Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Minyak

Oleh

image-gnews
Iklan

Minyak adalah ketakjuban. Ia berkah, ia juga ancaman. Tentang yang pertama kita bisa bicara panjang: kendaraan bermotor yang mudah, pesawat terbang yang cepat, listrik di rumah dan gedung yang terang, dan segala yang membuat hampir tiap babak hidup manusia pada zaman ini?lahir, belajar, kerja, sakit, dan mati? ditopang oleh energi minyak bumi. Berkah minyak bisa pula mencong: ia membuat sejumlah orang mendadak kaya gila-gilaan.

Minyak juga mengutuk. Daftar kutukannya tak panjang, tapi makin mendesak. Kini kita mengerti, misalnya, kenapa pada akhir 1990-an orang-orang U'wa sakit hati. Ketika perusahaan Amerika Occidental Petroleum datang mencari minyak di tebing Amazon di wilayah Kolombia itu?agar bisa dijual ke penghuni kota-kota dunia yang ingin berkendaraan nyaman?orang-orang U'wa yang miskin menyaksikan bumi mereka diobrak-abrik. Kita dengar jerit yang sama dari orang Venezuela di Delta Orinoco dan dari rakyat Nigeria di Delta Niger: semuanya jerit si melarat yang menghadapi gergasi.

Tapi berangsur-angsur, yang semula hanya bertolak dari alasan "primordial" akhirnya didukung secara universal: mengebor tanah di tanah perawan akan merusak alam sekitar sampai tak mungkin pulih; modal besar yang menyogok sampai ke pedalaman akan melemparkan penduduk ke segala arah; komunitas akan hancur.

Karena itulah pada tahun 1996 organisasi Oilwatch berdiri, dengan jaringan di 50 negeri. Ia lahir dari tekad untuk bersama-sama mencegah meluasnya kekuasaan minyak dalam pelbagai bentuk, sekaligus menuntut agar planet bumi diselamatkan dari peradaban yang terus-menerus haus BBM.

Kutukan BBM memang terkadang tak segera kentara. Kekayaan yang luar biasa bisa datang dari minyak, yang menyebabkan Indonesia, misalnya, pernah tumbuh pesat. Tapi bersama itu juga berkembang sifat pongah dan tamak, sebagaimana tampak ketika Pertamina jadi "kerajaan" Ibnu Sutowo pada tahun 1980-an. Eksplorasi bumi dan laut membuat teknologi maju dan pengetahuan berkembang, tapi sering berkait dengan kekerasan, bahkan penjajahan.

Tema ini sama sekali tak baru. Tema kekerasan dan keserakahan itu tersirat sejak Herge menggambar komik Tintin Di Negeri Emas Hitam sampai ketika Hollywood membuat Blowing Wild pada tahun 1956, ketika kita, seraya melihat Gary Cooper digoda Barbara Stanwyck di layar putih, mendengar suara Fankie Lane mendayu-dayu, "Marinaku, bebaskan aku, bebaskan aku dari emas hitam!"

"Marina mine, set me free, free from black gold?."

Bebas dari "emas hitam" bisa juga berarti bebas dari ancaman penjajahan. Ancaman ini bukan hanya fantasi. Pada tahun 1975, Henry Kissinger, dengan memakai nama samaran "Miles Ignotus", menulis sebuah artikel, "Seizing Arab Oil" di majalah Harper's, dengan skenario yang jelas: siapkan senjata. Sebab, Amerika Serikat, yang begitu bergantung pada BBM dari Timur Tengah, tak boleh kehilangan sumber hidupnya yang pokok. Maka tak mengagetkan bila kini Perang Irak didakwa sebagai bagian dari agenda kolonisasi macam itu. Jika diperkirakan cadangan minyak di dalam bumi AS tinggal 10 tahun, kenapa Washington harus melepaskan sumur itu?

Maka tentara pun diperkuat. Ketika konsumsi BBM di muka bumi meningkat, sementara bahan bakar itu bergerak habis, dan orang tetap merasa tak perlu mencari sumber energi lain, akan kian sengit dunia memperebutkan si "emas hitam". Ketegangan antara Malaysia dan Indonesia pada hari-hari ini?setelah Malaysia mencoba memanfaatkan minyak di Ambalat, wilayah yang dianggap Indonesia sebagai miliknya?adalah simptom yang akan kian sering tampak. Seperti tersirat dari argumen Kissinger, mempertahankan "emas hitam" adalah segala-galanya. Kini pun, kata Michael Klare dalam buku Blood and Oil, "militer Amerika semakin diubah untuk melayani perlindungan minyak global".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa boleh buat: zaman BBM berlimpah telah berakhir, zaman genting mulai.

Tapi ancaman tak terbatas di situ. Ada cerita Jeremy Legget, seorang ahli pertambangan minyak dari Inggris yang mengajar di The Royal School of Mines di London. Ia dulu seorang "pemburu" minyak yang puas bila memandang di bumi Baluchistan, misalnya, cairan memancar hitam dari liang tambang. Maklumlah, ia hidup makmur karena itu. Tapi pada suatu hari ia membaca majalah New Scientist.

Pada Juni 1988, sejumlah pakar klimatologi bertemu di Toronto. Hasil penelitian mereka mendorong mereka mengeluarkan sebuah peringatan yang gawat: karbon dioksida yang dilontarkan dari mobil, motor, dan lain-lain ternyata merusak lapisan ozon di atas kita. Jika lapisan itu musnah, malapetaka yang sedahsyat perang nuklir menunggu bumi.

Legget terkesiap, dan ketika ia semakin yakin akan data tentang kerusakan lingkungan itu, ia pun berhenti dari pekerjaan yang membuatnya kaya. Ia bergabung dengan mereka yang anti-minyak. Ia bergabung dengan gerakan Greenpeace yang tak henti-hentinya memperingatkan bahaya yang datang dari sana?dan yang, bersama aktivis lain, tak sungkan mendesak agar harga BBM jangan dibiarkan murah.

Sebab, kata mereka, minyak yang murah tak akan mendorong orang untuk mencari dan menggunakan energi yang lain.

Tentu saja orang macam Legget belum banyak. Seandainya ia di Indonesia kini, ia akan dicerca para politisi dan calon politisi. Tapi gema Greenpeace akan terus membuat kita risau?dan kita memang perlu risau: Bebaskan aku, bebaskan aku dari emas hitam itu, karena angka-angka tampak jelas mengganggu kenyamanan. Kita memang bukan pabrik besar, kita bukan negeri industri, tapi tiap kali kita menghidupkan mesin motor atau mobil, tiap kali kita menikmati berkah yang bernama BBM, kita sedang mempercepat sebuah kutukan. Kutukan itu tak terdengar seperti halnya penderitaan di Delta Niger, tapi perang minyak menanti dan ozon makin berlubang di atas bumi.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Petugas mengisi Premium ke tangki sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Hukum ekonomi mengatur bahwa BBM, yang bahan baku utamanya minyak mentah, memang harus naik harganya jika harga minyak mentah dunia naik. Harga minyak mentah dunia sudah naik lebih dari dua kali lipat atau 200 persen sejak 2016 berkisar US$ 32 per barel, dan saat ini melambung di kisaran US$ 80 per barel. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.


Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ilustrasi SPBU Pertamina. TEMPO/Subekti
Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.


Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Petugas meletakkan jeriken berisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk layanan pesan antar BBM Pertamina di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta, Rabu, 25 Maret 2020. Warga dapat mencoba layanan pesan antar BBM dan LPG ini lewat call center 135. ANTARA/M Risyal Hidayat
Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.


Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Polisi anti huru hara mencoba membubarkan pendemo di jalan raya terhadap kenaikan harga gas di Teheran, Iran 16 November 2019. [Nazanin Tabatabaee / WANA via REUTERS]
Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.


Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Direktur Shell Retail yang baru Waqar Siddiqui di acara Shell Apreciation Day pada Selasa 24 September 2019. Dok Shell.
Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru


Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Tim operasi khusus Bakamla RI dengan Kapal patroli KN Bintang Laut-401 berhasil mengamankan satu kapal timah yang diduga melakukan kegiatan isap pasir timah tanpa dilengkapi dokumen. (sumber: Bakamla)
Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.


Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Petugas mengisi Premium ke tangki sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi, Pertamax, menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non-PSO Rp 9.800 per liter. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.


Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Petugas melakukan uji kendaraan bermuatan Pertamax dan Pertamax Dex di rest area tol Cipali KM 102, Jawa Barat, Rabu, 6 Juni 2018. Unit motoris satgas BBM ini memiliki kapasitas angkut hingga 50 liter. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.


Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Konferensi pers Posko Nasional ESDM untuk persiapan mudik lebaran 2018 di Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Senin, 4 Juni 2018. Sumber: BPH Migas
Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.


2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

SPBKB AKR. Akr.co.id
2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).