Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dunia

Oleh

image-gnews
Iklan
Dunia di depan Slobodan Miloevi. Dunia, atau Den Haag. Atau Den Haag dan duniayang tak ada lagi bedanya. Saya duduk di sebuah kursi di pelosok yang jauh dari kota tua dan sempit di Nederland itu, melihatnya di layar televisi, melihatnya di CNN, seperti orang lain hampir di tiap kota besar atau kecil di permukaan bumi. Dengan kata lain, dunia memang sedang menatap Slobodan Miloevi. Dan sebaliknya. Ia datang, atau lebih tepat diseret, dari jauh, dari sebuah negeri yang dulu bernama Yugoslavia, ke sebuah tempat asing yang berbahasa asing. Ia kini duduk, di ruang mahkamah internasional yang necis itu, seakan-akan dia seorang tamu yang tidak nyaman, bukan seorang pesakitan. Saya melihat wajahnya geram. Sikapnya angkuh. Mungkin lebih tepat menantang. Saya melihat di matanya ada sebersit rasa bingung di depan para hakim mahkamah internasional. Siapa mereka, orang-orang berbahasa Inggris yang mengenakan toga hitam dengan warna merah terang itu? Dan siapa dia, Slobodan Miloevi? Pertanyaan-pertanyaan dasar kembali berseliweran. Juga tak akan berhenti di sana. Tuan Miloevi, kata para pewarta di radio, TV, dan surat kabar, adalah seorang tokoh yang dituduh melakukan "kejahatan kepada kemanusiaan". Tapi ia juga seorang presiden sebuah republik yang sejak 1989 dua kali dipilih rakyatnya (dan tak bisa dipilih ketiga kalinya hanya karena aturan konstitusi), dan ia dipilih seraya orang ramai tahu ia menggerakkan pembersihan orang muslim dan orang Kroat. Tidakkah ia jahat bagi orang lain, tapi tidak bagi orang Serbia? Tidakkah ia juga mewakili apa yang diinginkan oleh sebagian besar mereka? Tapi barangkali ia juga sebuah fenomena baru: dengan itu kita tahu bahwa "dunia" adalah sebuah cerita kekuasaan yang tak lagi seperti dulu. Sebagian besar suara orang Serbia tak punya arti lagi ketika dari luar perbatasan ada kekuatan yang bisa menghendaki sesuatu yang lain. Dunia berubah. Tapi dalam perubahan itu juga yang sama seakan-akan kembali. Dunia berubah, ketika Slobodan Miloevi akhirnya bisa dibawa ke Den Haag. Apa yang selama ini disebut dan dijunjung sebagai "kedaulatan nasional" menjadi sesuatu yang tak lagi kukuhsetidaknya dalam momen itu. Yugoslavia telah berhenti. Serbia, dulu hanya salah satu bagian dari negeri Slavia Selatan itu, tak lagi mampu menutup pagarnya dari tekanan yang datang dari luar. "Kedaulatan nasional" guncang, sebab "bangsa" tiba-tiba tak lagi tegak sebagai sebuah satuan yang final. Sebuah negara ternyata telah bisa bertindak begitu tidak adil sehingga "bangsa" yang terpaut dengan negara itu pun bukan lagi "bangsa" yang satu: ada yang algojo dan ada yang jadi korban algojo. Dan bagaimana algojo layak disebut algojo dan korban layak disebut korban, itu akhirnya terpulang kepada sederet nilai yang tak cuma terpaut dengan orang Serbia dan Miloevi mereka. Tampak pula di sini bagaimana kata "bangsa" tak lagi berdiri sebagai satuan yang final: kini tambah diakui bahwa setiap manusia tak akan selesai dijelaskan hanya sebagai anggota sebuah bangsa dan warga sebuah negara. Bagi orang macam Miloevi, manusia justru hampir sepenuhnya hanya dapat dijelaskan sebagai anggota satuan etnis: "Serbia" dan "bukan-Serbia." Bagi orang macam Miloevi, sebenarnya tak ada lagi apa yang disebut "bangsa", sebagai sebuah kesatuan baru yang melintasi perbedaan etnis itu. Ironisnya adalah bahwa bagi orang yang menganggap Miloevi telah berbuat "kejahatan kepada kemanusiaan", manusia dinyatakan (dan diakui) menjadi manusia karena punya persamaan dengan manusia lain di luar batas suku, agama, zaman, dan wilayah. Diam-diam, pengertian "kemanusiaan yang universal" pun beredar kembali, setelah bertahun-tahun digugat dan teronggok di pojok. Dulu orang-orang Marxis menganggap "kemanusiaan yang universal" sebagai semacam dosa karena meletakkan kelas yang diperas dalam pertalian dengan kelas yang memeras. Ada pula masanya orang seperti Mahathir menganggap "nilai-nilai Asia" secara hakiki berbeda dengan "nilai-nilai Barat" dan apa yang universal dianggap tak ada. Pernah pula sejumlah pemikir "post-strukturalis" menganggap "kemanusiaan yang universal" sebagai sebuah pengertian yang ditentukan oleh orang Eropa kelas menengah dan laki-laki. Kemudian ada Miloevi. Juga mungkin George Bush, yang menganggap Amerika sebuah negeri yang unik yang bisa terpisah dari bumi ketika seluruh jagat terancam bahaya kian panasnya iklim. Tapi, bagaimanapun, akhirnya hanya satu bumi, sebuah planet terpencil, dan di Den Haag ada yang perlu hendak dikukuhkan dengan kata "kemanusiaan". Persoalannya: siapa yang mengukuhkan? Hakim-hakim mahkamah internasional dengan warna toga yang aneh itu? Saya melihat sebersit kebingungan di mata Miloevi. Dunia telah berubah, tapi dalam perubahan itu juga yang sama seakan-akan kembali: negeri-negeri yang kaya dan kuat saja yang bisa mengatakan, "dunia adalah saya". Dan negeri yang miskin dan keropos akhirnya menerima "dunia" itu sebagai pemberi kata putus yang sah tentang kejahatan dan hukuman. Peradilan Nuremberg yang menghakimi tokoh-tokoh Nazi yang telah membunuh begitu banyak manusia selama Perang Dunia II bagaimanapun adalah peradilan oleh mereka yang menang dan punya uang. Dan di Den Haag. Menghukum atau memaafkan tampaknya tak bisa lepas dari kekuasaan, kekuatan, kedaulatan. Tapi bagaimana seandainya tak ada Nuremberg, tak ada Den Haag? Dunia macam apa yang akan menilai para pembunuh? Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hasil Piala Asia U-23: Timnas Indonesia vs Korea Selatan Imbang 2-2, Lanjut Perpanjangan Waktu

55 menit lalu

Witan Sulaeman berhadapan dengan pemain timnas Korsel dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Tim Humas PSSI
Hasil Piala Asia U-23: Timnas Indonesia vs Korea Selatan Imbang 2-2, Lanjut Perpanjangan Waktu

Laga Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 berakhir imbang 2-2 selama 90 menit waktu normal.


Gelar Geopark Ciletuh Run 2024, UGGCP Didorong jadi Destinasi Kelas Dunia

1 jam lalu

Pengunjung menikmati air terjun di kawasan wisata alam Geopark Ciletuh Curug Awang, Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Ahad, 9 Desember 2018. Curug Awang yang memiliki tinggi 40 meter dan lebar 60 meter serta menawarkan suasana pemandangan air terjun yang masih alami tersebut menjadi alternatif wisata liburan di akhir pekan bersama keluarga. ANTARA/Nurul Ramadhan
Gelar Geopark Ciletuh Run 2024, UGGCP Didorong jadi Destinasi Kelas Dunia

Peserta Geopark Ciletuh Run 2024 bisa menikmati panorama alam yang berada di Geopark Ciletuh.


1.000 Remaja Korea Selatan Ditangkap Polisi karena Judi Online

1 jam lalu

Ilustrasi Judi Online (Tempo)
1.000 Remaja Korea Selatan Ditangkap Polisi karena Judi Online

Polisi Korea Selatan menangkap 2.925 orang yang terlibat judi online, termasuk 1.000 orang remaja.


Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Timnas Indonesia Unggul 2-1 atas Korea Selatan

2 jam lalu

Rafael Struick (kanan) mencetak gol kedua dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Cuplikan TVN
Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Timnas Indonesia Unggul 2-1 atas Korea Selatan

Dua gol Rafael Struick membuat Timnas Indonesia unggul 2-1 atas Korea Selatan pada babak pertama perempat final Piala Asia U-23 2024.


Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

2 jam lalu

Timnas Jepang AFC U23 2024 di Qatar. (AFP/KARIM JAAFAR)
Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

Timnas Jepang U-23 mengalahkan tuan rumah, Qatar, pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 lewat perpanjangan waktu.


Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

3 jam lalu

Selebrasi timnas dalam pertandingan Indonesia vs Yordania, Minggu, 21 April 2024. HUMAS PSSI
Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Shin Tae-yong melakukan perubahan.


KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

3 jam lalu

Ilustrasi PNS atau ASN. Shutterstock
KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

KASN menyebut ASN masih berpotensi melanggar netralitas di Pilkada 2024.


Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

4 jam lalu

Agen gas tengah melayani pembeli gas LPG ukuran 3 kg dengan menunjukkan KTP di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024. Pemerintah terus mencari berbagai skenario untuk mengatur secara ketat pendistribusian gas elpiji bersubsidi atau LPG 3kg.  TEMPO/Tony Hartawan
Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.


Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

4 jam lalu

Pasangan ganda putra Indonesia Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin jelang Piala Tjomas-Uber 2024 di Chengdu, China, Kamis (25/4/2024). (ANTARA/HO/PP PBSI)
Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

Tim bulu tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia menggelar latihan perdana di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium.


Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

4 jam lalu

Duel Timnas U-23 Korea Selatan vs Indonesia akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

Peri Sandria mengatakan gol cepat bisa menentukan hasil laga perempat final Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan.