Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mati

Oleh

image-gnews
Iklan
Dan kematian makin akrab." Hari-hari ini sebaris sajak Soebagio Sastrowardojo itu kembali ke ruang kepala saya berkali-kali: sebuah eulogia untuk seseorang yang dibunuh, atau sebuah kata penyerahan terhadap sebuah kepastian, yakni mati, yang menyembunyikan ketakpastian? Hari-hari ini saya sering membayangkan bagaimana sejumlah orang datang, tenang dan teratur, untuk membunuh diri, untuk membunuh orang lain. Benar, saya membayangkan Muhammad Attaatau siapa pun namanyabeserta teman-temannya, yang pada pagi 11 September 2001 itu datang ke Bandara Logan, Boston. Saya membayangkan mereka naik, di antara puluhan penumpang lain, ke dalam dua pesawat Boeing 767, dan duduk. Saya bayangkan mereka menunggu, membisu. Apa gerangan yang mereka pikirkan, sebelum mereka masuk ke dalam kokpit dan dengan paksa mengambil alih kemudi, memilih arah baru, dan dengan kecepatan 640 kilometer per jam berturut-turut menabrakkan dua pesawat seberat 160 ribu kilogram itu ke gedung raksasa kembar yang menjulang tinggi di bagian selatan New York? Sebuah dokumen berbahasa Arab kemudian ditemukan. Jika benar itu berasal dari apa yang mereka bawa pada hari yang mengerikan itu, teks itu sederet petunjuk yang rinci ke jalan kematian. Pada malam menjelang 11 September itu, demikian di sana disebut, kau harus bersumpah untuk mati. Cukurlah rambut yang berlebihan. Gunakan minyak pewangi tubuh. Mandi. Baca dua surah dalam Quran (dan "ingat semua hal yang dijanjikan Allah untuk para syuhada"). Salat. Murnikan sukmamu dari semua hal yang najis. Lepaskan seluruhnya sesuatu yang disebut "dunia ini". Asahlah pisaumu. Jika membunuh, jangan sampai si korban kesakitan. Menjelang naik ke pesawat, eratkan tali sepatumu. Kau harus tenang secara penuh, sebab "saat antara kamu dan perkawinan kamu [di surga] sangat pendek. Setelah itu, akan mulai hidup yang berbahagia." Dan kematian makin akrab, dan juga, dengan jalan itu, mungkin sebagian ibadah. Teror itu sebuah perang suci. Tapi tentu saja tidak demikian bagi 6.333 manusia lain, yang tewas dan terkubur, hampir sekaligus, dalam waktu hanya beberapa menit, di ujung bawah daerah Tribeca pagi itu. Bagi ribuan manusia yang terbakar pelan-pelan atau mendadak luluh-lantak dalam kedua gedung ituapa kematian bagi mereka? Saya mencoba membayangkan. Di sebuah majalah saya pernah melihat sebuah gambar: orang-orang yang putus asa, bergantung-gantung di sederet jendela tinggi di sebuah lantai atas dari salah satu gedung World Trade Center. Asap tebal mengepul dari lantai di bawah. Mereka tak punya tempat untuk lari. Hari-hari ini sanak keluarga para korban berduyun-duyun berziarah. Di area itu itu kini 90 ribu ton puing-puing yang jadi sebuah makam besar tak bertanda, tak terduga-duga, tersembunyi. Dari arah Vesey Street, memandang beberapa sisa bangunan yang terhantar seperti rangka ikan pari raksasa yang terjemur, saya teringat seorang raja abad ke-20 yang berkata, "Perlu waktu 20 tahun masa damai untuk menjadikan manusia; hanya perlu waktu 20 menit peperangan untuk menghancurkannya." Peperangan? Atau pembantaian? Apa pula bedanya, bagi mereka yang tak hadir untuk angkat senjata: penduduk sipil Hiroshima dan Nagasaki yang binasa oleh bom atom, orang dusun Vietnam di May Lai yang ditembaki tentara Amerika, orang Aceh yang dibunuhi TNI, orang Aceh yang ditembak GAM, orang Palestina yang diberondong peluru di Masjid Ibrahim oleh seorang Yahudi, orang Israel yang mati di sebuah restoran karena bom orang Palestina, dan seterusnya, dan seterusnyajuga 2.593 orang bukan Amerika, yang datang dari 65 negeri, yang hari itu hilang atau mati di World Trade Center. Termasuk seorang Indonesia yang ada di pesawat yang ditabrakkan itu. "Dan kematian makin akrab." Dari carik kertas berbahasa Arab yang ditemukan itu disediakan cara untuk mati yang salih dan ikhlas. Penyerahan, bahwa semuanya karena Allah? Sebagian begitu. Tapi ini penyerahan dengan sebuah paradoks. Pembunuhan besar hari itu adalah sebuah misi yang terencana, dengan tujuan yang bisa diukur hasilnya. Pada jam-jam itu manusia meletakkan diri sebagai pengendali, penakluk, pencapai sukses, seperti yang diproyeksikan oleh humanismeyang melahirkan banyak prestasi dan banyak tragedi. Dalam instruksi berbahasa Arab itu, terbaca perintah untuk bergeming dalam membunuh, menguasai, dan menang. "Salatlah malam harinya, dan memohonlah kepada Allah agar diberikan kepadamu kemenangan, kontrol, dan penaklukan." Dalam penaklukan itu, hidup dan mati memang dikalahkan, juga duka cita mereka yang di dunia. Dari sinilah para martir lahir, juga para algojo. Ada yang mengharapkan Taman Firdaus, ada yang memimpikan kekekalan nama sebagai pahlawan, ada yang meyakini masyarakat baru yang lebih baik. Ada yang untuk Tuhan, ada yang untuk Raja, ada yang untuk tanah air. "Aku seorang Amerika," seru orang Arizona yang menembak mati seorang Sheikh yang disangkanya seorang Islam beberapa hari setelah 11 September. "Aku segera akan pergi keluar, untuk membentuk hari esok yang bernyanyi," tulis Gabriel Peri, pemimpin komunis Prancis, dalam sepucuk surat pada bulan Juli 1942, sebelum ia mati di depan regu tembak Jerman. Komunisme yang atheistis, agama yang menyembah Tuhan, keyakinan para prajurit kamikaze Jepang yang memuja Tenno, semangat seorang patriot Amerika, dengan jenis eskatologi masing-masing, memang menampik masa sekarang. Masa depan yang sempurna menghalalkan apa pun yang dibuat hari ini. Tuhan, atau Sejarah, menjanjikan, dan menentukan. Mengagumkan memang iman yang seperti itu. Tapi, bagi yang yakin akan Tuhan dan surga, menggabungkan eskatologi dengan penghancuran adalah sebuah kontradiksi. Seseorang yang menafikan dunia seharusnya seorang yang membiarkan dunia dalam cacatnya. Bumi, "dunia ini", telah diabaikan. Maka, ganjil bila orang itu pada saat yang sama juga ingin meluluh-lantakkan apa yang buruk sekarang, seakan yakin bahwa dunia layak diperbaiki. Ganjil pula bila ia percaya kepada Tuhan yang mengatakan bahwa membunuh seseorang sama artinya dengan membinasakan seluruh umat manusia, sebab Tuhan itu adalah Tuhan yang tak menyesali apa yang Ia ciptakan sendiri. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tante Bunuh Keponakan Berusia 7 Tahun di Tangerang, Sakit Hati Ibu Korban Tak Meminjami Uang Rp 300 Ribu

2 jam lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Tante Bunuh Keponakan Berusia 7 Tahun di Tangerang, Sakit Hati Ibu Korban Tak Meminjami Uang Rp 300 Ribu

Seorang tante membunuh keponakan yang berusia 7 tahun di Tangerang karena sakit hati ibu korban tak meminjami uang Rp 300 ribu.


Seorang Wanita 40 Tahun di Tangerang Diduga Membunuh Ponakannya yang Berusia 7 Tahun

2 jam lalu

Ilustrasi tewas atau jenazah atau jasad. shutterstock.com
Seorang Wanita 40 Tahun di Tangerang Diduga Membunuh Ponakannya yang Berusia 7 Tahun

Polisi menangkap seorang wanita 40 tahun di Tangerang yang diduga membunuh ponakannya yang berusia 7 tahun.


Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

16 jam lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

Polres Wonogiri, menetapkan SPY, 44 tahun, sebagai tersangka pembunuhan dalam kasus penemuan kerangka manusia di Desa Setren, Wonogiri.


Pembunuhan di Kedai Anak Mami, Pelaku Tinggalkan Korban dalam Kondisi Pendarahan Saat Mengugurkan Janin

17 jam lalu

Agustami (27 tahun), tersangka pembunuhan wanita hamil di Kelapa Gading, meminta maaf dan berbela sungkawa atas kematian korban, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Pembunuhan di Kedai Anak Mami, Pelaku Tinggalkan Korban dalam Kondisi Pendarahan Saat Mengugurkan Janin

Seorang wanita menjadi korban pembunuhan. Jasadnya ditemukan di sebuah Kedai Anak Mami di Kelapa Gading. Hendak menggugurkan janin.


Motif Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya Ditemukan di Pulau Pari karena Korban Minta Harga Lebih

18 jam lalu

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi pada saat Konferensi Pers di Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, Senin, 25 Maret 2024. Ditresnarkoba Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Bea dan Cukai telah berhasil melakukan pengungkapan dan penangkapan terhadap pelaku kasus peredaran gelap narkotika jenis kokain cair, serbuk MDMA dan narkotika jenis sabu jaringan internasional. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Motif Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya Ditemukan di Pulau Pari karena Korban Minta Harga Lebih

Pelaku diduga membunuh korban di Pulau Pari karena sakit hati.


Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading Terungkap, Polisi Tangkap Pacarnya yang Kabur ke Lampung

22 jam lalu

Agustami (27 tahun), tersangka pembunuhan wanita hamil di Kelapa Gading, meminta maaf dan berbela sungkawa atas kematian korban, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading Terungkap, Polisi Tangkap Pacarnya yang Kabur ke Lampung

Tersangka pembunuhan wanita hamil 4 bulan itu dikenakan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.


Temuan Kerangka Manusia Ditimbun di Belakang Rumah di Kabupaten Wonogiri, Ada Bekas Luka Terbakar

1 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Temuan Kerangka Manusia Ditimbun di Belakang Rumah di Kabupaten Wonogiri, Ada Bekas Luka Terbakar

Penemuan kerangka manusia yang diduga korban pembunuhan itu berawal dari laporan orang hilang oleh keluarganya.


Polisi Tangkap Tersangka Pembunuhan Serlina di Sukoharjo, Satu Pelaku Lain Masih Buron

1 hari lalu

Kapolres Sukoharjo Ajun Komisaris Besar Polisi Sigit menanyai RM, tersangka pembunuhan Serlina, 22, yang jasadnya ditemukan di sebuah parit di Kabupaten Sukoharjo, Senin, 22 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Polisi Tangkap Tersangka Pembunuhan Serlina di Sukoharjo, Satu Pelaku Lain Masih Buron

Polisi menjerat RMS dengan pasal perampasan dan pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman maksimal seumur hidup penjara.


Kasus Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Pembunuhnya di Guguak Sumbar

1 hari lalu

Ilustrasi mayat. Pakistantoday.com
Kasus Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Pembunuhnya di Guguak Sumbar

Tersangka dalam kasus penemuan mayat perempuan di Pulau Pari itu kini sudah ditahan di rumah tahanan (rutan) Polda Metro Jaya.


Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

4 hari lalu

Jenazah Bripda Oktovianus Buara yang ditemukan meninggal akibat dianiaya di Dekai tiba di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa 16 April 2024. (ANTARA/HO/Dok KP3 Bandara Sentani)
Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

Polda Papua belum mampu menangkap pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Dua Oktovianus Buara.