Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gelandangan

Oleh

image-gnews
Iklan
Pagi itu kami naik mobil Fiat kecil menuju Guernica. Hari itu musim semi 1998. Perjalanan itu tidak luar biasa—tak ada yang dramatis di situ, tidak ada yang bersejarah—tapi perjalanan itu juga luar biasa. Kami adalah sebuah kombinasi yang ganjil antara tiga orang, yang bertemu di sebuah wilayah Spanyol yang lain daripada yang lain—juga sebuah wilayah yang bisa bercerita banyak tentang apa itu kemerdekaan dan kebangsaan (dengan kekerasan ataupun perundingan) pada akhir abad ke-20. Kami adalah sebuah kombinasi yang ganjil: di mobil Fiat kecil itu ada dua pejuang Timor Timur dan seorang Indonesia. Kami duduk di kursi belakang, agak berdesak. Di tengah adalah Ramos Horta. Di sebelah kanan duduk C, seorang insinyur dari Timor Timur yang tinggal di Portugal dan aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Di sebelah kiri: saya. Kami berangkat dari Bilbao, ibu kota Provincia de Vizcaya, salah satu dari tiga provinsi Spanyol yang disebut sebagai Negeri Basque. Ketiga provinsi itu sejak 1979 punya otonomi yang luas dari pemerintahan Spanyol—sebuah otonomi yang bagi orang Indonesia macam saya sedikit membingungkan. Saya baru tahu bahwa hari itu Presiden Negeri Basque akan menerima Horta, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu, yang sedang berkunjung. Saya baru tahu bahwa wilayah ini punya presiden sendiri, punya hubungan internasional sendiri, dan punya perdagangan sendiri. Hari itu Horta mengajak saya (yang menemuinya di Bilbao dengan sebuah pesan dari Xanana Gusmao) untuk ikut. Di kota kecil Guernica, pemerintahan otonomi Basque punya sebuah gedung parlemen yang tampak tua meskipun tak teramat tua, sebuah arsitektur yang cantik karena orang Basque, dengan bahasa mereka yang tak sama dengan bahasa apa pun di Eropa, ingin mengatakan bahwa mereka tak bisa disepelekan. Pada 1937, dalam perang saudara Spanyol yang bersejarah itu, Guernica dibom oleh pasukan Franco yang menang—sebuah kekejaman itu diabadikan oleh Picasso dalam sebuah lukisan termasyhur. Di halaman gedung parlemen yang kecil itu, Presiden Basque menyambut kami. Wartawan-wartawan datang memotret. Saya tentu saja tidak diperkenalkan sebagai orang Timor Timur dalam pengasingan. Saya diperkenalkan sebagai orang Indonesia. "Orang Indonesia" di tengah dua wakil Timor Timur, di sebuah pertemuan resmi? Apa gerangan yang saya wakili? Identitas menjadi sesuatu yang tidak mudah. Berhadapan dengan orang luar, saya tidak tahu apa yang harus saya bawakan sebagai "orang Indonesia". Terutama pada hari itu. Apa yang dilihat orang pada diri saya? Bagi mereka, "Indonesia" adalah sebuah republik yang telah memasukkan Timor Timur, dengan kekerasan dan manipulasi, ke dalam wilayahnya. "Indonesia" adalah sebuah antitesis dari Timor Timur dan Timor Timur adalah sebuah korban. Saya di depan orang asing itu berdiri sebagai "orang Indonesia". Adakah saya sosok yang merupakan bagian dari antitesis itu? Kalau bukan, apakah saya? Ah, tuan akan mengatakan bahwa "Indonesia" tidak selamanya identik dengan kesalahan sebuah pemerintahan yang disebut "Indonesia". Tapi, begitu saya didefinisikan atau mendefinisikan diri sebagai "orang Indonesia", saya pun punya ikatan (yang tidak sepenuhnya rasional) dengan sebuah wilayah, dengan sebuah sejarah. Buruk atau baik, dunia modern telah menciptakan pemerintahan nasional, ekonomi nasional—juga kantor imigrasi dan paspor. Ada sebuah struktur yang terbangun dari proses itu, ada yang dalam pengertian Pierre Bourdieu disebut sebagai "habitus". Bisakah kita mengelak dari sana? Perlukah kita mengelak? Barangkali tidak. Tapi identitas memang sesuatu yang problematis. Terutama karena ia tidak membuka kemungkinan bahwa kelak, apa yang semula merupakan identitas seseorang kemudian dilampaui oleh perubahan—sesuatu yang tampaknya tak mudah diabaikan pada zaman ini. Di gedung parlemen di Guernica itu semua informasi ditulis dalam bahasa Basque, sebuah bahasa yang tidak ada hubungannya dengan bahasa Eropa mana pun, termasuk Spanyol. Haruskah "orang Basque" punya kemurnian Basque, dan—sebagaimana dilakukan oleh para gerilyawan ETA—kalau perlu dengan kekerasan memutuskan apa saja dari menjadi "Spanyol"? Dan apakah arti "Spanyol", ketika pengertian "Eropa" kian lama kian jadi lebih penting, menjelang akhir abad ke-20? Di depan gedung parlemen di Guernica, saya menyadari bahwa saya "orang Indonesia", dan betapa tidak mudahnya dan tidak jelasnya kategori itu. Tapi orang toh memerlukan kategori, identitas, semacam kartu nama—sementara pada saat yang sama barangkali saat itu saya adalah seorang gelandangan. Adakah saya "nomad", yang dalam eulogia Iain Chambers dilukiskan sebagai "bermigrasi melintasi sebuah sistem yang terlampau luas untuk jadi milik kita, tetapi di mana kita terlibat penuh di dalamnya"? Mungkin ya, mungkin bukan. Bagaimanapun, seorang gelandangan dan pengembara akhirnya berangkat dari sebuah "habitus" tertentu. Ia tidak bisa untuk tidak terkait dan terlibat dengan apa yang ditinggalkannya, lama ataupun sejenak. Dari Bilbao ke Guernica, berada di sebuah mobil Fiat kecil bersama dua pejuang Timor Timur, yang terjadi antara saya dan "Indonesia" adalah sebuah jarak. Jarak itu sekaligus menunjukkan jejak. Jejak itu bukan garis lurus dan monoton. Mungkin yang saya lihat adalah jejak penziarah. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pasca Putusan MK, CLS FH UGM Mendesak Pembatasan Kekuasaan Presiden

3 menit lalu

Pakar hukum sekaligus Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Pasca Putusan MK, CLS FH UGM Mendesak Pembatasan Kekuasaan Presiden

"Rezim anaknya ini kan hanya melanjutkan apa yang terjadi," kata akademisi Zainal Arifin Mochtar soal nasib demokrasi pasca Putusan MK.


70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

15 menit lalu

Seorang perempuan Palestina duduk diantara pakaian bekas di pasar loak mingguan di kamp pengungsian Nusseirat, Gaza, 15 Februari 2016. Permintaan untuk pakaian telah menjadi barometer bagi situasi ekonomi di Gaza. AP/Khalil Hamra
70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.


PT Pabrik Gula Rajawali II di Cirebon Mulai Giling Tebu Pertengahan Mei 2024

15 menit lalu

Uap putih mengepul dari sela-sela mesin penggiling tebu di Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, 27 Juni 2016. PG Tasikmadu merupakan salah satu pabrik gula tertua yang masih berproduksi. TEMPO/Ahmad Rafiq
PT Pabrik Gula Rajawali II di Cirebon Mulai Giling Tebu Pertengahan Mei 2024

Sekretaris Perusahaan PT Pabrik Gula Rajawali II, Karpo B. Nursi, menyatakan pihaknya menargetkan proses penggilingan dimulai pada bulan Mei 2024.


Hasil Proliga 2024: Jakarta BIN Kalahkan Jakarta Livin Mandiri 3-1, Kenapa Megawati Hangestri Tak Bermain?

20 menit lalu

Jakarta BIN saat berlaga di Proliga 2024. (PBVSI/Proliga)
Hasil Proliga 2024: Jakarta BIN Kalahkan Jakarta Livin Mandiri 3-1, Kenapa Megawati Hangestri Tak Bermain?

Tim bola voli putri Jakarta BIN memenangi laga pertamanya di Proliga 2024. Mereka mengalahkan Jakarta Livin Mandiri 3-1 ketika Megawati tak bermain.


Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

20 menit lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza


Cara Nicholas Saputra dan Putri Marino Bangun Chemistry di Film The Architecture of Love

20 menit lalu

Film The Architecture of Love dibintangi Putri Marino dan Nicholas Saputra. Foto: Instagram/@filmtaol
Cara Nicholas Saputra dan Putri Marino Bangun Chemistry di Film The Architecture of Love

Putri Marino dan Nicholas Saputra dipertemukan pertama kali dalam satu film di The Architecture of Love.


Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

22 menit lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

Untan membentuk tim investigasi untuk kasus tersebut.


Lee Joo Bin akan Membintangi Drakor Guardians

33 menit lalu

Lee Joo Bin dalam drama Queen of Tears. Dok. tvN
Lee Joo Bin akan Membintangi Drakor Guardians

Aktris Korea Selatan, Lee Joo Bin dikabarkan akan membintangi drama terbaru berjudul Guardians


Nirina Zubir Heran eks ART Gugat BPN Meski Sudah Divonis Bersalah Kasus Mafia Tanah: Waw, Berani Ya

39 menit lalu

Nirina Zubir/Foto: Instagram/Nirina Zubir
Nirina Zubir Heran eks ART Gugat BPN Meski Sudah Divonis Bersalah Kasus Mafia Tanah: Waw, Berani Ya

PN Jakarta Barat telah memvonis eks ART Nirina Zubir 13 tahun penjara dalam perkara mafia tanah


Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

41 menit lalu

Ilustrasi wanita dengan lemari yang berantakan. shutterstock.com
Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.