Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Horor

Oleh

image-gnews
Iklan

Ketika Akbar masih menyandang nama kecilnya, Muhammad, ia telah memperoleh gelar Ghazi, sang "penyembelih kafir". Pada umur 14 tahun, pangeran itu diundang mempertunjukkan keberanian dan keterampilannya, dan ia lulus ujian: ia tebas leher seorang tahanan Hindu dalam sekali tetak.

Keturunan Jengis Khan, keturunan Timurleng, pengendara kuda jalang, pelaga senjata yang cekatan, yang bermain polo kalau perlu di malam hari (untuk itu ia ciptakan bola yang bisa bersinar bila cahaya tak cukup), ia sanggup berjalan kaki 60 kilometer tanpa lelah. Semua disiplin dan energi itu ia gerakkan ketika ia, di tahun 1560, pada umur 18, mulai memerintah tanpa didampingi, dan menjadi maharaja ke-3 dalam dinastinya.

Ketika itu, imperium Moghal cuma seperdelapan India yang sekarang. Dengan semangat moyangnya, ia perluas tanah itu hampir ke seluruh Tanah Hindustan.

Tapi luas itu datang bersama kompleksitas. Akbar tahu kenapa: ia, seorang muslim, pendatang keturunan asing, memerintah sebuah mayoritas yang tak seiman, di sebuah sub-kontinen yang sejak masa purba melahirkan pelbagai kitab dan orang suci. Bahkan agama Kristen pun mulai datang, dan para padri Katolik telah tiba di Delhi. Hindustan masuk ke dalam sebuah transisi yang tegang.

Akbar tahu, tapi lebih dari itu ia berpikir, ia merenung: ada yang merisaukan, ketika manusia berdesak-desak dengan kesucian masing-masing. Ia berusaha keras: ia menikah dengan putri-putri Rajput yang Hindu, ia menyetujui anjuran pengikut Jainisme agar berhenti berburu, ia beri kebebasan kepada misi Yesuit untuk menyiarkan agama, ia kenakan baju suci Zoroaster dengan takzim.

Tapi ia tak puas. "Pikiranku tak tenteram di tengah keanekaragaman sekte dan keyakinan," katanya. "Terlepas dari kegemilangan lahiriah ini, dengan rasa puas apa…aku dapat menjalankan kendali atas imperium ini? Aku menanti orang-orang rendah hati yang berprinsip untuk memecahkan kesulitan dalam hati nuraniku...."

Maka diundangnya para arif dan aulia dari pelbagai kaum ke majelisnya. Di hari seperti itu, jam panjang diisi pembahasan tentang pokok ilmu, rahasia wahyu, kejadian aneh dalam sejarah, atau keganjilan alam. Wakil dari agama-agama juga hadir. Akbar berada di tengah mereka, tapi juga di luar mereka. Ia seorang rasionalis, dan ia memandang agama dengan perspektif itu. "Keunggulan manusia," katanya, "terletak dalam mutiara akal."

Tak semua tamunya tenteram mendengarnya. Terutama ketika Akbar melangkah lebih jauh. Pada suatu hari, baginda mengundang orang-orang terpelajar dan juga komandan militer di kota-kota sekitar Agra untuk datang ke ibu kota. Di hadapan hadirin yang terhormat itu, ia berpidato: "Satu hal yang buruk, bagi sebuah imperium yang berada di bawah titah satu pemimpin, bila anggota-anggotanya berbeda pendirian satu sama lain…. Sebab itu kita perlu membuat mereka menjadi satu, tapi dengan satu cara hingga mereka jadi "satu" dan juga "semua"—dengan keuntungan: tak ada yang hilang di sebuah agama, sementara ia mendapatkan yang lebih baik dari agama yang lain."

Tampaknya, kerinduan akan perdamaian dan toleransi, juga keyakinan akan rasionalitas—dan tentu saja politik keamanan dan integrasi—membuat Akbar mengambil keputusan yang luar biasa: hari itu ia mendirikan sebuah agama baru. Ia beri nama "Din Illahi", yang kurang-lebih berarti "agama Tuhan". Ia sendiri yang akan memimpin agama baru itu. Konon ibadah yang harus dijalankan para pemeluknya merupakan sebuah sintesis dari pelbagai aturan—yang sedikit banyak campur-aduk.

Tapi kita tahu, Din Illahi tak berhasil menggantikan Islam, Hindu, Buddha, Zoroaster, Kristen, atau apa pun. Hanya beberapa ribu orang bergabung ke dalamnya. Umurnya tak lebih lama ketimbang Akbar. Cuma sebuah bangunan di Fathpur-Sikri saja, kenisah agama yang berangkat dari dan untuk impian perdamaian itu, yang terus tersisa sampai hari ini.

Tentu, perdamaian tak dengan sendirinya berarti peleburan. Tapi lebih dari itu saya kira ada satu hal pokok kenapa Din Illahi tak bertahan: Akbar tak melihat bahwa iman bukanlah mempercayai apa yang terang tanpa mempercayai apa yang gelap. Jika iman bersentuhan dengan yang kudus, maka persentuhan itu bukan sebuah jabat tangan, sebab di sana ada juga horor—seperti yang dilukiskan Bhagawat Gita, ketika Arjuna menyaksikan Sang Wishnu hadir di dekatnya menjelang perang besar yang mengerikan itu: "Masuk aku ke dalam taringmu," katanya gemetar, merunduk di depan sang Dewa yang menampakkan diri.

Seolah-olah Amir Hamzah, penyair sufi itu, merupakan gemanya: "mangsa aku dalam cakarmu", atau seperti kata Chairil Anwar, "aku hilang bentuk, remuk", atau seperti kata Yeremiah kepada Tuhan, "Kau telah gagahi aku": Tuhan tak datang ke dalam hati kita dengan jaminan bahwa yang akan ada hanya ketenteraman, sebuah proteksi yang mutlak, dan semua hal bisa dimengerti.

Tapi Akbar hidup di sebuah istana yang aman dan serba tersedia, dan ia telah membuktikan diri bahwa ia bisa menguasai apa pun—Hindustan, tubuhnya sendiri yang terlatih, perkara politik dan filsafat yang majemuk. Ia merasa beruntung memiliki mutiara itu: akal. Seandainya ia lebih dekat ke kesengsaraan, lebih kecut menghadapi nasib, lebih rusuh hati melihat kesewenang-wenangan dan penyaliban, atau seandainya ia ada di abad ke-20, seperti Simone Weil, ia mungkin akan tak menawarkan iman ibarat seorang arsitek menawarkan desain bangunan yang rapi.

"Keindahan dunia terletak di ambang labirin," kata Weil, filosof perempuan yang mati muda dengan tubuh lapar itu. Seseorang yang tak berhati-hati dan masuk beberapa langkah ke dalamnya, kata Weil pula, suatu saat tak mampu menemukan jalan kembali. Jika ia tetap berani, ia akan tiba di pusat labirin itu. "Dan di sana, Tuhan menunggunya, untuk mengerkahnya," tulis Weil. "Lalu ia akan kembali, tapi telah berubah menjadi lain."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY Sebut Tujuan Utamanya Menang di Pilpres

2 menit lalu

Capres Terpilih Prabowo Subianto, datang ke St. Regis Setiabudi, Jakarta Selatan pada pukul 17.19 WIB, didampingi Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menghadiri Buka Bersama Partai Demokrat pada Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY Sebut Tujuan Utamanya Menang di Pilpres

AHY menyebut Partai Demokrat telah berhasil mencapai misi besar atau utamanya dalam memenangkan Pilpres 2024.


Ponsel iPhone 12 Dapat Update Pengisian Baterai Nirkabel Qi2, Lebih Cepat Dua Kali Lipat

6 menit lalu

CEO Apple Tim Cook berpose dengan iPhone 12 Pro baru di Apple Park di Cupertino, California, AS dalam foto yang dirilis 13 Oktober 2020. Apple resmi memperkenalkan generasi iPhone terbarunya, iPhone 12 pro dan iPhone 12 Pro Max dalam acara bertajuk Hi Speed yang digelar virtual, Rabu dinihari waktu Indonesia, 14 Oktober 2020. Brooks Kraft/Apple Inc./Handout via REUTERS
Ponsel iPhone 12 Dapat Update Pengisian Baterai Nirkabel Qi2, Lebih Cepat Dua Kali Lipat

Update Nirkabel Qi2 pada ponsel iPhone 12 sudah didukung teknologi MagSafe Apple.


Liverpool Tak Lagi Menargetkan Xabi Alonso untuk Pengganti Jurgen Klopp, 2 Pelatih Ini Jadi Incaran Baru

20 menit lalu

Pelatih Bayer Leverkusen Xabi Alonso. REUTERS/Thilo Schmuelgen
Liverpool Tak Lagi Menargetkan Xabi Alonso untuk Pengganti Jurgen Klopp, 2 Pelatih Ini Jadi Incaran Baru

Liverpool mengurungkan rencananya mengejar Xabi Alonso sebagai pengganti Jurgen klopp, dengan dua kandidat kini muncul sebagai opsi alternatif.


Militer Spanyol Kirim Bantuan Kemanusiaan lewat Udara ke Jalur Gaza

21 menit lalu

Bantuan dijatuhkan melalui udara di Gaza, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 1 Maret 2024. REUTERS/Kosay Al Nemer
Militer Spanyol Kirim Bantuan Kemanusiaan lewat Udara ke Jalur Gaza

Walau otoritas Gaza memperingatkan pengiriman bantuan kemanusiaan lewat udara tidak aman, namun sejumlah negara masih melakukannya.


TNI Ungkap Alasan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Diterjunkan AU Yordania

29 menit lalu

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengecek bantuan usai upacara keberangkatan bantuan kemanusiaan untuk Palestina di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat 29 Maret 2024. Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan payung udara orang dan payung udara barang sebanyak 900 buah ke Yordania untuk disalurkan ke Palestina melalui metode airdrop menggunakan satu pesawat Hercules C-130J TNI AU. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
TNI Ungkap Alasan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Diterjunkan AU Yordania

Misi itu melibatkan 27 personel TNI yang sebagian besar merupakan prajurit dan sisanya satu diplomat dari Kementerian Luar Negeri.


Fakta-fakta Kasus Pertalite yang Dicampur Air di SPBU di Kota Bekasi

31 menit lalu

SPBU di Jalan Juanda, Bekasi terkontaminasi air.  Tempo/Adi Warsono
Fakta-fakta Kasus Pertalite yang Dicampur Air di SPBU di Kota Bekasi

Para tersangka pelaku pencampur BBM jenis Pertalite dengan air yang dikirim ke sebuah SPBU Kota Bekasi tersebut akan diancam pidana 6 tahun penjara.


Persija Jakarta Akan Kembali Berkandang di SUGBK saat Jamu Persis Solo pada Liga 1 Pekan Ke-31

34 menit lalu

Pemain Persija Jakarta Marko Simic dan Ryo Matsumura. Twitter @Persija_Jkt.
Persija Jakarta Akan Kembali Berkandang di SUGBK saat Jamu Persis Solo pada Liga 1 Pekan Ke-31

Persija Jakarta akan kembali berkandang di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Jakarta, saat menjamu Persis Solo dalam lanjutan Liga 1 pekan ke-31.


Kemendag Tetapkan Harga Patokan Ekspor Pertambangan April 2024, Harga Sebagian Komoditas Naik

38 menit lalu

Pekerja tengah memindahkan tembaga bekas untuk diolah di PT Smelting, Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6) PT Smelting memperoleh pasokan konsentrat tembaga sebesar 1 juta ton dari PT Freeport Indonesia dan dari Amman Mineral Nusa Tenggara sebanyak 100 ribu ton. TEMPO/Tony Hartawan
Kemendag Tetapkan Harga Patokan Ekspor Pertambangan April 2024, Harga Sebagian Komoditas Naik

Kementerian Perdagangan atau Kemendag menetapkan Harga Patokan Ekspor (HPE) produk pertambangan yang dikenakan bea keluar periode April 2024.


Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

38 menit lalu

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

Masih banyak orang yang salah kaprah terkait epilepsi. Dokter beri faktanya untuk meluruskan.