Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riba

Oleh

image-gnews
Iklan

Tuan Kapital menarikan dansa macabre.... Gambaran Marx yang muram, tentang modal yang membujuk manusia berjoget mengiringi Maut, kini tampak seperti lukisan yang ditemukan kembali di seberkas naskah kuno. Tuan Kapital kini tampil lain. Mungkin ia seperti Dasamuka dalam cerita wayang: selalu mampu menjelma dengan wajah yang baru, tak kunjung mati. Ia bahkan bisa menghilang.

Dulu ia satu metamorfosis dari riba, uang yang lahir dari uang. Kita tahu bahwa perbuatan menganakkan uang itu dinistakan ramai-ramai dari zaman ke zaman. Devarim, kitab yang memaklumkan ulangan undang-undang Musa, yang konon disusun pada abad ke-7 sebelum Masehi, melarang orang Yahudi menarik bunga dari pinjaman kepada "saudara"-nya. Empat abad kemudian Aristoteles menegaskan bahwa riba memang layak dibenci. Delapan ratus lima puluh tahun setelah itu, di sekitar abad ke-6 Masehi, Uskup Jakob dari Saroug, di Suriah, menulis bahwa bunga (rebitha) adalah hasil siasat Setan untuk memulihkan kembali kekuasaannya. Pada abad itu pula kemudian Islam datang, dengan pesan yang mirip.

Setelah Muhammad saw., mungkin yang layak disebut adalah Marx. Pada abad ke-19 Marx menggunakan kata Schaher, yang menurut mereka yang mengerti bahasa Jerman zaman itu berarti "seseorang yang siap mengambil laba dari apa pun dengan cara yang licik". Kata itu juga berarti "riba". Di sini tampak bahwa "riba" dan "laba" (yang dalam kata Arab konon disebut ribh) sangat dekat. Laba, bagi Marx, berasal dari kelebihan hasil dari memeras tenaga buruh. Ia buah pengisapan. Apalagi dari uang itu beranak pula uang, melalui bunga. Ketika terhimpun modal, lihat, kata Marx, modal itu sebenarnya "tenaga kerja yang telah mati" yang, "bagaikan vampir, hidup hanya dengan cara menyedot tenaga kerja yang hidup."

Tapi berangsur-angsur zaman melihat Tuan Kapital bukan lagi sebagai makhluk asing yang mengerikan. Jika Mao gagal menghapuskannya dari sejarah, jika Cina, yang secara resmi masih disebut "Republik Rakyat" itu, maju dan makmur secara mengagumkan setelah menjadi "Republik Pasar Besar", orang pun bersepakat bahwa tentu ada yang keliru dalam cerita vampir di jilid kedua Das Kapital. Modal—yang menggerakkan pasar dan digerakkan oleh pasar, yang memuliakan milik dan menggairahkan kebebasan jual beli, yang mempertukarkan dengan giat barang dan jasa—sekarang terasa lumrah dan sekaligus modern. Ia ibarat sebuah generator listrik yang hanya terdengar derunya, tapi dari sana, lampu warna-warni dan roller coaster bergerak ramai di sebuah Pekan Malam.

Getar generator itu kini menyebar praktis ke seluruh muka bumi. Di mana pun tampaknya tak ada pilihan selain menerima kekuatannya. Pada akhirnya dialah makna modernitas itu sendiri. Apa boleh buat, dunia, dalam kata-kata Fredric Jameson, hidup dengan a singular modernity.

Pasti, Dasamuka itu telah berubah rupa. Ia telah menyulap dirinya dan berbareng dengan itu menyulap banyak hal lain. Kita tahu, dari Marx, bahwa dengan modal, barang bisa berubah menjadi komoditas, dan bersama itu memperoleh daya yang bisa memukau manusia, bagaikan sebuah azimat. Tapi tak hanya itu. Modal bisa membuat "riba" berhenti sebagai "riba". Seraya menggerakkan pasar, modal membuat perdagangan uang bersaing sengit, dan para peminjam tak lagi sepenuhnya bergantung pada seorang rentenir. "Riba" pun akhirnya diterima sebagai "ongkos modal". Artinya, sesuatu yang bisa dirancang (dan dikontrol) dalam anggaran.

Dalam mengubah diri itu pula, Tuan Kapital bisa muncul sebagai Coca-Cola, MTV, atau media Murdoch, suatu kekuatan yang bergerak memusat dan cenderung menyeragamkan. Tapi ia juga bisa menyulap diri sebagai pembawa variasi, dari jenis ayam goreng sampai dengan jenis komputer jinjing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan ia bisa menghilang. Pada saat yang sama, ia menyusup ke mana-mana. Kini ada yang percaya bahwa zaman kapital sudah melenyap. Bahkan sebuah masa "pasca-kapitalis" telah tiba, sebab, kata mereka, kini bukan modal yang berkuasa, melainkan informasi. Dan informasi, dalam zaman netokrasi kini, kata mereka (mungkin seraya menghitung jutaan warung Internet di pelosok bumi), tak pernah tetap berada di satu pusat. Tapi benarkah? Bisakah netokrasi berkembang tanpa Bill Gates dan para pemodal sejenisnya? Tidakkah perbedaan kelas di sini juga ditentukan oleh siapa yang memiliki modal yang—meskipun Bourdieu mungkin akan menyebutnya sebagai "modal kultural"—bermula dari basis ekonomi tertentu?

Jika dilihat demikian, Tuan Kapital memang bisa tampak gagah dan berubah-ubah dengan cerah. Ia bahkan bisa menampilkan diri sebagai pembebas. Penelaah kebudayaan populer Arswendo Atmowiloto baru-baru ini memperkenalkan satu dikotomi yang menarik: ada "siaga" dan ada "niaga". Yang pertama adalah kecenderungan kekuatan politik untuk menutup diri seraya curiga kepada yang "luar". Yang kedua adalah kecenderungan perdagangan untuk membangun pasar yang terbuka. Sebab pasar adalah tempat orang asing atau bukan asing bertemu, yang, untuk kepentingan mereka sendiri, menjaga agar pertemuan itu bukan sebuah konflik. Pada abad ke-18 orang Prancis menyebutnya sebagai un commerce doux.

Hari ini, memang lebih dipujikan untuk merayakan niaga ketimbang siaga—dan saya kira itulah maksud dikotomi Arswendo. Tapi tentu saja orang bisa mencatat bahwa niaga bisa membawa siaga: perang dagang bisa menjadi perang senjata. Perebutan wilayah di Nusantara antara Inggris dan Belanda adalah contohnya, dan tak salah jika Marx pernah mencemooh pengertian doux commerce itu. Kini, kalaupun perang macam itu tampak mustahil, ada yang tak mustahil: dalam siaga terdapat niaga. Pertumbuhan ekonomi AS belum lama ini, misalnya, banyak disumbang oleh perang, dengan segala perabot dan persiapannya.

Dengan kata lain, Tuan Kapital memang tak selamanya membujuk manusia untuk menarikan dansa macabre. Tapi ia, yang ada di siang, ada di malam, memang bisa mencemaskan kita.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

26 detik lalu

Ilustrasi perempuan perawatan rambut di salon. Foto: Freepik.com/Prostooleh
Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

Seorang wanita muda mengalami cedera ginjal setelah melakukan pelurusan rambut di salon. Penyebabnya kandungan zat berbahaya pada produk.


Hasil Liga 1: Flavio Silva Borong 5 Gol, Persik Kediri Menang 5-2, Bikin Persikabo 1973 Terdegradasi

1 menit lalu

Pemain Persik Kediri, Flavio Silva. (Instagram/@flaviosilvaa_9)
Hasil Liga 1: Flavio Silva Borong 5 Gol, Persik Kediri Menang 5-2, Bikin Persikabo 1973 Terdegradasi

Flavio Silva memborong 5 gol saat Persik Kediri mengalahkan Persikabo 1973 di pekan ke-30 Liga 1. Persikabo terdegradasi.


Cara Menyimpan Kolang Kaling agar Tahan Lama, Bisa sampai Seminggu

10 menit lalu

Pegadang memilah kolang kaling di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024. Di bulan Ramadan pedagang mengaku penjualan kolang kaling meningkat, di hari normal pedagang hanya bisa menjual 4 kwintal dalam waktu seminggu sementara di bulan Ramadan kali ini 1 kwintal dalam sehari yang dijual harga eceran Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Cara Menyimpan Kolang Kaling agar Tahan Lama, Bisa sampai Seminggu

Kolang kaling merupakan buah yang umumnya tahan selama 2-3 hari. Berikut cara menyimpan kolang kaling agar tahan lama, hingga 1 minggu.


Mengenal Rully Nere, Legenda Timnas Indonesia yang Memuji Ragnar Oratmangoen

12 menit lalu

Rully Nere. TEMPO/Zulkarnain
Mengenal Rully Nere, Legenda Timnas Indonesia yang Memuji Ragnar Oratmangoen

Legenda Timnas Indonesia, Rully Nere memuji performa timnas Indonesia saat menang menghadapi Vietnam dalam laga lanjutan Grup F


Hasil Liga 1 Pekan Ke-30: Persib Bandung vs Bhayangkara FC, Skor Akhir 0-0

18 menit lalu

Laga Persib Bandung vs Bhayangkara FC di pekan ke-30 Liga 1, 28 Maret 2024. (persib.co.id)
Hasil Liga 1 Pekan Ke-30: Persib Bandung vs Bhayangkara FC, Skor Akhir 0-0

Pertandingan Persib Bandung vs Bhayangkara FC, pada pekan ke-30 Liga 1, berakhir dengan skor


Dua Saksi yang Diajukan Almas Tsaqibbirru Mundur, Sidang Lanjutan Gugatan Wanprestasi Gibran Ditunda

24 menit lalu

Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kota Solo menggelar sidang lanjutan perkara wanprestasi yang diajukan Almas Tsaqibbirru atas Gibran Rakabuming Raka, Kamis, 28 Maret 2024. Namun sidang itu ditunda lantaran kuasa hukum penggugat belum bisa menghadirkan saksi-saksi. Tempo/Septhia Ryanthie
Dua Saksi yang Diajukan Almas Tsaqibbirru Mundur, Sidang Lanjutan Gugatan Wanprestasi Gibran Ditunda

Dua dari empat saksi yang akan diajukan oleh Almas Tsaqibbirru mundur. Hakim menunda siadang lanjutan gugatan wanprestasi terhadap Gibran.


Saran buat Pengendara di Jalan saat Terjadi Gerhana Matahari

38 menit lalu

Ilustrasi menyaksikan gerhana matahari. AP/Shizuo Kambayashi
Saran buat Pengendara di Jalan saat Terjadi Gerhana Matahari

Para pengendara yang sedang berada di jalan diimbau untuk berhati-hati bila saat terjadi gerhana matahari. Berikut yang perlu dilakukan.


Mengapa Program Magang Mahasiswa Seperti Ferienjob di Jerman Bisa Dikategorikan TPPO?

45 menit lalu

Ilustrasi mahasiswa. Freepik.com
Mengapa Program Magang Mahasiswa Seperti Ferienjob di Jerman Bisa Dikategorikan TPPO?

Tempo meminta pendapat Polri dan Kontras mengapa pengiriman mahasiswa magang ke Jerman seperti ferienjob bisa dikenai pasal TPPO?


Fakta Menarik Beauty and Mr Romantic, Drama Korea yang Punya 50 Episode

47 menit lalu

Beauty and Mr Romantic dibintangi Im Soo Hyang dan Ji Hyun Woo. Dok. Vidio
Fakta Menarik Beauty and Mr Romantic, Drama Korea yang Punya 50 Episode

Raih rating tinggi di Korea Selatan, Beauty and Mr Romantic akan hadir dengan 50 episode dan mulai tayang 30 Maret 2024 di Vidio.