Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Maaf

Oleh

image-gnews
Iklan
TIAP tahun selalu ada sebuah puasa panjang, dan kemudian sebuah ritual memaafkan. Saya pernah bersua dengan seorang alim yang mengatakan, sebagaimana halnya puasa 30 hari pada bulan Ramadan, memaafkan juga dapat diungkapkan dalam idiom "mengosongkan diri". Sekaligus "penyucian". Ada jalin-menjalin beberapa kata dan makna di sini. "Kosong" (dalam "mengosongkan") berarti tanpa isi: sesuatu yang sepenuhnya negatif. Mungkin sebab itu ada seorang penyair Jawa abad ke-19 yang memilih memakai kata suwung, yang lebih berasosiasi dengan "hampa" dan "lengang", dan juga dekat dengan kata sawung, sebuah sinonim dari kata "jawab" (disawung, dalam Baoesastra Jawa yang disusun W.J.S. Poerwadarminta pada tahun 1939, sama dengan "dijawab"). Tak mengherankan bila Ranggawarsita, penyair itu, mengungkapkannya dalam sebuah paradoks: suwung nanging sakjatining isi, "kosong tapi pada hakikatnya berisi". Ia menggambarkan suatu sikap meditatif. Dalam pada itu, "penyucian" dalam bahasa Indonesia mengandung dua patah kata Melayu, "cuci" dan "suci". Dua patah kata yang berdekatan bunyi itu mengingatkan kita bahwa yang bersih dan yang kudus terkait karib, bahwa yang sakral ada hubungannya dengan yang tak cemar. Ketika kita membayangkan berpuasa dan memaafkan sebagai "penyucian diri", kita memandangnya sebagai sebuah pembebasan dari subyek yang bergelimang lemak dan Lumpur dunia, dan dalam proses itu, ia pun "penuh", "mapan", dan "kenyang". Sebuah subyek yang menggelembung, mapan, dan penuh adalah sebuah subyek yang tak hendak menerima lagi apa yang datang dari luar dirinya. Ia tak akan lagi menyambut yang lain. Ia bukan aku yang suwung yang menghendaki dan merindukan sawung. Ia tak menghendaki respons. Ia merasa sudah padat-jawab. Jika ia memberikan maaf kepada orang lain, baginya itu sama artinya dengan memberikan derma, dan bukan justru karena ia merasa menerima kemurahan hati dari Hidup. Ia tak menyadari bahwa Hidup menghadirkan sesuatu yang lebih kaya ketimbang sebuah Aku yang soliter, lebih beragam ketimbang satu subyek yang dipenuhi diri sendiri dan memandang dunia sebagai koloni yang bisa ia taklukkan dan ia bentuk sesuai dengan desainnya. Untuk melepaskan diri dari Aku yang seperti itu, kita bisa melihat ke satu konsep yang jauh dari cogito ergo sum, yakni konsep dalam sebuah bahasa Afrika Selatan: ubantu. Seorang yang mempunyai ubantu adalah seorang yang terbuka dan dapat dijelang oleh yang lain, meneguhkan yang lain, tak merasa terancam oleh yang lain; ia merasa jadi bagian dari sebuah dunia yang asyik, ramai, dan banyak memberi. Dengan gambaran manusia yang ber-ubantu itulah Desmond Tutu, rohaniwan arif yang muncul dari kekejaman apartheid itu, berbicara tentang permaafandan memang cerita yang mengagumkan tentang puasa dan permaafan pada kurun waktu ini adalah cerita Afrika Selatan, cerita Nelson Mandela. Mandela dipenjarakan selama 27 tahun oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan, ketika kaum kulit hitam dipaksa hidup di bawah represi dan penghinaan serta dibungkam dengan teror, penyiksaan, pembunuhan. Selama itu, selama dalam tahanan yang praktis tak pernah diketahui dunia itu, Mandela dipaksa bekerja rodi hingga matanya rusak. Dalam arti tertentu ia berpuasa. Tapi agaknya puasanya yang lebih besar datang berangsur-angsuryakni ketika pelan-pelan ia mengosongkan diri, mengempiskan ego, dari keangkuhan yang mengatakan, "akulah sang korban; aku berhak membalas dendam". Ketika pada tahun 1963 ia ditangkap, ia seorang pemimpin gerakan pembebasan yang percaya bahwa perlawanan bersenjata itu sesuatu yang niscaya. Agaknya tak ada yang bisa menyalahkan dia sepenuhnya jika ia berpikir demikian; dendam bisa memberikan kekuatan, dan dendam juga bisa berbicara tentang keadilan. Tapi ketika pada tahun 1990 Mandela dilepas, ia sudah berubah oleh sebuah puasa (mungkin juga bisa dilihat sebagai "jihad") yang lebih besar. "Aku tahu bahwa orang mengharapkan aku menyimpan amarah kepada orang kulit putih," katanya. "Tapi aku tak punya rasa itu sedikit pun." Dalam otobiografinya, Long Walk to Freedom, ia menyebut bahwa salah satu yang sangat disesalinya ialah bahwa ketika ia dibebaskan, ia tak sempat mengucapkan selamat tinggal secara sepatutnya kepada para petugas penjara. Tak aneh. Sebab, baginya mereka juga bagian dari sistem yang membuat orang jadi "tawanan kebencian" yang "dikunci di balik jeruji prasangka dan pikiran sempit". Saat ia jadi bebas, dan bersyukur, ia juga ingin agar mereka, dan siapa pun, lepas dari penjara yang seperti itu. "Aku ingin Afrika Selatan melihat bahwa aku mencintai musuh-musuhku, sementara aku membenci sistem yang menyebabkan kita bermusuhan." Pada Mandela tampak ada kaitan antara puasa dan maaf, antara mensyukuri kebebasan dan keinginan untuk menyebarkan keadaan bersyukur itu kepada siapa saja. Tentu, ia seorang pemimpin politik yang berniat dan bertugas membangun Afrika Selatan, negeri yang dengan jerih dan sakit diperjuangkannya itu; sebab itu sikapnya memaafkan juga lahir dari sebuah pertimbangan pragmatis. Seandainya ia memutuskan untuk membakar nafsu menuntut balas, seandainya ia tak mencoba jadi lambang usaha "kebenaran dan rekonsiliasi", Afrika Selatan akan jadi gurun api dan sungai darah. Bersikap pragmatis tak selamanya tanpa nilai. Gandhi juga pernah mengatakan, jika tiap orang menjalankan prinsip "satu mata harus dibalas dengan satu mata", maka "seluruh dunia akan buta". Ada perhitungan untung rugi di sini, meskipun harus dicacat bahwa "buta" tak dengan sendirinya punya arti harfiah. Buta bisa berarti juga sebuah kemalangan, ketika hanya kegelapan yang datang kepada kita. Kegelapan itu tak ada hubungannya dengan misteri, melainkan dengan satu warna dan satu corak di jalan buntu: bahwa manusia seutuhnya adalah makhluk yang satu dimensi: hanya bisa menaklukkan dan ditaklukkan. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ngabuburit di Hai Ramadan di Dubai, Melihat Pertunjukan Tradisi dan Ikut Workshop Seru

50 menit lalu

Pertunjukan Rashid dan Latifa di arena Hai Ramadan Dubai yang hadir 11 Maret hingga 14 April 2024 (TEMPO/Mila Novita)
Ngabuburit di Hai Ramadan di Dubai, Melihat Pertunjukan Tradisi dan Ikut Workshop Seru

Dari workshop, cerita nabi, sampai tradisi meriam Ramadan dapat ditemukan pengunjung Hai Ramadan di Dubai.


Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Pengunjung Bisa Merasakan jadi Pembalap

4 jam lalu

Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat saat Ramadan 2024 (Dok. ITDC)
Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Pengunjung Bisa Merasakan jadi Pembalap

Pertamina Mandalika International Circuit menggelar ngabuburit Arrive and Drive, Ngabuburide (Open Track Day), dan Lampaq di Sirkuit.


Fakta Menarik Nuuk Greenland, Salah Satu Kota dengan Durasi Puasa Terlama

5 jam lalu

Nuuk, Greenland (Pixabay)
Fakta Menarik Nuuk Greenland, Salah Satu Kota dengan Durasi Puasa Terlama

Selain jadi salah satu kota memiliki durasi puasa terlama di dunia, Nuuk, Greenland juga menyimpan beberapa fakta menarik. Simak artikel menarik ini.


Gunakan THR secara Bijak, Terapkan 8 Langkah Ini

12 jam lalu

Ilustrasi Uang THR. Shutterstock
Gunakan THR secara Bijak, Terapkan 8 Langkah Ini

THR atau Tunjangan Hari Raya kerap habis begitu saja setelah Lebaran. Begini cara bijak menggunakan THR?


Cara Menyimpan Kolang Kaling agar Tahan Lama, Bisa sampai Seminggu

21 jam lalu

Pegadang memilah kolang kaling di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024. Di bulan Ramadan pedagang mengaku penjualan kolang kaling meningkat, di hari normal pedagang hanya bisa menjual 4 kwintal dalam waktu seminggu sementara di bulan Ramadan kali ini 1 kwintal dalam sehari yang dijual harga eceran Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Cara Menyimpan Kolang Kaling agar Tahan Lama, Bisa sampai Seminggu

Kolang kaling merupakan buah yang umumnya tahan selama 2-3 hari. Berikut cara menyimpan kolang kaling agar tahan lama, hingga 1 minggu.


Niat Sholat Lailatul Qadar dan Tata Caranya yang Perlu Diketahui

1 hari lalu

Menjelang 10 malam terakhir bulan Ramadan, Anda wajib tahu niat sholat lailatul qadar. Berikut ini niat, tata cara, dan keutamaannya. Foto: Canva
Niat Sholat Lailatul Qadar dan Tata Caranya yang Perlu Diketahui

Menjelang 10 malam terakhir bulan Ramadan, Anda wajib tahu niat sholat lailatul qadar. Berikut ini niat, tata cara, dan keutamaannya.


Fun Run Ramadan Meriahkan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Amerika Serikat dan Indonesia

1 hari lalu

@america pada 23 Maret 2024, untuk pertama kalinya mengadakan kegiatan
Fun Run Ramadan Meriahkan 75 Tahun Hubungan Diplomatik Amerika Serikat dan Indonesia

@america menggelar acara fun run yang diselenggarakan menjelang buka puasa dalam rangka 75 tahun hubungan diplomatik Amerika dan Indonesia


Jasa Marga Gelar Pasar Sembako Murah dan Bazar UMKM

1 hari lalu

Jasa Marga Gelar Pasar Sembako Murah dan Bazar UMKM

PT Jasa Marga (Persero) Tbk kembali menggelar pasar 1.000 paket sembako murah dan bazar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk masyarakat di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Senin, 25 Maret 2024.


Apa Itu Resolusi PBB, Macam dan Dampaknya bagi Negara Anggota

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dalam Sidang Majelis Umum PBB yang membahas konflik Israel Palestina di New York, Amerika Serikat pada Kamis 26 Oktober 2023. Foto: Kemlu RI
Apa Itu Resolusi PBB, Macam dan Dampaknya bagi Negara Anggota

Berikut adalah pengertian resolusi PBB, sifat dan dampaknya bagi negara-negara anggota


Jadwal Buka Puasa Hari Ini: Rabu, 27 Maret 2024 untuk Wilayah Jabodetabek

2 hari lalu

Berikut ini jadwal buka puasa hari ini, Rabu tanggal 27 Maret 2024 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Foto: Canva
Jadwal Buka Puasa Hari Ini: Rabu, 27 Maret 2024 untuk Wilayah Jabodetabek

Berikut ini jadwal buka puasa hari ini, Rabu tanggal 27 Maret 2024 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.