Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tertib

Oleh

image-gnews
Iklan
OEDIPUS mencoblos matanya sendiri, dan darah kental mengalir dari luka di pupil itu ke pipinya, dan ia meng hambur ke luar kamar, ke luar balairung, kesakitan dan buta, dan semua orang bertanya: apakah yang telah dilakukannya? Ketika hari itu ia meninggalkan Kota Thebes, orang tahu ia menghukum dirinya sendiri. Tapi, siapakah dirinya? Dirinya bukanlah satu. Ia, Oedipus-sang-raja, melaksanakan hukuman kepada Oedipus-sang-terpidana. Sebagai penguasa, ia telah memaklumkan bahwa barang siapa di Kota Thebes itu melanggar hukum para dewa—yakni membunuh ayahnya sendiri dan mengawini ibu kandungnya—harus diusir. Kota telah jadi terkutuk. Wabah menjalar. Orang banyak menderita. Si bersalah harus ditemukan. Dan ketika ia dapatkan, dengan rasa kaget dan ngeri, bahwa dirinya sendirilah orang yang bersalah itu, ia pun membuang diri dari Thebes. Tragedi termasyhur yang ditulis Sophokles 2.400 tahun yang lalu ini terus-menerus mengiris perasaan kita dan meninggalkan pertanyaan yang tak sepenuhnya terjawab: siapakah Oedipus sebenarnya? Ketika ia lahir, ayahnya, Raja Laius dari Thebes, mendengar dewa-dewa telah meramalkan bahwa si anak akan membunuh ayahnya sendiri. Maka, Laius pun menusuk kaki bayi itu, mengikatnya, dan membuangnya di sebuah gunung yang sunyi. Tetapi orok ini diselamatkan oleh seorang gembala, yang mempersembahkannya kepada Raja Polybus dari Korintha. Baginda memberinya nama Oedipus ("kaki yang bengkak") dan memperlakukannya sebagai anaknya sendiri. Anak muda itu tak tahu bahwa ia seorang anak pungut. Ketika pada suatu hari ia diberi tahu oleh sebuah nujum bahwa para dewa menakdirkannya sebagai orang yang akan membunuh ayahnya, ia pun lari dari Korintha untuk menghindar dari nujum yang mengerikan itu. Tapi apa lacur. Dalam pengembaraannya, ia bersua dengan Raja Laius dan rombongannya. Menduga bahwa orang tua ini kepala perampok, ia pun membunuhnya. Ia tak tahu bahwa orang yang ditusuknya itu adalah ayah kandungnya sendiri. Ia pun terus berjalan.. Akhirnya, dalam kesepian dan tanpa tempat tinggal, Oedipus tiba di Thebes, kota yang sedang diteror oleh Sphinx. Syahdan, ia bisa mengalahkan hewan ajaib ini, dan para tetua Thebes mengangkatnya jadi raja sebagai tanda terima kasih, juga untuk mengisi tahta Laius, tuan mereka yang hilang di perjalanan. Ia juga dikawinkan dengan Jocasta, janda baginda, dan mereka hidup rukun dan berbahagia. Tak seorang pun mengetahui bahwa Oedipus telah menikahi ibu kandungnya sendiri. Dan sebab itulah para dewa mengutuk Kota Thebes dengan wabah. Hanya dengan menemukan orang yang berdosa, dan membuangnya, kota itu akan selamat…. Siapakah Oedipus sebenarnya? Seorang manusia yang bebas, dengan wataknya yang tak suka berpikir panjang, dan sebab itu harus menanggung beban keputusannya sendiri? Atau hanya sebuah noktah dalam desain kejam para dewa? Dalam lakon Sophokles, bahkan pada saat paling pedih, ambivalensi itu tak terpecahkan: "Apollo! Apollo-lah yang membawa rasa sakit dan sengsara ini kepadaku. Tapi tanganku sendiri juga yang menetakkan pukul. Bukan tangannya." Ia tak menyalahkan dewa-dewa. Ia justru menyesali si gembala yang menyelamatkannya dari gunung sunyi dulu, ketika ia bayi. Dalam kesakitan, Oedipus tunduk pada Tertib yang Agung. Dewalah yang menguasainya, titik. Jean Cocteau menafsirkan kembali dongeng Oedipus ini dalam La Machine Infernal: yang terpapar di dalam lakon panjangnya ialah dewa-dewa yang membangun sebuah mesin yang keji; manusia hanya sebutir gotri. Tapi Cocteau adalah seorang penulis abad ke-20, yang dengan rasa mual menyaksikan bahwa dewa ternyata belum mati dan manusia belum bebas. Abad ke-20 bukan saja punya catatan yang suram tentang bagaimana manusia dipermak dalam pelbagai impian totaliter: "pengetahuan" atau "paham" yang menegaskan bahwa setiap korban, betapa pun sengsaranya, bisa dimaklumi karena orang harus hidup dalam tatanan yang utuh dan sempurna. Abad ke-20 juga abad yang menggantikan pengertian Takdir Tuhan dengan sebuah penjelasan lain. Karl Popper pernah mengingatkan kita bahwa berakhirnya Tuhan sebagai titik acuan menyebabkan manusia cenderung menyusun "teori" konspirasi. Sebagai ganti Tuhan, Kekuatan Besar Rahasia lain dipaparkan dalam pelbagai bentuk, antara lain sebagai Struktur. Dalam pelbagai versinya, "teori" ini menjelaskan segala gerak-gerik manusia seakan-akan tidak bisa bebas dari akibat permainan sang Kekuatan Besar Rahasia. Terkadang, dengan anggapan itu, orang pun melakukan pembersihan dan penyucian. Semakin mengerikan Kekuatan itu dibayangkan, semakin brutal penyucian itu. Tapi Sophokles bukan orang abad ke-20. Oedipus-nya tak radikal. Ia tak memilih mati. Ia mengatakan bahwa dosanya adalah "sebuah dosa yang tak akan terbersihkan oleh bunuh diri". Tapi ia menusuk matanya sendiri…. Hasratnya yang pokok ialah meniadakan tubuh, dan dengan itu ia menerima pikiran. "Andaikan bisa kudirikan dinding untuk menyalurkan arus pendengaranku, akan sehabis-habisnya kubangun penjara bagi tubuhku yang najis ini agar bunyi dan warna tak akan tembus," katanya. "Hanya dengan itulah aku akan menemukan damai—di mana duka tak akan menjangkau pikiranku." Mungkin di sinilah juga kesedihan kita menyaksikan Oedipus. Ia tidak memilih mati, tapi ia tak percaya lagi kepada tubuh. Pengindraan adalah pangkal dari ketidakpastian, sebagai arena dari chaos. Ia menginginkan sebuah damai yang memang hanya bisa diperoleh di dunia ide, di alam pikiran. Ia menemukannya di Colonus. Di Colonus itu ia mati dengan tawakal. Tetapi segera setelah itu dunia yang ditinggalkannya, melalui Antigone, putrinya, mempersoalkan lagi: kalaupun nasib yang mengerikan itu perlu bagi manusia, tidak adakah soal keadilan dan kebebasan yang perlu ditanyakan? Justru ketika seseorang memilih sebuah dunia yang ingin menerjemahkan ide yang rapi dan damai ke bumi…. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


1.000 Remaja Korea Selatan Ditangkap Polisi karena Judi Online

31 menit lalu

Ilustrasi Judi Online (Tempo)
1.000 Remaja Korea Selatan Ditangkap Polisi karena Judi Online

Polisi Korea Selatan menangkap 2.925 orang yang terlibat judi online, termasuk 1.000 orang remaja.


Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Timnas Indonesia Unggul 2-1 atas Korea Selatan

59 menit lalu

Rafael Struick (kanan) mencetak gol kedua dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Cuplikan TVN
Hasil Piala Asia U-23: Babak Pertama, Timnas Indonesia Unggul 2-1 atas Korea Selatan

Dua gol Rafael Struick membuat Timnas Indonesia unggul 2-1 atas Korea Selatan pada babak pertama perempat final Piala Asia U-23 2024.


Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

1 jam lalu

Timnas Jepang AFC U23 2024 di Qatar. (AFP/KARIM JAAFAR)
Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

Timnas Jepang U-23 mengalahkan tuan rumah, Qatar, pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 lewat perpanjangan waktu.


Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

2 jam lalu

Selebrasi timnas dalam pertandingan Indonesia vs Yordania, Minggu, 21 April 2024. HUMAS PSSI
Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Shin Tae-yong melakukan perubahan.


KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

2 jam lalu

Ilustrasi PNS atau ASN. Shutterstock
KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

KASN menyebut ASN masih berpotensi melanggar netralitas di Pilkada 2024.


Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

3 jam lalu

Agen gas tengah melayani pembeli gas LPG ukuran 3 kg dengan menunjukkan KTP di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024. Pemerintah terus mencari berbagai skenario untuk mengatur secara ketat pendistribusian gas elpiji bersubsidi atau LPG 3kg.  TEMPO/Tony Hartawan
Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.


Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

3 jam lalu

Pasangan ganda putra Indonesia Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin jelang Piala Tjomas-Uber 2024 di Chengdu, China, Kamis (25/4/2024). (ANTARA/HO/PP PBSI)
Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

Tim bulu tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia menggelar latihan perdana di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium.


Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

3 jam lalu

Duel Timnas U-23 Korea Selatan vs Indonesia akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

Peri Sandria mengatakan gol cepat bisa menentukan hasil laga perempat final Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan.


Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

3 jam lalu

Ilustrasi anak alergi. fearlessparent.org
Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.


USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

3 jam lalu

Para peserta yang melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2023 di kampus Universitas Sumatera Utara (USU). ANTARA/HO-Humas USU
USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

Meskipun jadwal pendaftaran Seleksi Mandiri masih belum dibuka, pada tahun 2023 sekitar bulan Juli USU sudah melaksanakan UTBK.