Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sah

Oleh

image-gnews
Iklan
Ini bukan sebuah rapat gelap. Memang luar biasa: sebuah pertemuan politik pada zaman Jepang. Mereka bertemu pada pagi hari sebulan sebelum 17 Agustus 1945 itu, di sebuah gedung besar di daerah Menteng, Jakarta. Sebagian besar berjas dan berpantalon putih, berpeci atau tidak, dan bercakap dengan pelbagai aksen. Mereka anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai, yang dibentuk penguasa Nippon. Komite itu berarti "Panitia Persiapan Kemerdekaan". Kemerdekaan hari itu adalah kemerdekaan dari kolonialisme Belanda. Penjajahan Jepang sama sekali tak disinggung. Bahkan Sang Tenno atau Maharaja yang bersemayam di Tokyo itu kadang disebut dengan hormat. Tapi persoalan besarkah kehadiran Jepang di sini? Barangkali bukan. Orang-orang yang bertemu di sebuah gedung di Menteng itu mungkin melihat ada suatu kesempatan yang tak bisa diabaikan: penguasa Jepang sedang kalah perang dan membuka pintu. Kenapa mereka yang bertahun-tahun menginginkan kemerdekaan Indonesia itu harus cerewet? Maka, mereka pun tak bertanya, apa alasan komandan balatentara Jepang di Jawa—yang sebelumnya mencekik rakyat, menebas leher, mengirim orang ke kerja paksa—membentuk Dokuritu Zyunbi Tyoosakai. Mereka yang datang itu juga tak bertanya, benarkah mereka sepenuhnya mewakili rakyat jajahan. Bung Karno hadir. Ia sudah dikenal luas sebagai salah satu pemimpin pergerakan nasional, tapi ia belum dipilih rakyat. Juga Bung Hatta. Orang-orang kiri yang pernah dibuang untuk kemerdekaan tak akan melihat ada seorang komunis pun yang diundang. Tan Malaka tak ada. Syahrir tak ada. Sementara itu Supomo yang agak gemuk dan mulai botak itu mewakili apa, diutus siapa? Kenapa ahli hukum itu, yang pernah bekerja untuk pemerintah Belanda, cukup dominan posisinya dalam sidang-sidang? Tapi kaum revolusioner tak pernah menanyai diri sendiri. Mungkin itu sebabnya yang terjadi menjelang Agustus 1945 itu disebut sebuah "revolusi". Kaum revolusioner tak pernah berhenti sejenak dan bertanya sah atau tidaknya peran mereka untuk membuat sebuah perubahan besar dalam hidup orang ramai. Di Amerika, Thomas Jefferson dan lain-lain juga tak bertanya siapa yang memberi mereka hak untuk mengatasnamakan semua penghuni koloni Inggris itu, ketika mereka bikin pernyataan kemerdekaan pada Juli 1776 itu. Tak pernah ada referendum untuk melihat siapa yang setuju kemerdekaan dan siapa yang setuju integrasi. Jefferson dan lain-lain cuma datang sebagai utusan daerah masing-masing, dan bilang: "In the name and by the authority of the good people of these colonies". Dan dengan itu mereka membubuhkan tanda tangan mereka. Tapi bukankah dengan demikian, bukan mereka yang menghasilkan tanda tangan, melainkan "tanda tangan itu [yang] menciptakan sang penanda tangan"? Itulah persoalan yang dikemukakan Derrrida. Dalam sebuah ceramah di Universitas Virginia tahun 1976, pemikir poststrukturalis itu mempersoalkan deklarasi kemerdekaan Amerika dengan mengatakan bahwa sebelum dokumen itu ditulis, "rakyat" atau "bangsa", yang disebut di sana, tidak ada, sebagai sebuah kesatuan. Justru dengan tanda tangan itulah, rakyat atau bangsa itu ("the people") melahirkan diri sendiri. Dan begitu lahir, si rakyat memberi diri sendiri hak untuk menyusun dan menyetujui deklarasi itu. Dengan kata lain, ada yang berputar-putar di sini. Putaran itu menyebabkan sesuatu yang tersembunyi jadi tak tampak. Dokumen itu menyebut "the good people of the colonies". Tapi di antara penanda tangan Deklarasi tak ada orang hitam, tak ada orang Indian. Di antara The Founding Fathers itu juga tak ada perempuan. Dalam pada itu, Jefferson dan lain-lain toh mengklaim bahwa kebenaran yang mereka yakini adalah "self-evident". Namun, bisakah kebenaran terbukti dengan sendirinya? Dapatkah kebenaran datang tanpa melalui perdebatan—seakan-akan semua telah selesai dan tersedia, setelah "manusia" (artinya para penanda tangan itu) menemukannya? Bagaimanapun, nama Tuhan disebut sebagai sang "Pencipta", dan kita pun menghadapi sebuah statemen yang menyilaukan—tentang sesuatu yang seakan-akan datang dari kemaha-agungan, tak terikat waktu, tak terpaut dengan satu pihak. Tapi jangan silau, begitulah kurang-lebih maksud Derrida. Bukan maksudnya ia menganggap kosong Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Ia hanya mau mengemukakan bahwa benar atau tidaknya pemikiran Jefferson hanyalah nisbi, juga tentatif. Padanya tak ada fondasi yang tak tergoyahkan, baik Tuhan atau apa pun. Fondasi adalah sebuah ilusi. Tapi di sini kata belum putus. Tanpa fondasi pun, sebuah argumen bisa punya kelanjutan dalam sejarah. Deklarasi Kemerdekaan Amerika itu disusun dengan mengklaim diri sebagai pembawa sesuatu yang universal. Seperti halnya mukadimah konsitusi—yang kini disebut "UUD 1945"—yang disusun oleh para anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai di Menteng 54 tahun yang lalu, ketika mereka menyebut bahwa "sesungguhnya kemerdekaan adalah hak semua bangsa". Klaim ini, mau tak mau, membawa tuntutan pada dirinya sendiri. Deklarasi di Virginia dari tahun 1776 dan naskah di Jakarta tahun 1945 itu lahir dari manusia dan pikiran yang terbatas. Tapi jika teks itu bukan omong kosong, tanpa menjadi sakral, ia selalu harus lulus dalam pembuktian. Ujian harus datang dari waktu ke waktu. Ia dimulai dari keraguan, dari pertanyaan dan bahkan dari bantahan. Jika ia gagal, ia tidak membawakan sesuatu yang berlaku untuk siapa saja, kapan saja. Di depannya: keranjang sampah sejarah. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Hakim Perintahkan Rumah Rafael Alun Dikembalikan, KPK Ajukan Kasasi

6 menit lalu

Rafael Alun Trisambodo. Dok Kemenkeu
Hakim Perintahkan Rumah Rafael Alun Dikembalikan, KPK Ajukan Kasasi

Jaksa KPK resmi mengajukan kasasi atas putusan pengadilan soal penyitaan salah satu aset milik Rafael Alun Trisambodo


Ribuan Mahasiswa Lolos Beasiswa IISMA 2024, Begini Pesan Ketua Program

8 menit lalu

Safira Aulia Pramudita bersama para awardee IISMA Universiti Malaya. Dok. Istimewa
Ribuan Mahasiswa Lolos Beasiswa IISMA 2024, Begini Pesan Ketua Program

Dari total penerima IISMA 2024 itu, 2.030 kursi diisi oleh mahasiswa jalur reguler dan 247 kursi diisi oleh mahasiswa jalur afirmasi.


Indonesia dan Australia Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik

12 menit lalu

Peluncuran Logo Peringatan 75 Tahun Hubunan Diplomatik Australia-Indonesia & Kolaborasi Karya Mural pada 28 Maret 2024. Sumber: Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Indonesia dan Australia Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik

Australia dan Kementerian Luar Negeri RI pada 28 Maret meresmikan peluncuran kampanye perayaan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.


Bareskrim Ungkap 17 Kasus Penyimpangan BBM, Pertalite Diberi Pewarna Mirip Pertamax

16 menit lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko (kiri) dan Dirtipidter Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan) memperlihatkan barang bukti BBM pertamax yang asli dan palsu (dioplos) di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. Foto: ANTARA/Laily Rahmawaty
Bareskrim Ungkap 17 Kasus Penyimpangan BBM, Pertalite Diberi Pewarna Mirip Pertamax

Bareskrim Polri mengungkap 17 kasus penyimpangan Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah wilayah sejak Januari-Maret 2024


Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

18 menit lalu

Suami dari aktris Sandra Dewi, Harvey Moeis (kiri) mengenakan rompi tahanan berwarna pink setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015 sampai 2022, di Gedung Kejagung, Rabu, 27 Maret 2024.  Humas Kejagung
Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.


LKPP Luncurkan e-Katalog Versi 6, Harga dan Gambar Barang Terbuka untuk Umum

22 menit lalu

Dari kiri, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) Hendrar Prihadi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas, serta Direktur Enterprise dan Business Service Telkom Indonesia FM Venusiana R. Ketiganya hadir dalam acara peluncuran Katalog Elektronik Versi 6 di the Ballroom at Djakarta Theater I pada Kamis, 28 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
LKPP Luncurkan e-Katalog Versi 6, Harga dan Gambar Barang Terbuka untuk Umum

LKPP menyebut e-Katalog Versi 6 memberikan kemudahan bagi para stakeholder dalam melakukan transaksi atau belanja pemerintah.


Jadwal Timnas Indonesia Terdekat, Lawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni

27 menit lalu

Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. PSSI
Jadwal Timnas Indonesia Terdekat, Lawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni

Jadwal timnas Indonesia vs Irak di kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 6 Juni 2024, berikutnya lawan Filipina lima hari setelahnya.


Bawaslu Tak Singgung Nepotisme dalam Sidang MK, Tim Amin: Kalau Tidak Bantah, Artinya Sudah Terjadi

39 menit lalu

Ketua Tim Hukum Nasional AMIN Ari Yusuf Amir (tengah) bersama anggotanya saat jeda sidang kedua sengketa Pilpres di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Bawaslu Tak Singgung Nepotisme dalam Sidang MK, Tim Amin: Kalau Tidak Bantah, Artinya Sudah Terjadi

Tim Hukum Nasional Paslon 01 menyoroti bahwa secara tak langsung Bawaslu mengakui adanya nepotisme.


Kemenaker Sebut THR Ojol Belum Wajib Tahun Ini, Baru Dibahas Setelah Lebaran

42 menit lalu

Pengemudi ojek daring tengah menunggu penumpang di dekat Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa 19 Maret 2024 Kementerian Ketenagakerjaan telah menyatakan bahwa pengemudi ojek daring dan kurir logistik berhak mendapatkan tunjangan hari raya atau THR keagamaan. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenaker Sebut THR Ojol Belum Wajib Tahun Ini, Baru Dibahas Setelah Lebaran

Aturan baru perihal perlindungan, jaminan sosial, termasuk THR kepada pengemudi ojek online (ojol) dan kurir baru akan dibahas setelah lebaran.