Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Said

Oleh

image-gnews
Iklan

Kabar tentang Edward Said meninggal saya baca di sebaris sandek. Kalimat itu muncul di layar telepon genggam ketika saya tengah duduk di depan sebuah lampu meja yang penyungginya terbuat dari batu berukirkan dua sosok penari: sebuah nukilan Borbudur.

Kabar datang, pergi, informasi melintas cepat-cepat. Mungkin sebab itulah orang membangun monumen. Memahat adalah mengingat. Atau sebaliknya: sejarah ingin dipahat, dituliskan dengan huruf kapital "S", tapi segala yang datang dan pergi tak bisa disusun dalam kronologi dan tema besar. Mereka terus mengerumuni kita, merasuki kita. Dan Sejarah pun seakan-akan mengunjal napas, capek dan gaek, di hadapan kini. Kini itu tak kunjung berhenti. Yang terpeluk oleh Sejarah hanya segala yang telah lewat, reruntuhan.

"The sigh of History rises over ruins…."

Edward Said meninggal, dan aneh bahwa saya teringat potongan kalimat Derek Walcott itu. Sang penyair Karibia tengah melukiskan sebuah sore di sebuah dusun Trinidad ketika orang-orang keturunan India mempertunjukkan satu versi Ramayana di lapangan desa. Bendera warna-warni berkibar, bocah-bocah berpakaian merah dan hitam mengarahkan panah mereka ke cahaya setelah siang, dan di arah sana tampak dua bangunan bambu, bagian dari patung dewa yang nanti akan dibakar. Para penabuh tabla telah menyalakan api. Langit mulai gelap. Burung-burung ibis yang kemerahan terbang pulang.

Di lapangan itu, para aktor Ramayana di dusun Trinidad itu bukan hendak menegakkan kembali masa lampau. Mereka hanya ingin bermain, menjalankan ritus. Lanskap itu sebuah lapangan yang hidup dan hiruk. Kejadian itu bukan wakil sebuah "periode". Ia bukan secuil contoh dari satu "zaman". Di sini, di mana-mana, suara Sejarah luruh. The sigh of History dissolves….

Tapi bila Sejarah sebenarnya tak mampu menyusun peta waktu, sebagaimana geografi tak bisa menyusun peta bumi dan penghuni—karena hal-hal itu selalu berubah, karena variasi mereka tak tepermanai—dengan cara apakah kita mampu membaca garis hidup dan memahami dunia? Yang pasti, kita tak akan bisa membacanya utuh. Mengetahui adalah menguasai, tapi itu ikhtiar yang tak kunjung sampai. Sebab itulah cerita pengetahuan adalah cerita mobilisasi sehimpun lembaga, teknologi, dan modal. Pengetahuan pun berbaur dengan kekuasaan. Pengetahuan menjadi kekuasaan.

Bertahun-tahun Edward Said dikenal dengan premis á la Foucault itu, dan dengan itulah karya besarnya, Orientalism, selalu diperbincangkan. Mungkin karena ia sebuah polemik yang ditembakkan ketika imperialisme dibongkar: sebuah serangan ke sejumlah besar karya para ilmuwan, pemikir, dan penulis di Eropa. Mereka ini bagian dari usaha kolonialisme, kata Said. Mereka menghadapi lanskap yang hidup dan hiruk di luar lingkup mereka, dan mereka meringkas dan meringkus; mereka membentuk sebuah Sejarah. Di bungkusnya mereka capkan label "Timur" dan "Barat". Walhasil, "Timur" adalah sebuah sistem pelukisan tentang sebuah dunia "lain" yang oleh kekuatan politik diberi rangka tertentu untuk disajikan untuk disiasati orang di "Barat".

Dengan semangat polemis yang sama Said juga menunjukkan bahwa "Eropa" memang butuh satu sosok yang berbeda agar ia bisa memperjelas identitasnya sendiri. Maka "Eropa" pun membentuk sebuah Sejarah dan Peta yang secara esensial lain, bahkan berlawanan. Tentu saja bagi Said, "esensialisme" ini sewenang-wenang. Dalam edisi 1995 dari buku terkenalnya itu ia mengutuk tiap "usaha untuk memaksa kebudayaan dan orang-orang ke dalam jenis dan esensi yang terpisah dan beda." Sebab, katanya, "posisi palsu ini menyembunyikan perubahan sejarah."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Palsu"—dengan hasil yang salah. "Pertimbangkan, besarnya Asia yang direduksi jadi fragmen-fragmen ini…," tulis Derek Walcott, yang juga tak percaya bahwa Sejarah bisa ditulis bahkan tentang serpihan Ramayana di dusun Trinidad itu. Dari Said kita juga belajar bahwa semua gambaran tentang "Asia", sebagai discourse, selalu diwarnai oleh bahasa, budaya, institusi, dan suasana politik si orang yang membuat gambar. Semuanya bukan "kebenaran".

Begitulah, Said adalah sebuah kritik. Tapi sebagaimana lazimnya sebuah polemik, Orientalism kadang terlalu bersemangat menembak, dan meleset. Ia lupa bahwa hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan tak hanya terbatas dalam discourse yang topang-menopang dengan imperialisme ke dunia "Timur". Heidegger, sebelum Foucault, telah memaparkan bahwa sejak masa Sokrates dan Plato di Yunani, cara manusia (Eropa) berpikir telah mengarah ke meringkus dan meringkas dunia di luar dirinya—dan tendensi ini diperkeras oleh penerjemahan konsep Yunani lama oleh semangat imperial Romawi.

Cara berpikir itu tak ayal merasuki gambaran Said sendiri tentang para "Orientalis". Ia membangun satu Sejarah dari sebuah lapangan pemikiran yang hidup dan hiruk. Ia tak memberi kemungkinan sesuatu yang berbeda, bahwa di Eropa, "Timur" tak selamanya dilukiskan sebagai sesuatu yang harus dijajah agar beradab—misalnya ketika Voltaire di pertengahan abad ke-18 memuji Islam dan mengejek Gereja Katolik. Said begitu berapi-api mengecam pengetahuan "Barat" tentang "Timur" sehingga ia (dan juga para pengagumnya) sering tak hendak melihat kesalahan pengetahuan "Timur" tentang dirinya sendiri.

Tapi di situ pula Said menyiratkan kepedihan: menghadapi kekuasaan yang bertaut dengan pengetahuan, menghadapi senjata, harta, dan kata-kata yang begitu kuat dan menaklukkan, ia berangkat untuk membebaskan. Bukan kebetulan ia seorang Palestina.

Tapi kini ia meninggal, dan seorang teman mengirim sebaris sandek: "Kenapa saya sedih?" Kenapa kita sedih? Mungkin karena hati kita adalah Palestina, jawab saya, pernah merasakan bagaimana diringkas, diringkus, dan dibungkam di dunia.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

3 menit lalu

Yunho di konser TVXQ. Foto: TEMPO| Raden Putri.
Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

Salah satu fan project tersebut adalah membuat white ocean atau lautan cahaya putih ketika TVXQ sedang tampil.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

6 menit lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

7 menit lalu

Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, menyambangi rumah dinas pasangannya dalam kontestasi pilpres 2024, Muhaimin Iskandar, di Jl. Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April 2024. Anies bersama keluarganya tiba di rumah dinas Cak Imin pukul 14.46 WIB. TEMPO/Defara
Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan enggan menanggapi pertanyaan wartawan apakah akan maju lagi pada Pemilikan Kepala Daerah DKI Jakarta.


Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

13 menit lalu

Anggota Pasukan Khusus Irak melakukan operasi militer 'Solid Will', saat melawan militan ISIS di gurun Anbar, Irak 23 April 2022. REUTERS/Thaier Al-Sudani
Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

Ledakan mengguncang pangkalan militer Irak, sehari setelah klaim bahwa Iran diserang Israel.


Bertambah lagi, MK Terima 52 Amicus Curiae soal Sengketa Pilpres

17 menit lalu

Delapan hakim Mahkamah Konstitusi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum untuk Pemilihan Presiden 2024 atau PHPU Pilpres di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Senin, 1 April 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Bertambah lagi, MK Terima 52 Amicus Curiae soal Sengketa Pilpres

Pengajuan sahabat pengadilan terhadap perkara sengketa Pilpres 2024 terus bertambah menjadi 52 amicus curiae.


Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

26 menit lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Adrien Olichon
Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.


Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

27 menit lalu

Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ketika ditemui usai halal bihalal di Jalan Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/Defara
Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

Cak Imin mengungkapkan Anies Baswedan tidak berminat maju dalam Pilkada Jakarta 2024 hingga saat ini.


Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

28 menit lalu

Jonatan Christie. Dok TIm Humas PBSI
Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

Jonatan Christie melesat ke posisi tiga besar dalam peringkat bulu tangkis dunia (BWF) yang dirilis Sabtu, 20 April 2024


Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

31 menit lalu

Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Yordania akan tersaji pada pertandingan ketiga babak penyishan Grup A Piala Asia U-23 2024.


Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

41 menit lalu

Robert Bonosusatya. Istimewa
Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

Nama Robert Bonosusatya terseret dalam pusaran dugaan korupsi timah. Namanya dikaitkan dengan tersangka lain Harvey Moeis dan Helena Lim.