Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Abu Ghuraib

Oleh

image-gnews
Iklan

Tak ada yang ganjil sebenarnya yang terjadi di Penjara Abu Ghuraib, Bagdad: di bui tempat prajurit Irak yang kalah perang disekap, yang menang dan yang kuat merayakan kekuasaannya, dengan riang, dengan brutal, di atas tubuh yang tak lagi berdaya.

Mari kita simak foto yang kini tersebar di seluruh dunia itu. Foto pertama: seorang tawanan perang Irak telanjang bulat melata di tanah, dengan leher yang diikat seutas kendali. Seorang prajurit perempuan Amerika dari Kompi 372 Polisi Militer memegang ujung kendali itu, seakan-akan sedang menyeret binatang aneh. Foto kedua: beberapa tawanan, dicopot seluruh pakaiannya, disusun bertimbun seperti ban mobil bekas, dan dipotret. Laporan tertulis menyatakan bahkan ada tahanan yang dipaksa masturbasi di depan para tahanan lain.

Apa boleh buat. Perang telah terjadi di Irak, dan perang pada akhirnya memang kebrutalan yang dihalalkan, yang melahirkan si kalah dan si menang. Perang adalah sebuah pertaruhan di mana, dalam bentuknya yang ekstrem, si menang berarti hidup dan si kalah mati. Para tahanan Irak di Penjara Abu Ghuraib itu adalah makhluk yang bisa dianggap sebagai ban bekas atau hewan jeratan. Sebagaimana manusia "mati", mereka bisa berbuat apa?

Pertanyaan itu bisa juga diarahkan ke luar Abu Ghuraib. Perang Irak seluruhnya adalah sebuah statemen bahwa berjuta-juta manusia di dunia telah dipergoki dengan pertanyaan: mereka bisa berbuat apa? Tatkala negeri dengan persenjataan paling dahsyat di muka bumi itu berniat menaklukkan Bagdad, kehendaknya pun jadi, meskipun jutaan manusia menentangnya. Amerika tak perlu menjelaskan alasannya. Ia tak perlu minta maaf ketika alasannya ternyata keliru. Ia tak perlu mempertanggungjawabkan gempuran senjatanya ke Irak, dan kerusakan dan kematian yang terjadi, kepada siapa pun, kecuali kepada dirinya sendiri.

Ia tak perlu takut. Sebab, siapa diri sendiri itu? Sebuah wajah yang hampir sepenuhnya demam oleh patriotisme. Sering demam itu tak jelas lagi batasnya dengan "jingoisme", ketika rakyat tampak menghargai prestasi perang (war records) dan bukan prestasi perdamaian (peace records) para pemimpin. Mereka bertepuk tangan melihat Presiden Bush muncul dalam baju pilot pesawat tempur.

Patriotisme, apalagi "jingoisme", adalah langkah pertama menyisihkan orang lain. Dari sini juga datang "kekecualianisme". Kata American exceptionalism memang diperkenalkan oleh Alexis de Tocqueville pada pertengahan abad ke-19, tapi kini ia menemukan ekspresinya yang lain: apa yang dianggap pantas dan tak pantas, yang berlaku untuk masyarakat internasional, tak harus diakui oleh Amerika Serikat. Di Abu Ghuraib seorang prajurit yang terlibat dalam penyiksaan tahanan mengaku tak pernah diajari aturan Konvensi Jenewa.

Tapi bukan cuma itu yang diabaikan. Sebelum di Abu Ghuraib, Amerika telah menampik ikut bergabung dalam Mahkamah Pidana Internasional. Ia juga menolak menandatangani perjanjian larangan pemakaian ranjau darat yang diikuti oleh 137 negeri; ia tak mau ikut dalam kesepakatan internasional mengenai senjata biologis yang diratifikasi oleh 413 negeri.

Negeri ini ingin, dan memang bisa, menentukan bahwa dirinya adalah sebuah kecuali. Makin lama ia makin membenarkan kata-kata Carl Schmidt, pemikir Nazi itu: "Yang berdaulat adalah ia yang menentukan kekecualian."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekecualian berarti kebebasan penuh. Tapi kebebasan itu untuk diri sendiribukan untuk yang lain.

Betapa aneh, sebenarnya, jika itulah yang terjadi. Sebab, Amerika Serikat, sebuah negeri yang berdiri dengan sebuah ide yang justru tak menghendaki ada "kecuali"sebuah ide dengan semangat universalis, yakni menjunjung hak untuk merdeka bagi semua orang, bagi semua bangsa. Saya ingat pada tahun 1955. Ketika ia membuka Konferensi Asia-Afrika, Bung Karno mengutip sebuah sajak Longfellow tentang Paul Revereseorang pejuang yang naik kuda tengah malam untuk membangunkan bangsanya agar siap berperang untuk kemerdekaan. Sejarah Amerika Serikat seakan-akan sejarah kita semua.

Kini betapa jauh, betapa ganjil. Semangat universalis yang ingin membuat Amerika Serikat bagian dari sebuah dunia yang merdeka sekarang justru bertaut dengan semangat yang ingin membuat negeri itu berada di luarbahkan bila perlu dengan mengorbankan kemerdekaan yang universal, sebab kini pun, atas nama patriotisme, ada niat menghalalkan sensor dan tak mematuhi asas peradilan yang bebas.

Tapi memang begitulah agaknya nasib ketiga revolusi besar dalam sejarah. Revolusi Prancis akhirnya melahirkan kediktatoran, dan setelah itu: supremasi Prancis. Revolusi Rusia pada gilirannya melahirkan Stalin, dan dengan Stalin, "internasionalisme" akhirnya hanya wadah pengaruh Rusia. Revolusi Amerika juga tak berbeda jauh dari nasib pola tragis itu: ia yang ingin menjangkau dunia akhirnya mendekam di diri sendiri.

Mungkin karena pada mulanya adalah niat. Ketika sejarawan Hobswan mengatakan bahwa, bagi orang Prancis, pembebasan negeri mereka "hanyalah cicilan pertama dari kemenangan universal kebebasan", ia sebenarnya menunjukkan paradoks ketiga revolusi besar dalam sejarah. Ketiga-tiganya bertolak dari niat mengubah dunia. Ketiga-tiganya mengandung satu subyek yang berniat, dan ada niat yang berhasil. Dari sini, ada sebuah model awal.

Berangsur-angsur, sang subyek pun identik dengan pusat dan tauladan. Dalam sejarah Amerika, persepsi diri sebagai tauladan ini bergelimang dengan apa yang mutlak, yang luhur, dan yang sukses. "Agama Kristen, demokrasi, Amerikanisme, bahasa dan budaya Inggris, pertumbuhan industri dan ilmu, institusi-institusi Amerikasemua ini campur-aduk dan kacau-balau," tulis H. Richard Niebuhr dalam The Kingdom of God in America. Dalam campur-aduk itu, Amerika Serikat tetap ingin sebagai sebuah kecuali. Terkadang ia mengagumkan, terkadang menggeikan, terkadang menakutkan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

19 jam lalu

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga, ketika ditemui dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.


Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

1 hari lalu

Ilustrasi hukuman cambuk di Iran. REUTERS
Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

Iran dikenal sebagai negara yang bergejolak. Suatu rezim menggunakan lembaga khusus untuk mengawasi dan membungkam oposisi


5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

1 hari lalu

Sejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin berada di atas truk pick-up selama prSejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin da RPG saaat berada di atas truk pick-up selama protes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullahotes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullah
5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

Sejak revolusi 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pengawal Revolusi Iran dan Pasukan elit Quds memberikan senjata, pelatihan dan dukungan keuangan kepada gerakan milisi tersebut.


Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

1 hari lalu

Presiden Iran Ebrahim Raisi. Kepresidenan Iran/WANA via REUTERS
Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

Sepanjang sejarah, Iran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional atau embargo dari beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa.


SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

1 hari lalu

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan
SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.


Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

1 hari lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.


3 Pesan Jokowi ke Menlu Cina, dari Soal Ekonomi hingga Situasi di Timur Tengah

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi tiba di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 April 2024. Wang Yi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo usai Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, melawat ke China pada awal April lalu dan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Keduanya berbagi pandangan mengenai kedamaian regional dan berkomitmen untuk mempererat hubungan. TEMPO/Subekti.
3 Pesan Jokowi ke Menlu Cina, dari Soal Ekonomi hingga Situasi di Timur Tengah

Presiden Jokowi menyampaikan tiga pesan saat bertemu Menlu Cina Wang Yi di Istana Kepresidenan Jakarta hari ini.


Benjamin Netanyahu Sebut Israel akan Bela Diri atas Serangan Iran

2 hari lalu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Kabinet Benny Gantz (tidak digambarkan) di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023. ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS
Benjamin Netanyahu Sebut Israel akan Bela Diri atas Serangan Iran

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkata Israel akan membuat keputusan sendiri untuk membela diri dari serangan Iran.


Konflik Iran-Israel Memanas, ESDM Yakin Cadangan BBM RI Aman

2 hari lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Konflik Iran-Israel Memanas, ESDM Yakin Cadangan BBM RI Aman

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut cadangan bahan bakar minyak (BBM) nasional tidak terdampak konflik Iran dan Israel


Kurs Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini ke 16.170 per Dolar AS, Apa Saja Penyebabnya?

2 hari lalu

Kurs Rupiah Diprediksi Menguat Hari Ini ke 16.170 per Dolar AS, Apa Saja Penyebabnya?

Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan fluktuatif dan ditutup menguat ke level Rp 16.170 per dolar AS.