Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bom

Oleh

image-gnews
Iklan
Bom dan cita-citakeduanya bersatu ketika harapan kehilangan politik dan politik kehilangan harapan. Ia bermula di sebuah jalan di St. Petersburg, Rusia, 13 Maret 1881. Hari itu sebuah bom dilontarkan dari kaki lima. Tsar Alexander II tengah naik kereta kuda tak jauh dari Istana. Ledakan terdengar. Kendaraan baginda hancur, kuda-kuda dan para pengiringnya luka. Tapi sang Tsar sendiri tak terkena apa-apa. Bahkan ia dengan tenang datang menyapa para korban dan bicara lembut tentang si calon pembunuh yang seketika itu tertangkap. Tapi tiba-tiba seseorang berlari menyerbu, seraya berseru, "Terlalu cepat bersyukur pada Tuhan!" dan bom kedua pun meledak di antara kaki sang Tsar. Api dan logam mencopot kedua batang betisnya. Perutnya terkoyak. Wajahnya ringsek. Tapi ia masih sadar sejenak, sebab ia masih bisa berkata, "Ke Istana, untuk mati di sana." Maka sisa tubuhnya dibawa ke Istana Musim Dingin. Tetesan darah pekat yang tebal membentuk jejak sepanjang tangga pualam yang mendaki ke balairung. "Baginda mangkat," kata dokter, setelah meraba nadi di pergelangan yang penuh darah itu. Dengan rasa ngeri keluarga kerajaan menyaksikan semua itu, tapi pada detik itu pula seorang tsar baru telah siap. Putra mahkota mengangguk. Ia pun memberi isyarat kepada istrinya agar mengikutinya. Ia melangkah ke luar Istana. Di segala sudut Resimen Preobrajensky berjaga dengan sangkur terpasang. Raja muda itu berdiri sejenak, memberi salut, lalu meloncat masuk ke keretanya. Satu resimen Don Cossack mengikutinya dalam formasi tempur, dengan tombak-tombak merah yang berkilau oleh cahaya surya bulan Maret. Rusia dan kekuasaan dinasti itu seakan-akan tak tersentuh. Ketika ia naik takhta, Alexander III mengumumkan bahwa ia akan memerintah dengan "keyakinan akan kekuatan dan kebenaran otokrasi". Untuk apa kemudian bom yang membunuh Alexander II? Para pembunuh, seperti para teroris dalam drama Les Justes Albert Camus, mungkin membawakan sebuah cita-cita yang luhur: pembebasan dari kekuasaan yang represif, pulihnya harkat manusia. Tapi kita tahu bahwa baru pada tahun 1917, melalui revolusi kaum komunis, kekuasaan Tsar yang berdasarkan "kekuatan dan kebenaran otokrasi" itu bisa jatuh. Rusia benar-benar berubah. Sebab itu besar benar beda antara para teroris pada 1881 dan kaum komunis pada 1917: para pembunuh di tepi jalan St. Petersburg itu tak punya program pergantian kekuasaan setelah Tsar tewas, sementara pada 1902 Lenin telah siap menulis satu risalah berjudul "Apa yang harus dilakukan?", sebuah analisis tentang masyarakat Rusia dan jalan revolusi di masyarakat seperti itu. Dengan kata lain, bom tahun 1881 hanya punya keberanian dan cita-cita, tapi revolusi Leninis punya sesuatu yang lebih. Revolusi ini bermodalkan "teori" revolusi, punya sebuah kekuatan partai revolusioner yang berpegang pada sebuah program umum, dan punya sebuah kepemimpinan yang siap menggantikan kekuasaan. Sebab itu ia tak hanya mengguncang dunia; ia mengubah dunia. Saya tak tahu bagaimana Al-Qaidah atau Jamaah Islamiyah akan mengubah dunia. Siapa pun yang meledakkan bom di Bali 12 Oktober itu mungkin menyimpan segumpal amarah dan kebencian, plus sejumlah cita-cita dan keberanian. Tapi, dengan hanya itu, mereka akan berujung seperti teror abad ke-19: sebuah aksi ketika politik dan harapan tak saling ketemu. Sekitar 200 orang "kafir" dibunuh, namun apa selanjutnya? Membunuh orang "kafir" lain? Sampai kapan? Bukankah definisi "kafir" bisa terus-menerus diperdebatkan dan sebab itu jumlah orang "kafir" bisa menjadi tak terhitung? Atau setelah serangan demi serangan, pembunuhan demi pembunuhan, punya rencanakah Al-Qaidah atau Jamaah Islamiyah mengalahkan Amerika Serikat? Misalnya, katakanlah, memaksa Bush menyerah, dan menduduki Gedung Putih, dan membubarkan Kongres, dan menerapkan "syariat Islam" dari Houston sampai Honolulu. Tapi mungkin saya salah. Mungkin saya harus ingat bahwa si peledak bom di Bali tak banyak bicara tentang hidup. Orang-orang seperti dia lebih sering berbicara tentang "jihad", di antara rencana pembunuhan dan mati syahid. Dengan kata lain, tak ada gambaran di masa depan tentang sebuah madinah yang teratur, sebuah ruang bersama untuk interaksi, sebuah arena yang hangat dan hidup. Di diri mereka, bom dan cita-cita berlangsung dalam harapan yang kehilangan politikharapan yang kehilangan imajinasi tentang perlunya proses mengelola kekuasaan di dunia yang terbatas. Tapi di situlah para pengebom menampakkan kontradiksi dalam diri mereka. Siap mati syahid, mereka seharusnya tak peduli akan apa yang terjadi di dunia yang terbatas. Tapi pada saat yang sama mereka risau akan ketidakadilan di muka bumi. Di satu sisi, mereka persamakan kata "kafir" dengan "musuh", dan mengklaim bahwa konfrontasi itu adalah sebuah konfrontasi di jalan Tuhan. Tapi di sisi lain, mereka sebenarnya menempuh jalan sekuler politik abad ke-20dengan hadirnya orang ramai di dalam demokrasiketika mereka pasang label "kafir" di punggung kolektif sebuah kelompok, bukan di punggung masing-masing orang yang tak beriman. Mereka mengabaikan sebuah asas ke-Maha-Tahu-an: di depan Tuhan, tiap orang, kafir atau tak kafir, hadir utuh, tak seragam, sendiri, bukan wakil sebuah himpunan. Tapi mereka tak peduli. Mereka ledakkan rakitan mesiu mereka ke tengah keramaian, dan orang banyak pun hancur. Suatu saat teroris itu bisa saja jadi pemenang, terutama di sebuah zaman ketika politik berjalan tanpa harapan. Tapi apa yang akan tersisa? Barangkali Camus benar: "Para penakluk modern dapat membunuh, tapi tampaknya mereka tak mampu mencipta." Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

4 hari lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko (kiri) dan Dirtipidter Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan) memperlihatkan barang bukti BBM pertamax yang asli dan palsu (dioplos) di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty
Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.


Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

6 hari lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) DivHumas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (19/1/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.


Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

6 hari lalu

Ilustrasi Densus 88. ANTARA
Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah


Terduga Teroris yang Ditangkap Lagi di Boyolali Kelompok Jamaah Islamiyah

29 Januari 2024

Sejumlah personel Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri bersama Mapolres Sukoharjo saat penggeledahan di rumah N, salah satu terduga teroris yang diamankan dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, 25 Januari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Terduga Teroris yang Ditangkap Lagi di Boyolali Kelompok Jamaah Islamiyah

Terduga teroris yang ditangkap di Boyolali masuk kelompok Jamaah Islamiyah. Total ada 11 orang yang diringkus.


Polisi: 10 Terduga Teroris di Jateng Bagian Jamaah Islamiyah Wilayah Timur

26 Januari 2024

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) DivHumas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (19/1/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Polisi: 10 Terduga Teroris di Jateng Bagian Jamaah Islamiyah Wilayah Timur

Penangkapan sepuluh terduga teroris dilakukan di beberapa wilayah di Jawa Tengah pada Kamis


Densus 88 Masih Selidiki Peran 10 Terduga Teroris Jaringan Jamaah Islamiyah di Jawa Tengah

26 Januari 2024

Sejumlah personel Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri bersama Mapolres Sukoharjo saat penggeledahan di rumah N, salah satu terduga teroris yang diamankan dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis, 25 Januari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Densus 88 Masih Selidiki Peran 10 Terduga Teroris Jaringan Jamaah Islamiyah di Jawa Tengah

10 orang terduga teroris di Jawa Tengah diduga berasal dari kelompok Jamaah Islam (JI).


Bom Natal 2000: Mengenang Riyanto, Banser yang Berkorban Bagi Umat Kristen Mojokerto

25 Desember 2023

Foto dan makam Riyanto di Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, 25 Desember 2014. Anggota Banser NU ini tewas terkena bom Natal saat mengamankan kebaktian di gereja Eben Haezer, pada Desember 2000. TEMPO/Ishomuddin
Bom Natal 2000: Mengenang Riyanto, Banser yang Berkorban Bagi Umat Kristen Mojokerto

Perayaan malam Natal di Mojokerto tidak terlepas dari ingatan pengorbanan Riyanto, khususnya bagi Gereja Eben Haezer. 23 tahun yang lalu, Riyanto meregang nyawa akibat teror Bom Natal 2000.


Catatan Jamaah Islamiyah Dinyatakan Sebagai Dalang di Balik Bom Natal 2000 dan Bom Bali

24 Desember 2023

Terdakwa kasus Bom Bali I tahun 2002 serta Bom Natal tahun 2000, Umar Patek, ketika menjalani sidang jatuhnya vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, (21/06). Umar Patek dihadapkan pada enam dakwaan dan Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan pidana penjara seumur hidup pada sidang tanggal 21 Mei 2012. Tempo/Dhemas Reviyanto
Catatan Jamaah Islamiyah Dinyatakan Sebagai Dalang di Balik Bom Natal 2000 dan Bom Bali

Kelompok ini diduga membentuk organisasi resmi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an dan lalu disebut dalang peristiwa Bom Natal 2000 dan Bom Bali.


Hari Ini 23 Tahun Lalu Bom Natal 2000 Meneror Berbagai Kota di Indonesia

24 Desember 2023

Jelang Natal, 14 Gereja Besar Disterilasasi Penjinak Bom
Hari Ini 23 Tahun Lalu Bom Natal 2000 Meneror Berbagai Kota di Indonesia

Pada malam Natal tahun 2000, terjadi rentetan serangan bom Natal 2000 di sejumlah gereja di Indonesia.


Densus 88 Ungkap Modus Pendanaan Terorisme 2023: Kripto hingga Fundraising

21 Desember 2023

Juru bicara Densus 88 Kombes Pol Aswin Siregar (kanan) menyampaikan keterangan bersama Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan (kiri) saat konferensi pers terkait penangkapan tersangka tindak pidana terorisme di Jakarta, Selasa 31 Oktober 2023. Densus 88 pada Oktober 2023 berhasil menangkap 59 tersangka dengan barang bukti senapan serbu AK-47, revolver, senapan angin, sejumlah amunisi dan magasin, senjata tajam, dan buku-buku propaganda yang diduga akan digunakan salah satunya untuk menggagalkan Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Densus 88 Ungkap Modus Pendanaan Terorisme 2023: Kripto hingga Fundraising

Densus 88 Antiteror Polri mengungkapkan modus penggalangan dana tersangka tindak pidana terorisme selama 2023.