Pemerintah tidak bisa menyalahkan curah hujan yang tinggi sebagai penyebab banjir di seluruh wilayah Jawa. Hujan yang deras justru akan menjadi berkah bila kita sigap merawat sungai dan menyiapkan waduk.
Kelalaian itulah yang membuat banjir merendam hampir seluruh Jawa dalam sepekan terakhir. Mulai dari Indramayu dan Cirebon di barat, Semarang di tengah, hingga Lamongan di Timur diterjang bah. Dalam beberapa hari, ekonomi di kota-kota itu lumpuh, mobil dan rumah terendam, jalanan rusak. Tak hanya menimbulkan kerugian hingga ratusan miliar rupiah, banjir dipastikan juga akan mengerek inflasi.
Banjir terjadi karena beberapa wilayah itu belum memiliki waduk. Sungai-sungai tak mampu lagi menampung curah hujan sehingga air melimpas ke mana-mana. Kementerian Pekerjaan Umum semestinya mempercepat penyelesaian sejumlah waduk baru. Sejumlah waduk sudah mulai dibuat, tapi hingga sekarang belum bisa selesai. Di antaranya adalah Waduk Jati Gede (Jawa Barat), Jati Barang (Jawa Tengah), Diponegoro (Jawa Tengah), Nipah (Jawa Timur), dan Waduk Bajul Mati (Jawa Timur).
Tak hanya menyiapkan waduk baru, pemerintah pusat dan daerah perlu juga merawat sungai dan waduk yang sudah ada. Soalnya, banjir juga disebabkan oleh pendangkalan sungai, kanal, dan waduk. Menurut catatan Kementerian Pekerjaan Umum, tingkat sedimentasi di waduk-waduk di Jawa mencapai 70 juta meter kubik per tahun. Akibatnya, fungsi waduk untuk membangkitkan tenaga listrik, irigasi, dan mencegah banjir pun berkurang.
Pengerukan sedimen di sungai dan waduk sering terbentur kendala klasik: kekurangan dana. Tapi kita sebetulnya bisa mencegah munculnya sedimentasi dengan cara yang lebih murah. Perawatan Waduk Sutami di Malang, Jawa Timur, bisa dicontoh. Pengelola menggandeng sejumlah lembaga untuk melakukan konservasi di hulu sungai. Mereka juga berkampanye agar masyarakat tidak membuang sampah di sungai. Hasilnya sangat signifikan, tingkat sedimentasi turun 20 persen, dari 5 juta meter kubik per tahun menjadi 4 juta meter kubik.
Kampanye pembersihan sungai amat berfaedah karena kita selalu kekurangan bahan baku air bersih. Banyak air sungai yang tercemar limbah dan sampah sehingga tak bisa diolah menjadi air bersih. Sedangkan konservasi di daerah hulu akan memaksimalkan fungsi waduk. Selama ini banyak waduk kekurangan air pada musim kemarau sehingga tak bisa membangkitkan tenaga listrik.
Tentu, Kementerian Pekerjaan Umum tidak bisa sendirian dalam melakukan konservasi. Hal itu bahkan merupakan pekerjaan Kementerian Kehutanan. Sayangnya, sinergi ini tak terjadi sehingga banyak kawasan hulu dibiarkan gundul. Jawa Tengah, misalnya, idealnya memiliki hutan seluas 30 persen dari wilayah provinsi ini. Tapi kini hutannya tinggal 15 persen.
Yang jelas, banjir bukanlah bencana yang tak bisa dicegah. Air hujan justru bisa menjadi berkah bila dikelola dengan baik.