Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Syahid

Oleh

image-gnews
Iklan
Kematian, syahid, kemudian surga. Seandainya hanya itu yang memberi arti manusia, hidup akan terdiri dari pedang dan peluru. Di luar itu, segalanya akan hanya sederet surplus: suara anak tertawa di beranda, sapa sabahat di tepi jalan, lagu dari jauh, hujan yang sejuk. Hal-hal itu mesra, indah, berharga, tapi tak akan dibutuhkan. Mereka bahkan akan bisa jadi rintangan, atau pengalih perhatian, jika sejarah kita lihat sebagai sebuah perang besar untuk sebuah tujuan besar. Ada keyakinan semacam itu dalam banyak gerakan revolusioner. "Revolusi bukanlah sebuah jamuan makan," begitulah Mao berkata. Maka pada tahun 1934, kaum Maois pun hijrah seraya bertempur sampai titik darah penghabisan. Tapi tak hanya Marxisme dan variasi-variasinya. Banyak persamaan dalam pelbagai ideologi yang dibentuk dari kepedihan tapi yang tak berhenti hanya pada kepedihan. Maoisme lahir dari rasa tertindas masyarakat Cina. Dari rasa tertindas Mesir datang Malim if al-Tariq dan sejumlah buah renungan Sayed Qutb dari penjara, sebelum ia mati di tiang gantungan pemerintahan Nasser pada 1966. Keduanya bicara tentang sebuah dikotomi. Bagi Marx dan Mao, sejarah adalah perjuangan kelas. Bagi Qutb, sejarah adalah sebuah jihad agung: Nizam Jahi harus diruntuhkan untuk membangun Nizam Islami. Seperti Marx, ia bicara tentang dua sistem, dua nizam: yang satu buruk, yang lain bermutu. Dan seperti Marx, ia yakin yang terakhir itu yang akan menang. Dengan kata lain, bagi ideologi kepedihan, dunia dan sejarah adalah sebuah satuan dan gerak besaryang tak mungkin punya hal yang sepele, ganjil, aneka-ragam, dan kacau-balau. Di balik totalitas itu beroperasi sebuah subyek yang utuh, kuat, tanpa cacat. Subyek itu, bagi Marx, adalah "proletariat" yang dipersatu-padukan oleh "kesadaran kelas". Dengan "kesadaran" itulahyang kemudian dibangun melalui "ajaran Revolusi"identitas diri dikukuhkan. Qutb juga menunjukkan cara bagaimana identitas diteguhkan buat mereka yang ingin menegakkan sistem "Islami". Dengan memperkuat aqidah dan dengan hijrah, mereka harus memisahkan diri dari dunia sekitar yang tak "Islami". Dengan tafkir, garis pemisah pun ditarik. Mana kawan dan mana lawan dipertegas, dan jihad, kalau perlu dengan kekerasan, harus dijalankan. Tampak, di balik nada marah tiap ideologi kepedihan ada segumpal optimisme: "Kami kini memilih jadi subyek sejarah, dan kami akan memetik kemenangan di hari kemudian". Tapi tiap ideologi menyembunyikan ilusi. Di dalamnya orang tak bertanya lagi: benarkah "kami", "sang subyek", sepenuhnya bisa mengendalikan sejarah? Benarkah "kami" tak akan lapuk dan lekang oleh berubahnya ruang dan waktu? Benarkah "kami" akan selamanya utuh, kuat, dan padu? Benarkah manusia bisa sehebat itu? Di titik itu, kaum Marxis berhenti bertanya. Bagi para pewaris humanisme ini, manusia adalah diri yang sepenuhnya berdaulat. Setidaknya sejak zaman Aufklrung Eropa, humanisme itu pula yang menyebabkan mereka melihat sejarah sebagai garis lurus dalam progresi, dengan akhir yang berbahagia. Seperti hampir tiap pemikir revolusioner pada abad ke-20, Qutb juga tak jauh dari pandangan itu. Ia memang menghendaki sistem yang "Islami": kembalinya posisi Tuhan sebagai pemegang kedaulatan yang sah, ketika hukum-Nya diberlakukan, menggantikan hukum buatan manusia. Tapi, seperti dalam humanisme, di sini pun daulat manusia, apalagi sebagai "pelopor" (taliya, menurut Qutb), praktis sama kukuhnya dengan daulat Tuhan. Sebab di bumi, yang cuma satu noktah di dalam bermiliar-miliar galaksi, hakimiyyah Tuhan pada akhirnya hanya diwakili oleh orang-orang. Mereka, dan bukan Tuhan sendiri, yang mengukuhkan status dan keabsahan perwakilan itu. Tapi keyakinan yang berlebihan terhadap manusia sebagai subyek telah alpa untuk mengakui bahwa khalifah Allah di bumi itu pun terbatasdan bahwa sejarah juga sebuah kisah dengan kegagalan, dengan reruntuhan yang bertimbun. Tentu, Qutb pun melihat sejarah manusia sebagai kemerosotan, penuh dengan puing. Tapi ia percaya manusia bisa kembali ke era pra-puing, ke "zaman keemasan", di bawah Rasulullah dan keempat penggantinya di abad ke-7. Qutb menginginkan tajdid, langkah besar kembali ke zaman itu. Tapi tak tahukah ia, dengan masygul, bahkan di "zaman keemasan" itu pun keputusan-keputusan besartentang siapa yang akan jadi khalifah, misalnyaditentukan oleh manusia? Sebab itu "kesalahan" mungkin terjadi dan penentuan khalifah sering disertai sengketa sampai mati? Kesalahan adalah keniscayaan sejarah. Sebab itu ketika milenium makin tua, ketika Marxisme pun ternyata tak berhasil, orang insyaf bahwa yang harus ditegakkan adalah sebuah sistem yang tahu dirinya akan gagal sebagai sistem. Yang tak tahu diri tak akan bisa bertahan. Itu sebabnya pada pertengahan abad ke-19 Alexis de Tocqueville berpendapat bahwa Islam "tak akan mampu memegang kuasa lama di masa pencerahan dan demokrasi", justru karena Islam dianggapnya punya ajaran yang total: "Quran bukan hanya doktrin agama", katanya, tapi juga "petunjuk politik, hukum pidana, hukum perdata, dan teori ilmu". Baginya, sistem yang membayangkan dirinya lengkap akan terkecoh oleh hidup yang tak hendak di-sistem-kan. Tapi mungkin De Tocqueville hanya mengikuti satu pendapat. Ia tak melihat kemungkinan Quran sebagai sebuah sumber inspirasi klasik bagi sebuah kesadaran yang sayu tentang dunia: bahwa memang tak banyak yang bisa diharapkan dari sejarah, tapi hidup tetap sebuah rahmat, bukan sederet konflik bersenjata. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Top 3 Dunia: Dugaan WNI di Kapal Penabrak Jembatan Baltimore, Warga AS Tak Setujui Serangan Israel

1 menit lalu

Bagian dari jembatan Francis Scott Key yang runtuh setelah ditabrak kapal kontainer Dali di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Insiden ini menyebabkan sebagian besar Jembatan Francis Scott Key runtuh yang menyebabkan beberapa kendaraan yang melintasi terperosok ke Sungai Patapsco. U.S. Army Corps of Engineers/Handout via REUTERS
Top 3 Dunia: Dugaan WNI di Kapal Penabrak Jembatan Baltimore, Warga AS Tak Setujui Serangan Israel

Top 3 dunia adalah Kemlu dalami dugaan adanya WNI di kapal penabrak di Baltimore, warga AS tak setuju serangan Israel, jenazah ABK WNI dipulangkan.


Jumlah Penumpang di Yogyakarta Melonjak 200 Persen saat Libur Lebaran, KAI Bandara Lakukan Antisipasi

1 menit lalu

Kereta Prambanan Ekspres melayani penumpang ke Bandara YIA, dari stasiun Wojo menuju Yogyakarta dan sebaliknya Foto: @ahmadhafit
Jumlah Penumpang di Yogyakarta Melonjak 200 Persen saat Libur Lebaran, KAI Bandara Lakukan Antisipasi

KAI Bandara melayani perjalanan dari Stasiun Yogyakarta menuju Stasiun Bandara YIA Kulon Progo dengan jumlah perjalanan yang terbagi dua jenis.


Usai Eksepsinya Ditolak Hakim, Syahrul Yasin Limpo: Saya akan Bertanggung Jawab

2 menit lalu

Terdakwa kasus pemerasan dan gratifikasi Syahrul Yasin Limpo (kanan) berjalan meninggalkan ruangan usai mengikuti sidang pembacaan eksepsi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu, 13 Maret 2024. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Usai Eksepsinya Ditolak Hakim, Syahrul Yasin Limpo: Saya akan Bertanggung Jawab

Hakim PN Tindak Pidana Korupsi menolak eksepsi bekas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dalam perkara dugaan gratifikasi


Tim Hukum Amin Ingin Hadirkan 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres di MK, Ini Alasannya

2 menit lalu

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat mengikuti Sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pemilu 2024 atas permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 360/2024 tentang penetapan hasil pemilu di Gedung Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Rabu 27 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Tim Hukum Amin Ingin Hadirkan 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres di MK, Ini Alasannya

Tim Hukum Amin menilai empat menteri mengetahui langsung hal-hal yang terkait dengan permohonannya di sidang sengketa Pilpres 2024.


Ribuan Mahasiswa jadi Korban TPPO Berkedok Magang Ferienjob Jerman, Pakar: Kampus Tak Hati-Hati

11 menit lalu

Mahasiswa Universitas Halu Uleo foto bersama di Bandara Soekarno-Harta saat akan berangkat ferienjob ke Jerman. Istimewa
Ribuan Mahasiswa jadi Korban TPPO Berkedok Magang Ferienjob Jerman, Pakar: Kampus Tak Hati-Hati

Pakar pendidikan menilai ribuan mahasiswa bisa menjadi korban TPPO berkedok magang ferienjob karena kesalahan kampus


Cara Mencegah Wasir Kambuh Saat Mudik dan Arus Balik

31 menit lalu

Ilustrasi pemudik di Stasiun Senen, Jakarta. REUTERS/Darren Whiteside
Cara Mencegah Wasir Kambuh Saat Mudik dan Arus Balik

Ambeien adalah pembengkakan dan peradangan di area pembuluh darah sekitar anus. Berikut tips mencegah wasir kambuh saat mudik lebaran.


Kejati Jambi Periksa Kasus TPPO Berkedok Magang di Jerman, Tunjuk 5 Jaksa Peneliti

49 menit lalu

Universitas Jambi. Dok. ANTARA
Kejati Jambi Periksa Kasus TPPO Berkedok Magang di Jerman, Tunjuk 5 Jaksa Peneliti

Polda Jambi sedang menyelidiki kasus dugaan TPPO ferienjob dengan tiga orang terlapor.


Pecat Philippe Troussier setelah 2 Kali Dikalahkan Timnas Indonesia, Federasi Sepak Bola Vietnam Bayar Kompensasi Rp 2,8 M

55 menit lalu

Philippe Troussier. vnexpress.net
Pecat Philippe Troussier setelah 2 Kali Dikalahkan Timnas Indonesia, Federasi Sepak Bola Vietnam Bayar Kompensasi Rp 2,8 M

Federasi sepak bola Vietnam (VFF) harus membayar kompensasi karena memecat Philippe Troussier dari posisi pelatih Timnas Vietnam.


Diam-diam, Ganjar Pranowo Sudah Resmi Jadi Warga Sleman, Yogyakarta

58 menit lalu

Ganjar Pranowo dan Atikoh berjalan kaki menuju masjid untuk salat isya dan tarawih. Foto: Instagram.
Diam-diam, Ganjar Pranowo Sudah Resmi Jadi Warga Sleman, Yogyakarta

Calon presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo diam-diam sudah menjadi warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).