan yang sinis tentang manusia. Ada yang justru mengharukan dalam diri Alonzo Quixanosesuatu yang mungkin menyebabkan Sancho Panza, seorang petani dengan pikiran sederhana, mengikutinya dengan setia, antara percaya dan tidak. Sebab itu Don Quixote bukan hanya sebuah cemooh kepada sikap ksatria ketika dunia mengunggulkan pasar. Cerita ini mungkin malah berlatarkan sebuah pemandangan yang sayu: di sana, laku politik yang berani, mulia, dan imajinatif adalah perbuatan yang ganjil. Di situlah Sancho Panza tampil sebagai tokoh penting. "Ajaibilah aku tanpa keajaiban!" serunya suatu kali. Ia tak punya waham. Ia tahu bahwa bertempur melawan kincir angin bukanlah bertempur melawan raksasa yang menyamar dengan sihir. Ia tak melihatnya sebagai suatu konfrontasi yang dramatik. Ia bisa hidup tanpa drama. Tapi ia tak meninggalkan Alonzo Quixano dan impiannya. Bagi Sancho, hidup (juga politik) adalah kiat untuk beroperasi di celah-celah apa yang mungkin. Tapi "the art of the possible" berarti tetap memerlukan art, membutuhkan kiat. Sebab hidup tak hanya sepenuhnya terdiri atas yang "apa yang mungkin". Ternyata manusia juga bisa menghendaki sesuatu yang lebih, yang pelik dan dalam, misalnya keadilan. Dengan kata laindan inilah yang tak dilihat Machiavelliterkadang ada sesuatu yang berharga, yang berada di luar tatanan praktis yang mendorong manusia membuat sejarah. Justru karena miskin, Sancho bisa dekat dengan Don Quixote. Sebab itu ia berbeda dengan teman kita yang tak ingin terlibat di dunia, di mana yang luhur diperjuangkan tatkala yang busuk menyebar. Seandainya ia hidup di antara kita, Sancho mungkin juga akan mengeluh, "Ah, politik begitu menjengkelkan sekarang." Tapi seraya ia tahu zaman telah jadi mustahil bagi Don Quixote, ia berjalan setia di samping tukang mimpi itu. Ia tahu hanya manusialah yang bisa bermimpi dan menyiapkan perubahan, justru di dunia yang tak terpenuhi. "Manusia menentukan, Tuhan mengecewakan," begitulah ia berkata. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets

1 jam lalu

Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets/Pexels-Antara
5 Tips Padu Padan Pakaian dengan Sepatu Kets

Ini beberapa tips fashion yang bisa dikombinasikan dengan sepatu kets yang membuat Anda terlihat berbeda.


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

2 jam lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

3 jam lalu

CEO Apple, Tim Cook (kiri) melambaikan tangan setibanya di  Apple Developer Academy di Green Office Park, BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 17 April 2024. Kunjungan tersebut dalam rangka rencana Apple membuat pengembangan (offset) tingkat komponen dalam negeri atau TKDN untuk produk-produk buatan Apple. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Bos Apple Tim Cook Kunjungi Apple Developer Academy Binus di Tangerang

CEO Apple Tim Cook kunjungi Apple Developer Academy Binus di BSD City, Tangerang. Sudah memiliki 1.500 lulusan.


Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

3 jam lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan penjaga gawang Inter Milan Emil Audero. Sumber Instagram @erickthohir.
Erick Thohir Buka Peluang Naturalisasi Emil Audero, tapi Tak Ingin Memaksa

Erick Thohir memberi sinyal positif soal rencana naturalisasi penjaga gawang keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi.


ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

3 jam lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.


Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

4 jam lalu

Grup idola K-pop TVXQ yang beranggotakan Yunho dan Changmin.  Foto: Instagram/@tvxq.official
Ini Prediksi Setlist Konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Siap-siap Nyanyi Bareng!

Prediksi setlist konser TVXQ 20&2 di Jakarta, Sabtu, 20 April 2024 di ICE BSD.


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

4 jam lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

4 jam lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan menutup akses menuju kantor BRIN, Kamis 18 April 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

Warga Bogor dan Tangsel memprotes rencana BRIN menutup jalan yang selama ini berada di kawasan lembaga riset itu.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

4 jam lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

4 jam lalu

Ketua Koordinator Strategis Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad memberikan keterangan pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis, 30 November 2023. TKN Prabowo-Gibran meminta agar tidak ada lagi yang menuding pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres cacat hukum. TEMPO/M Taufan Rengganis
TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

Menurut Dasco, Prabowo juga berpesan kepada para pendukungnya untuk mempercayakan hasil putusan sengketa PHPU Pilpres 2024 ke hakim MK.