Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Maharaja

Oleh

image-gnews
Iklan

Ada sebuah dongeng Hans Christian Andersen yang sering dikutip sepotong tapi kemudian dilupakan, tentang seorang maharaja yang amat sibuk dengan
satu cita-cita: berdandan bagus. Yang dipikirkannya hanya bagaimana berkereta sepanjang jalan, memperlihatkan pakaian model terakhir.

Syahdan, dua orang penipu datang menawari sang maharaja seperangkat busana yang lain dari yang lain: terbuat dari kain yang ditenun dari serat ajaib, begitu halus, hingga hanya dapat dilihat oleh mereka yang pintar dan yang layak berkedudukan.

Baginda pun terkesima. Ia berpikir, "Bila kukenakan pakaian seperti itu, aku akan tahu siapa saja bawahanku yang tak cocok menjabat, dan akan dapat kuketahui mana yang pintar dan mana yang dungu."

Kedua penipu itu pun mendapat order. Dengan cekatan mereka memasang alat tenun, dengan giat mereka bekerja. Dana berlimpah, tapi tentu saja alat tenun di sanggar itu kosong, dan kesibukan mereka cuma pura-pura.

Sang maharaja sebetulnya ingin datang untuk melihat bagaimana rupa bahan yang sedang disiapkan itu. Tapi ia gentar. Bagaimana kalau ternyata tekstil ajaib itu tak tampak di matanya? Ia akan mengetahui dirinya bodoh dan bukan orang yang layak bertakhta.

Maka dikirimnya perdana menterinya ke sanggar itu untuk mengecek, sambil menguji bagaimana sebenarnya mutu pejabat ini. Sang PM pun datang. Kedua penipu itu menyambutnya, dan dengan petah-lidah menjelaskan betapa cemerlangnya warna nila di tepi sana dan betapa masih kurang rapinya tenunan di bagian sini. Sang PM tentu saja tak melihat apa-apa, tapi ia menyatakan kagum. Ia tak mau ketahuan bahwa dirinya bodoh.

Hal yang sama terjadi tiap kali Maharaja mengirim utusan.

Syahdan, akhirnya baginda sendiri bertamu ke sanggar itu. Tentu saja ia tak melihat apa-apa. Tapi ia bimbang: jangan-jangan hanya ia sendiri yang tak bisa menikmati kain yang konon indah tersebut. Maka, seperti yang lain-lain, ia tak mau mengaku.

Akhirnya, kabar tersiar ke seluruh negeri tentang kain yang luar biasa itu. Baginda pun bersiap berpawai, dan kedua penipu itu dengan khidmat memasangkan busana yang tak ada itu ke tubuh maharaja.

Dengan semarak parade berlangsung. Sang maharaja telanjang bulat, tentu, tapi dengan anggunnya tegak di atas kereta, dan seluruh khalayak kagum, "Alangkah cemerlangnya busana beliau kali ini!" Mereka bertepuk. Hanya seorang anak kecil yang dengan polos mengatakan, "Hai, Baginda telanjang!"

Di seluruh dunia orang mengutip adegan ini untuk jadi alegori tentang kekuasaan yang memperdaya semua orang dan tentang kebenaran yang hanya bisa diutarakan oleh yang tak berdosa. Tapi sebenarnya Andersen, seorang pendongeng ulung, membiarkan kisahnya tak selesai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia memang bercerita bahwa, setelah mendengar ujar si anak kecil, orang ramai pun sadar. Mereka berteriak, "Baginda telanjang!" Sang raja dan para pembesarnya mendengar. Tapi ia dengan cepat memutuskan agar pura-pura besar itu tak batal. Pawai terus. Baginda tetap tegak, anggun….

Di sini Andersen berhenti, dan kita bisa melanjutkan. Mungkin baginda berpikir: jika ia terus bersikap seakan-akan ia berbusana, jangan-jangan mereka yang berteriak itu yang akan jadi ragu akan benarnya penglihatan mereka. Sebab apakah kebenaran, sebenarnya? Andersen menuliskan dongeng ini pada tahun 1837. Abad lain yang menjawab, juga abad ini. Tapi mulanya adalah tahun 1930.

Waktu itu rakyat Jerman mendukung Nazi. Goebels, sang menteri propaganda, menyimpulkan bahwa jika dusta diulang-ulang, ia akan jadi kebenaran. Pada 1936-38 Stalin menghukum mati kawan-kawan separtai. Mereka tak bersalah, tapi toh mereka siap mengaku bahwa tuduhan Stalin tentang kejahatan mereka "benar".

Jagat pemikiran pun guncang. Orang akhirnya menyimpulkan, sebuah tesis dianggap benar karena hubungan kepentingan dan kekuasaan. Sampai hari ini: Presiden Bush mengubah alasannya menduduki Irak dan jutaan orang Amerika menganggap itu benar, meskipun alasan semula—Saddam menyiapkan senjata nuklir—terbukti salah dan Bush tampak telanjang.

Dongeng Andersen jadi cerita masa kini, karena di sana kekuasaan tak hanya bermula dari laras bedil, tapi dari kata. Para penipu telah menggunakan kata dengan efektif, seperti iklan televisi yang disusun tepat dan disiarkan luas berulang kali.

Tapi tentu saja kata-kata tak bekerja sepihak. Seandainya sang raja percaya diri—atau percaya akan hubungan baik antara mata dan otaknya—kata yang ampuh sekalipun akan boyak, tanpa dampak. Namun Andersen datang dari sebuah zaman ketika rasionalisme sedang menggugat tubuh, termasuk mata, kuping, dan kemaluan, hingga sang pendongeng terusik. Maka dicemoohnya mereka yang meragukan kemampuan badan dan intuisi mereka sendiri untuk menangkap kebenaran.

Mungkin karena tak ada lagi kebenaran yang pasti. Dalam dongeng itu, penipu, perdana menteri, raja, orang ramai, saling meneguhkan bahwa kebenaran akhirnya keputusan tentang kenyataan. Keputusan itulah yang membentuk kenyataan, yang membuat yang tak ada menjadi ada. Dengan kata lain: merekalah sebuah subyek yang penuh dengan kehendak mengubah dunia. Sampai akhirnya ada suara si bocah.

Si bocah adalah pra-subyek: ia belum jadi pusat yang mengukuhkan kontrol dirinya atas dunia—ia membiarkan dunia yang dilihatnya di tengah jalan tanpa dibingkai tegar. Ia biarkan dunia yang dilihatnya seakan-akan menari, berbeda tiap kali.

Anak adalah keterbukaan. Dalam Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupéry, hanya si anak yang dapat melihat sebuah gambar siluet bukan gambar sebuah topi, melainkan gajah yang ditelan ular sawah. Bagi mereka, kebenaran bukanlah hasil mencocokkan dunia dengan akal dalam diri, bukan adaequatio intellectus ad rem. Kebenaran adalah sebuah peristiwa yang sederhana tapi menakjubkan: "Hai, Baginda telanjang." Si bocah mungkin melihat itu mengasyikkan. Ia belum ingin mengubah dunia.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Pimpin Rapat Indonesia Darurat Judi Online, Omset Rp327 Triliun Setahun

53 detik lalu

Ilustrasi judi online.
Jokowi Pimpin Rapat Indonesia Darurat Judi Online, Omset Rp327 Triliun Setahun

Presiden Jokowi memimpin langsung rapat internal Indonesia darurat judi online, yang omsetnya setahun Rp327 triliun hampir 10 persen dari APBN


Fakta-fakta Rencana Demo Pendukung Prabowo-Gibran di Depan Gedung MK

7 menit lalu

Belasan karangan bunga dikirim ke Gedung Mahkamah Konstitusi di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pagi ini, 19 April 2024. Karangan bunga tersebut menyatakan dukungannya terhadap paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam sengketa hasil Pilpres yang tengah bergulir. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Fakta-fakta Rencana Demo Pendukung Prabowo-Gibran di Depan Gedung MK

Seratusan ribu pendukung Prabowo-Gibran disebut akan berunjuk rasa di depan Gedung MK hari ini. Tapi Prabowo melarang, seperti apa faktanya?


Amicus Curiae Masih Berdatangan Tiga Hari Sebelum Putusan MK soal Sengketa Pilpres

9 menit lalu

Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum atau BEM FH dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, dan Universitas Airlangga menyerahkan amicus curiae atas permohonan perselisihan hasil pemilihan umum atau PHPU Pilpres di Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 16 April 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Amicus Curiae Masih Berdatangan Tiga Hari Sebelum Putusan MK soal Sengketa Pilpres

Tiga hari sebelum putusan sengketa Pilpres, amicus curiae atau sahabat pengadilan masih berdatangan ke MK.


Samsung Galaxy C55 5G dengan Snapdragon 7 Gen 1 Muncul di Geekbench

9 menit lalu

Samsung Galaxy M55 5G (Fonearena)
Samsung Galaxy C55 5G dengan Snapdragon 7 Gen 1 Muncul di Geekbench

Samsung Galaxy C55 5G diharapkan menampilkan layar OLED 6,67 inci dengan resolusi FHD+ 1080x2400 piksel dan kerapatan piksel 450 ppi.


Konser TVXQ, 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Menjelang Acara

11 menit lalu

Grup idola K-pop TVXQ yang beranggotakan Yunho dan Changmin.  Foto: Instagram/@tvxq.official
Konser TVXQ, 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Menjelang Acara

Jadwal penukaran tiket konser TVXQ pada Jumat, 19 April (13.00-20.00 WIB) dan Sabtu, 20 April (09.00-14.30 WIB)


H-3 Putusan Sengketa Pilpres: Demo AMIN hingga Karangan Bunga Pendukung Prabowo-Gibran

12 menit lalu

Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat arah Harmoni dan Balai Kota mulai ditutup, pada Jumat pagi, 19 April 2024, imbas dilakukan jelang aksi demonstasi di Mahkamah Konstitusi perihal putusan sengketa Pilpres 2024. TEMPO/ Advist Khoirunikmah.
H-3 Putusan Sengketa Pilpres: Demo AMIN hingga Karangan Bunga Pendukung Prabowo-Gibran

H-3 putusan sengketa Pilpres 2024 di MK terjadi demo, pengiriman karangan bunga hingga keamanan diperketat.


Pramono Anung Bicara soal Hubungannya dengan Pratikno di Dua Periode Jokowi

18 menit lalu

Presiden Jokowi (tengah) bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kanan), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan), Mensesneg Pratikno (ketiga kanan), dan Kepala Staf Presiden Moeldoko menerima pimpinan BPK di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2018. IHPS I Tahun 2018 merupakan ikhtisar dari 700 laporan hasil pemeriksaan. TEMPO/Subekti
Pramono Anung Bicara soal Hubungannya dengan Pratikno di Dua Periode Jokowi

Pramono Anung mengaku senang bekerja sama dengan Pratikno.


Warga Kota Isfahan Iran Tidak Dengar Apa pun soal Serangan Israel

27 menit lalu

Bendera Iran terlihat berkibar di atas sebuah jalan di Teheran, Iran, 1 Februari 2023. Majid Asgaripour/WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS
Warga Kota Isfahan Iran Tidak Dengar Apa pun soal Serangan Israel

Warga di Kota Isfahan, Iran, mengatakan mereka tidak mendengar apa pun di tengah laporan serangan Israel ke daerah tersebut.


Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

27 menit lalu

Suasana gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Bank Indonesia (BI) menyebutkan utang luar negeri (ULN) Indonesia meningkat dari 396,8 miliar dolar AS pada kuartal IV 2022 menjadi 404,9 miliar dolar AS pada Januari 2023. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.


11 Rekomendasi Tas Tangan yang Cocok untuk Aktivitas Sehari-hari

28 menit lalu

Ilustrasi Tas Tangan. isitimewa
11 Rekomendasi Tas Tangan yang Cocok untuk Aktivitas Sehari-hari

Tas jinjing alias tas tangan sehari-hari ini membantu memenuhi kebutuhan penyimpanan saat bepergian.