Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hiperboria

Oleh

image-gnews
Iklan

Pada hari-hari pemilihan umum, politik seakan-akan hanya sebuah kerinduan mendapatkan pemimpin. Disadari atau tidak, dalam gambar tokoh yang dipasang, dalam percakapan tentang "siapa" (dan bukan "apa") yang akan menang, ada sesuatu yang purba: sesuatu yang datang dari sebuah zaman ketika raja dan brahmana dianggap punya kemampuan agung untuk membuat sebuah negeri menjadi "panjang punjung", luas dan luhur, bak deskripsi para dalang wayang kulit.

Lebih tua dari lukisan para dalang Jawa adalah paradigma Platonis tentang negeri atau polis yang ideal—konon diilhami oleh kerajaan Mesir purba—tentang perlunya "filosof-raja", pandhita-ratu, memimpin masyarakat. Saya tak tahu sejauh mana pada masa silam itu orang membaca Republik karya Plato, tapi berabad-abad lamanya jarak antara "raja" dan "Tuhan" sangat dekat, seakan-akan baginda yang bertakhta itu juga mendapatkan kearifan dari surga. Seakan-akan tak sembarang orang bisa duduk di puncak, sebab hak itu datang dari Ilahi. Agaknya mithos memang harus dibangun untuk melupakan kemungkinan bahwa kekuasaan sebenarnya datang secara kasar, dari ujung pedang. Pada abad ke-20, Mao Zhe-dong, seorang Marxis, membongkar mithos itu dengan mengatakan bahwa kekuasaan lahir dari laras bedil.

Mao memang menandai sebuah zaman runtuhnya ideologi yang mempercayai bahwa kekuasaan adalah sesuatu yang alamiah. Demokrasi telah datang. Isyarat pertama yang dramatis adalah sebuah adegan di Whitehall, London, 30 Januari 1649: hari itu Raja Charles dipenggal oleh kekuatan yang dikerahkan Parlemen untuk melawan, dipimpin oleh Oliver Cromwell. Lebih termasyhur lagi ke seluruh dunia tentu saja dari Revolusi Prancis, ketika Louis XVI ditebas lehernya pada 21 Januari 1793 oleh kaum revolusioner.

Simbol itu bisa dibaca lebih jauh: sang kepala dilenyapkan. Tinggal badan, lengan yang menanam padi dan gandum, tangan yang menembakkan panah dalam perburuan, kaki yang menempuh jalan dan menyeberangi sungai....

Meskipun demikian, politik ternyata tak berhenti-henti merindukan kepala. Kekuasaan Cromwell nyaris dikukuhkan sebagai kerajaan. Ia menolak. Tapi setelah ia meninggal pada 1658, Inggris kembali menjadi kerajaan. Tak jauh berbeda dari itu adalah Prancis: Napoleon, seorang opsir yang pintar, akhirnya jadi Maharaja, dan revolusi yang bersemboyan "kebebasan, kesetaraan, persaudaraan" dikhianati. Konon mendengar kabar itu, Beethoven, yang baru selesai menggubah karya musik untuk sang opsir revolusi, merobek-robek komposisi yang baru diciptakannya.

Beethoven boleh marah, tapi tampaknya ada kecenderungan yang laten dalam diri manusia yang memasang "kepala" sebagai pangkal dari segalanya. Angan-angan ini juga jadi bagian sentral dalam buah pikiran modern. "Kepala" di dalam pengertian ini sama dengan "subyek" yang kukuh dan utuh, serba tahu, pasti dengan satu hal: dirinya sendiri. Cogito, ergo sum.

Saya agak terkejut ketika mengetahui bahwa bahkan pikiran seperti itu juga terkandung dalam pemikiran Lenin yang atheis di satu sisi dan di dalam pemikiran Sayd Qutb yang Islamis di sisi lain.

Bagi pemikiran Lenin (dalam risalah pendeknya, Apa yang Mesti Dilakukan?), revolusi tak akan datang secara spontan. Proletariat—tangan yang memutar roda mesin dan memalu besi—harus digerakkan oleh kepala yang "sadar" akan dirinya, persisnya oleh Partai yang dipimpin oleh kaum revolusioner profesional. Bagi Qutb, seperti ditulisnya dalam Ma'alim fi'l Tariq ("Tonggak-Tonggak Perjalanan"), perjalanan menuju masyarakat yang Islami harus dirintis dan dijaga oleh para "pelopor", yang tahu tonggak-tonggak sepanjang jalan menuju tujuan. Ia harus "mengenali tempat awal, sifat dasar, tanggung jawab, dan tujuan terakhir perjalanan panjang ini."

Dengan kata lain, "sadar" dan "mengetahui" adalah pokok. Teori jadi pangkal dan praksis hanya menurutinya. Seakan-akan "aku berpikir, maka aku ada" tak pernah bisa dikalahkan dengan argumen bahwa "aku ada, maka aku berpikir." Seakan-akan subyek (yang berpikir itu) menentukan "ada", membentuk dan mengubah dunia yang di luar. Seakan-akan "mengetahui" begitu menentukan hingga tak perlu dihiraukan ada "dunia-kehidupan", Lebenswelt, yang acap kali tak terumuskan.

Persoalannya, "dunia-kehidupan" itu begitu centang-perenang: ada alam yang tak dapat diduga, ada tubuh yang punya nafsu, ada bawah-sadar, ada emosi yang berubah-ubah, ada perbedaan yang tak tepermanai, ada pergantian yang mengalir terus. Khaos, kata Nietzsche dengan bersemangat—"ada" adalah "khaos". Dunia, kata Nietzsche, adalah "sebuah monster energi, tanpa awal dan tanpa akhir."

Politik tampaknya tak akan dapat berlangsung, untuk menghasilkan kemaslahatan bersama, jika manusia bertolak dari "monster energi" ini. Diperlukan kendali atas khaos, dibutuhkan skematisasi terhadap Lebenswelt yang centang-perenang. Itu sebabnya bahkan Nietzsche sendiri menawarkan satu paradigma mirip Plato: "manusia Hiperboria". Manusia jenis ini sekaligus pemikir dan pembuat undang-undang. "Filosof sejati adalah panglima dan legislator," katanya dengan gagah. Mereka akan menentukan "Ke Mana" dan "Untuk Apa" manusia. Dengan "kehendak untuk berkuasa", dunia akan dapat ditata.

Tapi tidakkah dengan "subyek" yang begitu kuat berniat—"manusia Hiperboria" Nietzsche, kaum "revolusioner" Lenin, para "pelopor" Qutb—politik akan melahirkan harapan yang terlalu melambung? Tidakkah Tuhan seakan-akan telah digantikan peran-Nya dalam menentukan nasib? Sejarah menunjukkan bahwa politik yang hanya mencari pemimpin, mengandalkan "subyek" yang seakan-akan utuh, akan berakhir dengan harapan yang guncang. Mungkin ada cara lain melihat: politik adalah sesuatu yang perlu tapi sayu: satu proses bersaing dan berunding, untuk mengatasi kekecewaan sejarah.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

14 menit lalu

Ilustrasi wanita menyikat gigi. Foto: Unsplash.com/Diana Polekhina
Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?


Piala Asia U-23 2024: Rizky Ridho Bicara Dampak Kembalinya Nathan Tjoe-A-On Jelang Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan

16 menit lalu

Pemain Timnas Indonesia Nathan Tjoe-A-On (kiri). Instagram
Piala Asia U-23 2024: Rizky Ridho Bicara Dampak Kembalinya Nathan Tjoe-A-On Jelang Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan

Rizky Ridho mengungkapkan reaksi rekan-rekannya di timnas U-23 Indonesia saat Nathan Tjoe-A-On beri kabar bisa kembali main di Piala Asia U-23 2024.


Pihak Syahrul Yasin Limpo Belum Bahas Dugaan Uang Hanan Supangkat yang Disita KPK Berhubungan dengan NasDem

16 menit lalu

Tiga terdakwa mantan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (kiri), Sekjen Kementan RI, Kasdi Subagyono dan mantan Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementan RI, Muhammad Hatta (kanan), mengikuti sidang lanjutan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis, 17 April 2024. Sidang ini dengan agenda pemeriksaan keterangan saksi Adc. Mentan, Panji Hartanto, yang telah mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum KPK untuk ketiga terdakwa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi terkait penyalahgunakan kekuasaan dengan memaksa memberikan sesuatu untuk proses lelang jabatan dalam pengadaan barang dan jasa serta penerimaan gratifikasi di lingkungan Kementerian Pertanian RI. TEMPO/Imam Sukamto
Pihak Syahrul Yasin Limpo Belum Bahas Dugaan Uang Hanan Supangkat yang Disita KPK Berhubungan dengan NasDem

Kuasa hukum bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kliennya belum ada membahas soal penggeledahan KPK di rumah Hanan Supangkat.


Begini Sosok TikToker Asal Bekasi Galih Loss yang Ditangkap Kasus Penistaan Agama

21 menit lalu

Galih Loss. Foto: Instagram.
Begini Sosok TikToker Asal Bekasi Galih Loss yang Ditangkap Kasus Penistaan Agama

Di mata tetangga, Galih Loss disebut jarang bercengkerama dengan warga sekitar.


Cerita di Balik Hotel Chelsea yang Disebut Taylor Swift dalam Lagu The Tortured Poets Department

23 menit lalu

Hotel Chelsea, New York, Amerika Serikat. Unsplash.com/Jon Tyson
Cerita di Balik Hotel Chelsea yang Disebut Taylor Swift dalam Lagu The Tortured Poets Department

Hotel Chelsea merupakan bangunan bersejarah yang dibangun antara tahun 1883 dan 1885


The Fall Guy Tayang Hari Ini, Penuh Aksi Mendebarkan Ryan Gosling dan Emily Blunt

30 menit lalu

The Fall Guy dibintangi Ryan Gosling dan Emily Blunt. Dok. Universal Pictures
The Fall Guy Tayang Hari Ini, Penuh Aksi Mendebarkan Ryan Gosling dan Emily Blunt

The Fall Guy bercerita tentang seorang stuntman yang mengalami kecelakaan serius dan hampir mengakhiri kariernya.


Respons Parpol di Luar KIM Soal Peluang Gabung ke Koalisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

31 menit lalu

Pasangan calon presiden dan Wakil Presiden Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Pasangan calon presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka hadir dalam rapat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu 24 April 2024. KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029. TEMPO/Subekti.
Respons Parpol di Luar KIM Soal Peluang Gabung ke Koalisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Muhaimin Iskandar mengatakan PKB ingin terus bekerja sama dengan Prabowo Subianto dan Gerindra.


Surya Paloh Tegaskan NasDem dan PKS Siap Gabung Pemerintahan Maupun Oposisi

31 menit lalu

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu tiba di NasDem Tower bersama jajaran Partai NasDem dan PKS dalam konferensi pers usai pertemuan kedua partai di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Surya Paloh Tegaskan NasDem dan PKS Siap Gabung Pemerintahan Maupun Oposisi

Surya Paloh meminta PKS untuk merenungkan apa yang terbaik bagi negeri ini, PKS di luar pemerintahan atau di dalam pemerintahan.


Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

31 menit lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat wawancara dengan Tempo di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN


Kuasa Hukum Dirut PT RBT Anggap Penyitaan Smelter oleh Kejagung dalam Kasus Korupsi Timah Sudah Tepat

33 menit lalu

Harris Arthur Hedar, pengacara PT RBT. TEMPO/Istimewa
Kuasa Hukum Dirut PT RBT Anggap Penyitaan Smelter oleh Kejagung dalam Kasus Korupsi Timah Sudah Tepat

Kuasa hukum Direktur PT Refined Bangka Tin memberi penjelasan soal smelter timah PT RBT yang disita oleh Kejagung.