Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Joss

Oleh

image-gnews
Iklan
Bhisma gugur, dan kita dengar adegan terkenal ini: di medan perang itu tubuh tua itu terlentang, basah lengket oleh darah, berlubang-lubang oleh luka, tapi anggun. Sosok gagah yang hampir mati tapi tak kunjung sekarat. Badan rusak yang tegak karena disangga oleh puluhan anak panah—benda tajam yang menembus dada sampai ke punggung. Sebuah estetika kematian? Mungkin. Tapi juga sebuah keindahan tentang kekejaman. Kekejaman adalah satu unsur utama sebuah "epik" —sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia pernah diterjemahkan sebagai "wiracarita". Terjemahan ini tentu saja bentukan dari kata wira (keberanian) dan carita (kisah), dan saya kira ini temuan yang tepat. Sang pahlawan, yang selalu hadir di sana, tidak akan ada tanpa keberanian. Kita tahu keberanian di sini punya arti yang tertentu, dalam sebuah kisah yang tentu saja punya geraknya sendiri. Kita menemukan sesuatu yang brutal yang, seakan-akan dengan cara yang ajaib, menemukan bentuk, menemukan irama. Irama memberi arus batin sebuah tembang, sebuah epos. Dari sana ia bisa membuat banyak hal jadi elegan dan yang elegan menjadi memukau, dan yang memukau menjadi halal. Wiracarita adalah juga sebuah apologi untuk pengrusakan dan kematian. Para pahlawan—umumnya laki-laki, dan umumnya identik dengan "jagoan"—menjadi segumpal tenaga yang, dengan sifat kasar dan terkadang jorok, melintasi apa yang destruktif, yang sakit dan yang mati. Bertahun-tahun kita mengenalnya: dalam Mahabharata dan Ramayana, dalam puisi Perang Troya dan lakon Mushashi, dalam film koboi dan silat Hong Kong, dan juga kisah-kisah revolusi, kita selalu bertemu dengan sang jagoan sebagai bagian yang bernyala-nyala dari bayang hitam kebengisan. Dalam sejarah, yang hitam itu pun bergerak seakan-akan menjadi sublim. Para anggota kasta kesatria—sebagaimana halnya para samurai dalam sejarah Jepang dan para pangeran dalam Mahabharata—menampilkan yang hitam itu sebagai sesuatu yang dalam, khas dan tak tertembus. Di baliknya adalah kepiawaian yang bermula dari membunuh. Kepiawaian menguasai. Ada seorang sastrawan Jerman yang bergabung dengan tentara Hitler yang melukiskan dengan memukau bagaimana seorang desertir dihukum mati oleh regu tembak di sebuah hutan di Prancis. Saya kutip dari sumber kedua: Sebentang tanah terbuka di antara pepohonan. Daun-daun musim semi berkilau karena hujan. Batang pohon, tempat orang terhukum itu disandarkan, tampak berlubang-lubang oleh peluru yang ditembakkan oleh regu-regu hukuman dalam eksekusi sebelumnya. Ada dua kelompok bekas peluru: satu buat kepala dan satu buat dada. Tak begitu jelas berapa orang pernah mati di sini. Di dalam lubang itu beberapa ekor lalat yang menyukai daging busuk tampak tertidur. Kemudian datang rombongan itu: dua kendaraan militer. Si calon korban. Para penjaga. Penggali kubur. Perwira medis. Seorang pastor. Sebuah peti mati putih dari kayu murahan. Hukuman itu -- dengan wajahnya yang tampan. Matanya lebar, dan di rautnya ada sesuatu yang kekanak-kanakan. Ia mengenakan celana abu-abu yang mahal dan baju sutera. Ada lalat melintasi wajahnya, dan bertengger di kupingnya. Penutup mata dipasang. Sebuah salib dibawakan. Lalu sang perwira medis menyematkan sebuah kartu merah di dada si terhukum, sebesar kartu remi. Para prajurit bersiap, membidik. Tembakan salvo. Lima lubang hitam tampak di kartu merah itu, seperti tetesan hujan. Tubuh itu berkelojot, sebentar. Lalu penjaga kemudian datang, mengelap borgol yang tadi di tangan terhukum itu dengan saputangan dari kain sifon. Seekor lalat menari di antara cahaya matahari... Sebuah reportase yang memukau. Tetapi dengan itu ia juga memualkan: di dalamnya ada cukup detail, mengagumkan sekali, tetapi detail itu dipaparkan dengan sikap memandang kekejaman itu dengan keasyikan seorang "aesthete". Fasisme (di Jerman dan di mana saja) memualkan kita karena para ideolognya menulis tentang kekerasan sebagai peristiwa estetis. Kekerasan bahkan diangkat sebagai kemestian yang luhur manusia. Tetapi tak cuma itu. Fasisme mengerikan karena baginya "manusia" adalah sebuah pengertian yang tidak inklusif: ada mereka yang layak disebut "manusia" (yakni "Kita") dan ada yang tidak (yakni "Mereka"), dan ada beda hakiki di antara keduanya. Di sini kekerasan adalah bagian dari latihan agung Manusia mengalahkan "Mereka"—seperti dalam sport para juara menaklukkan gunung karang dan dalam avontur sang penjelajah mengalahkan puak-puak orang hitam. Menguasai "yang-bukan-kita". Tapi fasisme tak hidup sendiri. Kekerasan dapat menjadi halal dalam sebuah ekspresi yang sama sekali tak elegan: sebagai bagian lumrah dari proses menguasai dan dikuasai. "Kekuasaan itu tumbuh dari laras bedil"—sebuah ucapan Mao Zhedong yang terkenal—merumuskan bagaimana ruang yang terbatas dan sumber yang langka tidak hanya melahirkan ekonomi, tetapi juga destruksi. Ketika setiap orang merupakan unsur yang dianggap "berlebihan" bagi orang lain, maka yang "berlebihan" itu harus tidak ada. Argumen ini—pikiran Sartre dapat ditafsirkan seperti itu—tentu tak melihat perbedaan besar antara kekuasaan dan kekerasan, antara ekonomi dan perang, antara kelangkaan dan putus asa. Sebaris panjang orang yang antre beras dalam sebuah krisis pangan memang terdiri dari orang-orang yang tak mengharapkan adanya orang lain di tempat itu, di saat itu. Tapi tak ada konsekuensi yang lurus ketika kita mengatakan "sayang ada orang lain" dan mengambil bedil untuk—kalau perlu—membunuh seorang orang lain. Sebuah catatan kaki dalam Reflections on Violence Hannah Arendt: "Ada satu jarak yang amat jauh yang harus ditempuh, dari sikap 'menafikan [orang lain]' secara teoretis sampai ketika seseorang yang berakal sehat memutuskan untuk membunuh, menyiksa, memperbudak". Namun -- demikianlah Arendt akan dibantah -- kita juga punya kemarahan yang meledak. Amarah ini memang bisa membenarkan kekerasan, dan orang ramai-ramai bisa ikut teriak "Joss!", sebuah sorak untuk keberanian mengacungkan tinju. Tapi kemarahan itu tak memerlukan argumen filsafat, meskipun orang bisa datang dengan dalil agama. Kemarahan tak pernah bisa jadi kepastian tentang sesuatu yang mutlak. "Kita memuji orang yang marah atas dasar yang benar, kepada orang yang tepat, pada saat yang kena, dan dalam jangka waktu yang pas". Ini kita pinjam dari Aristoteles, nun jauh di luar abad ke-20, di luar Ambon. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Soal Penutupan Jalan BRIN di Serpong, Wali Kota Tangsel Angkat Bicara

12 menit lalu

Penutupan akses jalan di depan kantor BRIN di Jalan Raya Serpong-Parung gagal dilakukan, Kamis 11 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Soal Penutupan Jalan BRIN di Serpong, Wali Kota Tangsel Angkat Bicara

warga sekitar kompleks BRIN berunjuk rasa menolak penutupan jalan yang menjadi akses jalan Serpong - Parung itu.


KPK Akhirnya Tetapkan Bupati Sidoarjo sebagai Tersangka, Eks Penyidik: Lambat Mengambil Langkah Hukum

46 menit lalu

Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, memenuhi panggilan penyidik untuk menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 16 Februari 2024. Ahmad Muhdlor Ali, diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Kasubag Umum dan Kepegawaian BPPD Kabupaten Sidoarjo, Siska Wati, pasca terjaring operasi tangkap tangan KPK, terkait dugaan tindak pidana korupsi berupa pemotongan dan penerimaan uang kepada pegawai negeri di Lingkungan Badan Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Sidoarjo. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Akhirnya Tetapkan Bupati Sidoarjo sebagai Tersangka, Eks Penyidik: Lambat Mengambil Langkah Hukum

Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo mempertanyakan lambatnya penetapan tersangka terhadap Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor


KPK Setor Uang Pengganti dan Denda Rp 8,2 Miliar dari Eks Walikota Ambon dan Camat Jatisampurna

1 jam lalu

Terdakwa Walikota Ambon (nonaktif), Richard Louhenapessy, seusai mengikuti sidang lanjutan pemeriksaan keterangan saksi dilaksanakan secara daring oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Ambon dari Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta,  Jumat, 21 Oktober 2022. Sidang ini dengan agenda pemeriksaan keterangan saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum KPK dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi kasus pemberian hadiah atau janji terkait persetujuan izin prinsip pembangunan untuk 20 gerai usaha retail tahun 2020 di Kota Ambon dan penerimaan gratifikasi. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Setor Uang Pengganti dan Denda Rp 8,2 Miliar dari Eks Walikota Ambon dan Camat Jatisampurna

KPK menyetor uang pengganti dan denda Rp 8,2 miliar ke kas negara dari Eks Walikota Ambon Richard Louhenapessy dan Camat Jatisampurna Wahyudih.


Bagaimana Bisa Stres Orang Tua Menyakiti Anak? Begini Kiat Mengatasi Self Harm

1 jam lalu

Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com
Bagaimana Bisa Stres Orang Tua Menyakiti Anak? Begini Kiat Mengatasi Self Harm

Tindakan ini dipandang sebagai cara untuk meluapkan rasa sakit dan stres psikologis hingga mengembalikan rasa tenang.


Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Segera Disidangkan, KPK Bakal Limpahkan Berkas Perkara

1 jam lalu

Mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 8 Desember 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap tersangka Eko Darmanto, dalam perkara dugaan penerimaan gratifikasi sejumlah Rp.18 miliar di Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan RI. TEMPO/Imam Sukamto
Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Segera Disidangkan, KPK Bakal Limpahkan Berkas Perkara

KPK mengatakan bukti permulaan awal gratifikasi yang diterima Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto berjumlah Rp 18 miliar.


Menjelang Putusan MK, Begini Menurut Kuasa Hukum Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo

2 jam lalu

Sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan agenda pemeriksaan saksi dan ahli pihak terkait atau Kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Gedung MK, Jakarta pada Kamis, 4 April 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Menjelang Putusan MK, Begini Menurut Kuasa Hukum Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo

Sebelum 22 April, MK akan menggelar rapat permusyawaratan hakim. RPH bertujuan untuk menentukan putusan MK dari seluruh proses sengketa Pilpres 2024.


Polri Catat 2.895 Kecelakaan selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

3 jam lalu

Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan bersama Dirut PT Jasa Raharja Rivan Purwantono meninjau lokasi kecelakaan bus Rosalia Indah di KM 370 Tol Semarang-Batang, Jawa Tengah, Kamis, 11 April 2024. Dok. Korlantas Polri
Polri Catat 2.895 Kecelakaan selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Korban meninggal akibat kecelakaan saat arus mudik dan arus balik Lebaran tahun ini mencapai 429 orang.


Selebgram Jaksel Ditemukan Tewas Setelah Cekcok dengan Pacar, Polisi: Sempat Minum Obat-obatan

3 jam lalu

Ilustrasi mayat. Pakistantoday.com
Selebgram Jaksel Ditemukan Tewas Setelah Cekcok dengan Pacar, Polisi: Sempat Minum Obat-obatan

Hasil pengecekan awal kepolisian, di tubuh selebgram itu tidak ditemukan adanya tanda-tanda penganiayaan.


Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

3 jam lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.


Anies dan Cak Imin Temu Lebaran bersama Keluarga, Sempat Ngobrol Sengketa Pilpres di MK

3 jam lalu

Calon presiden Anies Baswedan dan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar bersilaturahmi Lebaran 1445 Hijriah di kediaman Anies, Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Selasa, 16 April 2024. Anies dan Muhaimin disertai keluarga masing-masing dalam acara tersebut. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Anies dan Cak Imin Temu Lebaran bersama Keluarga, Sempat Ngobrol Sengketa Pilpres di MK

Keluarga Anies dan Cak Imin bersilaturahmi di momentum Lebaran dan membahas sejumlah hal.