Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jawa, Jawa

Oleh

image-gnews
Iklan
KEKUASAAN tak hanya membuat orang takut. Kekuasaan juga membuat orang lalai. Kita mungkin bisa bicara tentang teror yang sudah jadi rutin dan berubah jadi upacara. Mungkin dengan itulah kita bisa menjawab mengapa "Orde Baru" bisa bertahan 32 tahun. Siapa yang mengatakan bahwa kekuasaan Soeharto hanya bertopang pada 200 ribu bilah bayonet pastilah melebih-lebihkan. Sama halnya jika kita mengatakan bahwa ia lama bertakhta karena Soeharto punya senyum dan agenda pembangunan. Memang, kita bisa merasakan bahwa di ujung sana dari senyum dan jembatan-jembatan yang berdiri itu ada batalyon-batalyon yang setengah bersembunyi, ada sebuah rezim yang lahir dari pembunuhan dan berlanjut dengan pembunuhan, ada para pelawan yang diculik dan pembangkang yang dihilangkan, ada penjara dan ada penyiksaan. Tetapi di sisi lain orang juga tahu: kekuasaan ini tak mutlak mencengkeram. Ada negosiasi dengan yang dikuasai. Bahkan ada kesepakatan. Tak hanya bayonet yang terhunus. "Kesepakatan" itu kini mungkin tampak sebagai sebuah konsensus palsu. Dalam keadaan tertekan, rakyat menyambung hidup dengan berpura-pura. Tetapi benarkah? Sejauh mana kita bisa menentukan yang "palsu" dan "tulen"? Tidakkah keduanya bertemu lantaran "Orde Baru" memang dianggap telah memberikan sesuatu yang menyenangkan—sehingga meskipun ada perlawanan di sana-sini, sebenarnya ia sebuah "orde", atau "tata", atau "tertib", yang umumnya bisa diterima? Soalnya kemudian: kenapa umumnya bisa diterima. Ada memang jembatan yang bagus dan batalyon yang ganas, tapi "Orde Baru" menambahkan satu elemen lain dalam mengukuhkan legitimasinya: ia membuat teror jadi upacara. Teror jadi upacara di tiap tanggal 17. Para pegawai dan anak-anak sekolah berbaris dalam baju seragam dan mengulang hafalan "Pancasila". Teror jadi upacara ketika filsafat yang bagus dijadikan doktrin yang cemas. Teror menjadi upacara tak hanya setiap bulan, tapi juga setiap lima tahun: dalam sebuah pemilihan umum yang hasilnya sudah disiapkan. Pemerintah menyebutnya "pesta demokrasi"—dan "pesta" di sini lebih mirip kenduri dan perhelatan ketimbang sebuah kegembiraan yang meriah lepas. Upacara, atau ritual, memang tak mencoba menampilkan sesuatu yang lepas, atau baru dan mengejutkan. Ritual mengandung disiplin dalam sifatnya yang ajek dan membosankan. Ritual juga mengandung ancaman—seperti ketika para pemeluk sebuah agama menjalankan ibadah dengan rasa takut bahwa Tuhan atau dewa akan murka. Dan teror jadi semakin persis upacara ketika proses itu berdandankan simbol kebudayaan tradisi. Tradisi adalah penerusan. Dengan cara itulah ditegaskan perlunya penghormatan pada "kesinambungan" dan "jati diri"—seakan-akan yang paling utama dalam kehidupan sosial adalah apa yang tak berubah. Seakan-akan perubahan adalah kekurangajaran, seolah-olah perubahan adalah awal bencana. John Pemberton mencoba menelaah fenomen "upacara" itu dengan perseptif dan menarik dalam bukunya yang terkenal itu, On the Subject of "Java". Orang bisa salah duga oleh judul dan bahan yang dipilih untuk telaah yang terbit di tahun 1994 ini: seakan-akan Pemberton telah menampilkan pemerintahan "Orde Baru" sebagai ekspresi kebudayaan Jawa. Tidak. Sebab justru persoalannya adalah apakah itu "Jawa". Maka Pemberton bukan hanya meletakkan tanda kutip dalam kata Java di bukunya. Ia juga melihat "Jawa" bukan sebagai sumber, melainkan sebagai apa yang disebutnya sebagai culture effect. Istilah ini sulit diterjemahkan. Dalam tafsir saya, istilah itu—ada gema dari Michel Foucault di sini—menyiratkan bahwa "Jawa" adalah sebuah hasil dari pengetahuan, yang punya kekuasaan, yang merasa pasti tentang asumsi-asumsinya sendiri dan bersungguh-sungguh bekerja untuk mencakup kembali cakrawala kekuasaannya, seraya mengungkung tak bergerak apa yang dianggap sepadan dan tak cocok. Jawa memang harus selalu dengan tanda kutip. Jawa yang sebenarnya tidak pernah ada. Yang ada paling-paling Sala yang berbeda dari Yogya, Yogya Kauman yang berbeda dengan Yogya Keraton, lain pula dari Banyumas, dan Banyumas Kulon yang lain dengan Tegal Wetan.... Tetapi betapa banyak salah paham terjadi, sebab manusia terjerat dalam bahasa dan bahasa memerlukan subyek untuk kalimat-kalimatnya. "Jawa" pun dibentuk untuk itu. Tiga dasawarsa yang lalu Benedict Anderson menulis sebuah karya yang pengaruhnya kemudian ternyata besar dalam pembicaraan tentang "Orde Baru". Jauh sebelum Soeharto muncul, Anderson membahas apa yang dianggapnya sebagai "ide kekuasaan Jawa". Kini para pakar dan mahasiswa pun ramai-ramai melihat pemerintahan Soeharto, yang gemar memakai blangkon itu, sebagai pencerminan "ide kekuasaan Jawa"—seakan-akan tak peduli apakah si kuasa adalah seorang akuwu di abad ke-10 yang mudah dibunuh dengan keris setengah jadi atau seorang jenderal abad ke-20 yang punya Korpri dan Kopassus. Kesalahan, seperti takhayul, memang tak mudah dikoreksi. Kini di Aceh dan di Irian orang menyatakan ingin bebas dari "kolonialisme Jawa". Dan para komentator kilat dari Barat pun (yang masih kaget oleh kata "pembersihan etnis" di Yugoslavia) tak punya kata lain lagi. September yang lalu Jim Hoagland, seorang kolumnis terkenal, menulis dalam The Washington Post dan menyebut para pemimpin Indonesia yang ada di Jakarta (termasuk Habibie, tentu) sebagai "Javanese politicians". Ah, Jawa, Jawa. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jadwal Timnas U-23 Indonesia di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Lawan Ditentukan Jumat Malam Ini 26 April

46 detik lalu

Selebrasi Pratama Arhan setelah mencetak gol penalti di perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Dengan kemenangan ini, Indonesia lolos ke semifinal sekaligus berpeluang meraih tiket  Olimpiade Paris 2024. Tim Humas PSSI
Jadwal Timnas U-23 Indonesia di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Lawan Ditentukan Jumat Malam Ini 26 April

Timnas U-23 Indonesia berhasil menciptakan sejarah dengan lolos ke babak semifinal Piala Asia U-23 2024. Lawannya ditentukan malam ini.


Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

8 menit lalu

Veronika Novoseltseva charg d'affaires (kiri) dan Maxim Lukyanov (kanan) atase pertahanan di Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Indonesia dalam acara jumpa pers di Jakarta Selatan pada Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.


Turis Cina Kembali ke Thailand untuk Berterima Kasih setelah Diselamatkan Lima Tahun Lalu

8 menit lalu

Wang Nan memeluk satu dari empat petugas yang menyelamatkannya lima tahun lalu di Pha Taem National Park Thailand (Dok. Pha Taem National Park Office)
Turis Cina Kembali ke Thailand untuk Berterima Kasih setelah Diselamatkan Lima Tahun Lalu

Turis Cina itu sedang hamil saat didorong suaminya ke tebing di sebuah taman nasional Thailand lima tahun lalu.


PKB-PKS Sepakat Teruskan Kerja Sama di Tingkat Daerah untuk Pilkada

10 menit lalu

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bertemu dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu di DPP PKB, Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 25 April 2024. Pertemuan petinggi PKB dan PKS dalam rank silahturahmi perubahan yang telah dijalin kedua partai dalam pemilu 2024. PKB, PKS dan Nasdem diketahui pernah berkoalisi untuk mengusung pasangan Anies-Imin di Pilpres 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
PKB-PKS Sepakat Teruskan Kerja Sama di Tingkat Daerah untuk Pilkada

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sepakat melanjutkan kerja sama mereka setelah usai berkoalisi di Pilpres 2024. Kerja sama itu akan dilanjutkan di tingkat daerah jika kedua partai berbeda haluan di pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.


Pratama Arhan Jadi Penentu Kemenangan, Azizah Salsha Beri Pelukan Hangat

22 menit lalu

Pratama Arhan mendatangi istrinya, Azizah Salsha yang berada di tribun penonton untuk menyemangati bertanding melawan Korea Selatan U-23. Foto
Pratama Arhan Jadi Penentu Kemenangan, Azizah Salsha Beri Pelukan Hangat

Pratama Arhan mendatangi tempat duduk istrinya, Azizah Salsha setelah menjadi penentu kemenangan Indonesia melawan Korea Selatan.


Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Bandung BJB Tandamata 3-1, Duet Gia dan Shemanova Jadi Kunci

35 menit lalu

Pemain Jakarta Pertamina Enduro, Poli Shemanova dan Giovanna
Hasil Proliga 2024: Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Bandung BJB Tandamata 3-1, Duet Gia dan Shemanova Jadi Kunci

Tim bola voli putri Jakarta Pertamina Enduro menundukkan juara bertahan Bandung BJB Tandamata pada hari pertama Proliga 2024.


8 Fakta Penting Timnas U-23 Indonesia Maju Semifinal Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Korea Selatan Lewat Adu Penalti

44 menit lalu

Selebrasi Pratama Arhan setelah mencetak gol penalti di perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Dengan kemenangan ini, Indonesia lolos ke semifinal sekaligus berpeluang meraih tiket  Olimpiade Paris 2024. Tim Humas PSSI
8 Fakta Penting Timnas U-23 Indonesia Maju Semifinal Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Korea Selatan Lewat Adu Penalti

Simak delapan momen penting yang terjadi selama duel timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di perempat final Piala Asia U-23 2024.


Komentar Rafael Struick setelah Borong 2 Gol saat Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Semiifnal Piala Asia U-23 2024

48 menit lalu

Selebrasi Ramadhan Sananta (kiri), Nathan Tjoe dalam perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Indonesia berhasil menang lewat laga dramatis dan adu penalti panjang. Tim Humas PSSI
Komentar Rafael Struick setelah Borong 2 Gol saat Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Semiifnal Piala Asia U-23 2024

Rafael Struick berperan penting saat Timnas U-23 Indonesia lolos ke semiifnal Piala Asia U-23 2024. Apa komentar dia setelah laga?


Hasil, Top Skor, Klasemen Liga Inggris: Manchester City Kalahkan Brighton 4-0, Tempel Ketat Arsenaldi 2 Besar

1 jam lalu

Pemain Manchester City Julian Alvarez. REUTERS/Carl Recine
Hasil, Top Skor, Klasemen Liga Inggris: Manchester City Kalahkan Brighton 4-0, Tempel Ketat Arsenaldi 2 Besar

Manchester City menang telak 4-0 saat bertandang ke Brighton dalam laga tunda pekan ke-29 Liga Inggris. Simak klasemen dan top skor terkini.


Timnas U-23 Indonesia Maju Semifinal Piala Asia U-23 2024, Begini Komentar Erick Thohir Usai Skuad Garuda Cetak Sejarah Baru

1 jam lalu

Timnas Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Tim Humas PSSI
Timnas U-23 Indonesia Maju Semifinal Piala Asia U-23 2024, Begini Komentar Erick Thohir Usai Skuad Garuda Cetak Sejarah Baru

Timnas U-23 Indonesia maju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 setelah menyingkirkan Korea Selatan lewat adu penalti 11-10, menyusul hasil imbang 2-2.