Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rumah

Oleh

image-gnews
Iklan

Tuan bertanya tidakkah saya takut akan kehilangan rumah. Seperti biasa saya punya jawab yang panjang, membingungkan, dan tak menarik. Sebab saya ingat akan sebuah sajak Chairil Anwar tentang rumah dan tak berumah—tentang kepastian dan ketidakpastian:

Banyak gores belum terputus saja
Satu rumah kecil putih dengan lampu merah muda caya

Langit bersih-cerah dan purnama raya...
Sudah itu tempatku tak tentu di mana

Ada kontras yang langsung dalam sajak itu. Rumah yang rapi dan terang itu adalah kelanjutan dari sebuah riwayat dan sekaligus harapan yang tak bisa dipenggal—salah satu dari ”gores [yang] belum terputus”. Tapi pada saat yang sama, di dalamnya ada yang tak permanen. Perubahan yang drastis, perpindahan yang tak menentu, juga keresahan dan kepergian, akan datang menyusul: ”Sudah itu tempatku tak tentu di mana”.

Rasanya tak kita dengar sebuah keluh dan sesal dalam baris terakhir Chairil Anwar itu. Bagi si ”aku” dalam puisi itu, ketidaktentuan adalah sesuatu yang tak tersingkirkan, juga bila ia berada dalam sebuah ruang dengan riwayat yang intim dan panjang. Sajak ini mengakui bahwa dalam ketenteraman itu selalu ada yang lain, yang bukan-ketenteraman. ”Satu rumah kecil putih dengan lampu merah muda” itu memang sebuah kosmos alit yang utuh, tapi di dalamnya selalu terkandung khaos yang tak tampak. ”Sekilap pandangan serupa dua klewang bergeseran”, tulis Chairil dalam bait berikutnya. Dan pada akhirnya kita pun terban, seperti diembus angin, ”tak perduli, ke Bandung, ke Sukabumi...!?”.

Tuan bertanya tidakkah saya takut akan kehilangan rumah. Saya cenderung bertanya kembali dengan pertanyaan panjang yang tak menarik: apa yang kini tersisa dari lokalitas dan stabilitas yang pernah ada dahulu? Tuan lihat: kini begitu banyak orang digusur, begitu banyak orang mengungsi. Saya sering dengar ajaran yang mengibaratkan manusia sebagai tanaman: punya petak, punya letak, punya akar. ”Akar” jadi hal yang mustahak. Seorang penulis pernah mengutip Heidegger yang bertanya, ”Masih adakah rumah yang memupuk akar, di mana manusia selamanya berdiri… dalam keadaan bodenstndig?”

Heidegger: pemikir ini dengan nostalgia seorang Jerman tua bisa dengan terharu bicara tentang sebuah rumah petani abad ke-19 di Hutan Hitam di dekat Freibourg. Ia memang salah satu suara abad ke-20 yang menyaksikan teknologi dengan cemas, salah satu kritik murung Eropa yang letih oleh kemajuan. Dalam ceramah memperingati 175 tahun kelahiran komponis Conradin Kreutzer, Heidegger menunjuk bahwa teknologi secara hakiki mengancam ”keberakaran manusia di hari ini”. Di tempat lain di masa lain, Gaston Bachelard juga menyesali perkembangan Paris yang mengubah ruang jadi mandul: di kota itu, kata penulis La poetique de l’espace ini, ”rumah tinggal telah jadi sekadar horizontalitas”.

Namun kritik kepada modernitas—dalam arti dorongan menaklukkan alam dan menjadikannya ruang tanpa kedalaman—tak sepenuhnya menjawab, benarkah ”akar” begitu sentral dalam hidup manusia. Tidakkah teknologi memberikan sesuatu yang lain, yakni kemerdekaan?

Dalam hal ini Chairil Anwar bisa mengejutkan dan sekaligus fasih. Dalam sebuah sajaknya yang lain ia—merasa terimpit di sebuah ruang yang pasti—menyatakan sebuah alternatif:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita terapit, cintaku
mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak
Mari kita kepas, kita lepas jiwa mencari jadi
                                                                    merpati

Terbang
mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat

the only possible non-stop flight

Terbang dan mengarungi samudra dengan kapal udara maupun laut, menjelajah dengan Internet yang tak bertempat, semua itu dimungkinkan oleh teknologi—dan manusia pun bebas membuat ”jiwa” jadi ”merpati” yang tak ”terapit” dan ”mengecil diri”. Kita pun mengarungi keluasan tak henti-henti, tak takut bila akhirnya kita tak ”mendapat”. Dan rumah pun jadi bagian dari mobilitas, dan arsitektur tak lagi merancang kastil yang gelap berat, melainkan konstruksi yang ringan bagaikan kemah musafir. Atau gubuk para gelandangan dan bedeng para pengungsi.

Rumah petani di Hutan Hitam itu akhirnya hanya dalam kenangan. Tapi nostalgia memang sebuah paradoks. Ia mendekatkan kita dengan apa yang tak lagi dekat. Mungkin karena hidup bukanlah sepenuhnya kehadiran, melainkan juga ketidakhadiran? Rumah—meskipun bukan sebuah puri yang angker—bisa merupakan kehadiran yang membatasi. Tapi bahkan dengan kecenderungannya yang konservatif pun Heidegger melihat peran perbatasan sebagai sebuah awal. ”Sebuah perbatasan bukanlah suatu tempat di mana sesuatu berhenti,” katanya dalam sebuah ceramah untuk satu simposium tentang ”manusia dan ruang” pada tahun 1951. Sebuah perbatasan, katanya, ”Adalah dari mana sesuatu memulai geraknya untuk hadir.” Dengan kata lain, kemerdekaan itu ada justru di antara ketidakmerdekaan.

Maka apa arti sebuah rumah, sebenarnya? Sebuah ruang hidup di mana ada kemerdekaan. Ketika rumah kehilangan sifatnya itu, ia pun jadi sesuatu yang lain—mungkin sepetak bumi berpasir hisap yang menyedot kita ke kematian. Sebab itu rumah (juga tanah air dan tiap ruang tempat kita mempertautkan diri) adalah sebuah ekspresi dan sekaligus sebuah rekaman perjalanan penjelajahan. ”Rumahku dari unggun-timbun sajak,” kata sebaris sajak seorang penyair Belanda yang disadur Chairil Anwar.

Pada akhirnya, paradoks itu memang tak terelakkan. Manusia berdiri bertaut dengan bumi, selalu dalam bodenstndig, tapi kita tak mungkin terjebak di dalam pot dan petak tanah. Tak mengherankan bila—meskipun ia menakutkan rusaknya ”akar”—Heidegger juga mengutip penyair Johann Peter Hebel: ”Kita tanaman, yang… harus bangkit dengan akarnya, dari bumi, jika ingin berbunga di udara terbuka…”.

Takutkah saya kehilangan rumah? Bukankah kita akan selalu kehilangan rumah?

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi dan Maruf Amin jadi Saksi Nikah Puteri Kelima Bamsoet

57 detik lalu

Jokowi dan Maruf Amin jadi Saksi Nikah Puteri Kelima Bamsoet

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, menikahkan puteri kelimanya, Saras Shintya Putri (Chacha) dengan Avicenna Athalla Zaki Ghani Alli (Athalla), di Hotel Mulia, Jakarta, Sabtu 20 April 2024.


Nichkhun 2PM akan Jumpa Penggemar di Jakarta, Simak Deretan Drama dan Film yang Dibintanginya

2 menit lalu

Nichkhun, personel Boyband 2PM dalam konferensi pers jelang konser World Tour Go Crazy di Jakarta, 27 Maret 2015. Konser ini merupakan penampilan terakhir 2PM sebelum para personilnya menjalani wajib militer di Korsel. TEMPO/Nurdiansah
Nichkhun 2PM akan Jumpa Penggemar di Jakarta, Simak Deretan Drama dan Film yang Dibintanginya

Anggota grup K-Pop 2PM, Nichkhun akan fan meeting perdana di Jakarta pada 27 April 2024


Piala Asia U-23: Ivar Jenner Ungkap Kondisi Terkini Timnas U-23 Jelang Laga Indonesia vs Yordania

6 menit lalu

Ivar Jenner. (Instagram/@ivarjnr)
Piala Asia U-23: Ivar Jenner Ungkap Kondisi Terkini Timnas U-23 Jelang Laga Indonesia vs Yordania

Ivar Jenner menjalani latihan terpisah menjelang laga Timnas U-23 Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024.


Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

7 menit lalu

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto di gedung Kemenkopolhukam RI, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Maret 2024. ANTARA/Walda Marison
Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.


Yordania Tegaskan Wilayah Udaranya Bukan Medan Tempur Iran-Israel

11 menit lalu

Benda-benda terlihat di langit di atas Amman setelah Iran meluncurkan drone ke arah Israel, di Amman, Yordania 14 April 2024, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video media sosial. Video Obtained by REUTERS/via REUTERS
Yordania Tegaskan Wilayah Udaranya Bukan Medan Tempur Iran-Israel

Pemerintah Yordania menegaskan bahwa wilayah udaranya tidak boleh menjadi medan tempur antara Iran dan Israel.


Pendukung Capres Berebut Pengaruh Sengketa Pilpres

16 menit lalu

Demonstrasi dari masing-masing kubu pasangan calon muncul tiga hari menjelang putusan sengketa pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi.
Pendukung Capres Berebut Pengaruh Sengketa Pilpres

Demonstrasi dari masing-masing kubu pasangan capres muncul tiga hari menjelang putusan sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi


Serba-serbi Kolaborasi Stray Kids dan Charlie Puth

19 menit lalu

Stray Kids. (Instagram/@realstraykids)
Serba-serbi Kolaborasi Stray Kids dan Charlie Puth

Stray Kids akan berkolaborasi dengan Charlie Puth untuk single digital terbaru bertajuk Lose My Breath


Arsenal Bisa Fokus Berburu Gelar Liga Inggris Usai Tersingkir dari Liga Champions

24 menit lalu

Ekspresi manajer Arsenal Mikel Arteta dan manajer Manchester City Pep Guardiola dalam pertandingan Liga Inggris di Etihad Stadium pada Minggu, 31 Maret 2024. REUTERS/Carl Recine.
Arsenal Bisa Fokus Berburu Gelar Liga Inggris Usai Tersingkir dari Liga Champions

Bagaimana Mikel Arteta menakar peluang Arsenal meraih gelar Liga Inggris musim ini?


Analis Ungkap Faktor Prabowo Bisa jadi Juru Damai Jokowi dan Megawati

25 menit lalu

Prabowo Subianto (kiri) dan Megawati Soekarnoputri. TEMPO/ Subekti
Analis Ungkap Faktor Prabowo Bisa jadi Juru Damai Jokowi dan Megawati

Pengamat melihat perlu ada faktor kepastian terlebih dahulu di antara Prabowo dan Megawati, sebelum Ketua Umum Partai Gerindra menjadi juru damai bagi Megawati dan Jokowi.


Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

32 menit lalu

Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) menyampaikan keterangan pers terkait penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, Selasa 3 Januari 2023. Erick Thohir mengumumkan harga Pertamax akan turun dari Rp13.900 per liter menjadi Rp12.800 per liter yang dilakukan seiring dengan penurunan harga minyak dunia dari level 87 dolar AS menjadi 79 dolar AS dan berlaku mulai Selasa (3/1/2023) pukul 14.00 WIB. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.