Rakyat Indonesia patut bersyukur atas pemilihan umum legislatif yang berjalan lancar dan damai pada Rabu lalu. Setelah mendapat laporan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan bahwa proses pemungutan suara di seluruh Indonesia berlangsung lancar. Kelancaran itu menepis kekhawatiran Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddiqie bahwa pemilihan umum kali ini akan diwarnai kericuhan.
Memang ada beberapa kasus yang mengganjal. Antara lain, kekurangan surat suara di beberapa daerah. Hal ini, misalnya, terjadi pada 32 tempat pemungutan suara di Sikka, Nusa Tenggara Timur. Akibatnya, pemilih baru akan mencoblos Sabtu ini.
Namun ini hanya kasus kecil dibandingkan dengan besarnya skala pelaksanaan pemilu. Toh, meskipun kecil, kasus-kasus logistik seperti ini semestinya segara diatasi karena selalu terjadi dalam setiap pemilu. Komisi Pemilihan Umum harus segera memperbaiki mekanisme pemantauan serta pengecekan distribusi surat suara.
Kabar tentang pemilih-pemilih siluman, yang kerap muncul dalam pemilihan umum sebelumnya, kali ini tak seramai sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa langkah Komisi untuk memperketat pemilih mencoblos lintas daerah dan membangun basis data yang terintegrasi telah menunjukkan hasilnya.
Perhatian khusus juga mesti diberikan ke daerah terpencil, seperti Papua. Raibnya delapan kotak suara berisi surat suara calon legislator yang sudah dicoblos oleh pemilih di Kampung Timika Jaya, Timika, harus ditangani serius. Komisi mesti memperkuat pengamanan pengiriman dokumen dari tempat pemungutan suara ke jenjang-jenjang berikutnya.
Keributan yang sempat terjadi di Jayapura juga jangan terulang. Di sana, puluhan orang membakar sebuah tempat pemungutan suara di Kotaraja, Abepura, pada Kamis subuh. Mereka membakar sebuah rumah dan sepeda motor bebek. Komisi dan kepolisian harus segera menyelidiki kasus ini dan menindak pelakunya. Jangan biarkan kelakuan segelintir orang ini merusak proses demokrasi yang sudah berjalan baik di negeri ini.
Lepas dari adanya ketidakberesan logistik dan kekacauan itu, secara keseluruhan pemilihan umum legislatif bisa dibilang sukses. Keberhasilan ini juga menegaskan pendapat mantan Presiden Federal Jerman, Christian Wulff, bahwa Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi, setelah India dan Amerika Serikat. Keberhasilan yang sudah berlangsung sejak beberapa pemilu terakhir inilah yang harus dijaga.
Tentu masih ada pekerjaan rumah yang sama pentingnya dengan pencoblosan. Komisi masih harus berjuang menjaga agar proses penghitungan dan penetapan suara berjalan lancar. Partai-partai politik pun harus mendukung. Janganlah karena hasil hitung cepat menunjukkan calonnya kalah, lantas berusaha mengganggu kerja Komisi. Semua pihak harus membantu mengawasi jalannya penghitungan suara agar proses yang sudah bagus ini tak ternoda.