Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bandung

Oleh

image-gnews
Iklan

Di bawah celah di antara rimbun pohon-pohon hutan di Ohio, wanita tua itu memimpin pertemuan para bekas budak. Ia namai pertemuan itu "Call". Ia tak berkhotbah. Baby Suggs hanya berkata, "Di tempat ini, di sini, kita daging, daging yang nangis, ketawa; daging yang menari dengan kaki telanjang pada rumput."

Jika ada yang magis dalam novel Toni Morrison, Beloved, ialah karena ia mengingatkan kita akan arti "daging"—daging yang pernah dirantai perbudakan, dicap seperti ternak, dan dihina dalam apartheid. Daging "negro".

"Jadi seorang negro di Amerika berarti mencoba senyum ketika kita ingin menangis. Berarti mencoba pegangi hidup jasmani di tengah jiwa yang mati. Berarti menyaksikan anak kita tumbuh dengan mendung rasa rendah-diri meliputi langit mental mereka. Berarti melihat kaki kita dipotong dan kita dihukum karena tak bisa jalan."

Kalimat Martin Luther King Jr. pada tahun 1960-an itu mungkin bergema ketika Morrison menulis novelnya yang terbit pada 1987 itu: kisah tentang sebuah rumah yang disebut hanya dari nomornya, "124", tentang Beloved, si hantu dari masa silam, tentang Sethe yang membunuh anak sendiri, dan tentang Baby Suggs yang berharap.

Di "Call" di hutan itu, Baby Suggs seakan-akan ingin memulihkan kaki negro yang telah "dipotong", kaki yang tak bisa lagi menari dan merasakan asyiknya keleluasaan.

Tapi akhirnya ia juga tak berdaya. Pada suatu hari Sethe, anak tirinya, datang ke "124". Perempuan itu lari dari tuannya, pemiliknya. Ia telah memutuskan: lebih baik ia dan keempat anaknya mati ketimbang jadi budak. Ketika sang pemilik datang memburunya, ia pun membunuh si upik—tapi gagal menghabisi nyawa yang lain, gagal juga bunuh diri.

Apa yang bisa dilakukan? Baby Suggs pun menyerah. Ia merebahkan tubuhnya dan berkata: akhirnya si negro harus menanggungkan apa saja yang dilakukan si putih.

Tapi tak semua menyerah. Sementara di Amerika orang hitam ditindas sampai ke tengah abad ke-20, di benua lain jutaan orang dengan pelbagai warna kulit tak mau menolak untuk disekap dalam koloni "orang putih". Sejak awal abad ke-20 mereka membentuk kekuatan. Juga dengan senjata.

Mereka disebut "Asia-Afrika".

Tak ayal, orang hitam di Amerika pun melihat "Asia-Afrika" sebagai obor. Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada bulan April 1955 segera jadi bagian dari cerita mereka. Maka datanglah ke Indonesia Richard Wright, penulis novel Native Son yang terkenal itu, kisah tentang si Bigger Thomson yang terjepit di kehidupan "putih" Amerika dan jadi pembunuh. Dari Bandung ia menulis sebuah "kronik" konferensi bangsa-bangsa yang tak mau terjepit, The Color Curtain.

Buku itu terbit pada tahun 1956. Sayang tak mengesankan. Tapi Bandung tetap bergaung. Dengarkan suara Malcolm X, November 1963, di Detroit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Di Bandung semua bangsa datang…. Hitam, sawo matang, merah, atau kuning…. Nomor satu yang tak mereka izinkan datang ke konferensi Bandung adalah orang putih…. Sekali mereka keluarkan orang putih, mereka tahu mereka dapat bersatu…."

"Bandung" ternyata punya banyak arti. Para pemimpin Asia (Soekarno dan Nehru) melihatnya sebagai usaha mengatasi ketegangan militer antara Uni Soviet dan Amerika Serikat yang mengancam seantero bumi. Bagi mereka Konferensi A-A itu lebih merupakan suara perdamaian ketimbang pekik pedih ras yang tertindas.

Tapi bila bagi mereka "Bandung" adalah kecaman atas dunia yang terbelah, bagi Malcolm X "Bandung" justru pengukuhan sebuah dunia yang terbelah. Waktu itu ia memimpin gerakan orang hitam yang ingin memisahkan diri dari Amerika yang putih. Suaranya memang getir. Ketika ia berumur enam tahun, bapaknya, seorang pendeta Baptis, dibunuh setelah menerima surat ancaman dari Ku Klux Klan, dan ibunya terguncang jiwanya. Malcolm kecil dan tujuh saudaranya telantar. "Semua orang Negro marah," katanya, "dan saya yang paling marah."

Marah punya daya tersendiri. Marah bisa seperti Beloved, hantu dari masa lalu, roh si upik yang terbunuh, wakil 16 juta budak yang mati di sebuah "holocaust" yang tak pernah disebut "holocaust". Marah bisa membuat sejarah. Dan bila bagi si kulit hitam sejarah itu tak ditandai oleh "Bandung" sebagai panggilan perdamaian, itu karena tak jelas apa akhirnya: mungkinkah nanti ada sintesis antara si "hitam" dan si "putih", seperti sintesis dalam bentuk masyarakat tanpa kelas menurut teori Marxis tentang sejarah perjuangan buruh?

Bagi Franz Fanon, jawabnya muram. Pada suatu hari di satu sudut Paris, seorang anak berteriak ke arahnya, "Lihat, ia negro!". Saat itu ia sadar bahwa ia, si negro, mendapatkan kerangka makna dirinya melalui "tatapan" orang lain, sebuah kerangka yang "sudah siap, telah ada sebelumnya, menunggu" dan mudah dipakai bahkan oleh anak-anak. Makna itu telah dipatri di warna kulitnya. Ia "negro", titik.

Seakan ke-"negro"-an adalah sesuatu yang kekal, tak dipengaruhi sejarah. Tapi Fanon sendiri sadar, dalam perjalanan, di dunia, "aku tak henti-hentinya menciptakan diriku sendiri." Bukan untuk mengingkari identitas, tapi karena identitas diri mustahil jadi jerat, atau sebaliknya, jadi berhala yang disembah dan tak berubah.

Bahkan Malcolm X berubah. Pada tahun 1964 ia ke Mekah. Ia baca Quran dan sadar bahwa manusia, juga dalam marahnya, tetap manusia yang terbatas, dan sebab itu harus adil, juga kepada musuh. Sebab manusia bukan sebuah definisi. Manusia adalah "daging yang nangis, ketawa", makhluk yang konkret, yang bisa berbahagia sesaat tapi juga bisa mengatasi benci, bisa bercita-cita tapi juga, seperti ia sendiri, Malcolm X, bisa dibunuh.

Manusia seperti itulah yang merasa diwakili di Bandung: kombinasi antara hantu dari zaman yang zalim dan sikap gagah ke masa depan, gerakan yang gentar tapi penuh harap. Tentang "Call" pada bulan April 1955 itulah Wright dalam The Color Curtain menulis: "Yang dinistakan, yang dihina, yang dilukai, yang dihilangkan haknya… berkumpul di sini."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

1 menit lalu

Ilustrasi obat. TEMPO/Subekti
Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.


Cuplikan Transformers One Dirilis, Siapa Saja Pemerannya?

22 menit lalu

Transformers One. Istimewa
Cuplikan Transformers One Dirilis, Siapa Saja Pemerannya?

Film Transformers One akan tayang pada September 2024


Anies-Muhaimin Bakal Hadiri Langsung Sidang Putusan MK

29 menit lalu

Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ketika ditemui usai halal bihalal di Jalan Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/Defara
Anies-Muhaimin Bakal Hadiri Langsung Sidang Putusan MK

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar bakal menghadiri pembacaan putusan hasil sidang sengketa pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi pada Senin mendatang, 22 April 2024.


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

38 menit lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


KAI Bandara Angkut 208.076 Penumpang Selama Libur Lebaran

46 menit lalu

Kereta rel diesel elektrik (KRDE) tujuan Medan - Bandara Kualanamu. ANTARA/Irsan Mulyadi
KAI Bandara Angkut 208.076 Penumpang Selama Libur Lebaran

Selama periode posko angkutan Lebaran, KAI Bandara mengangkut 208.076 penumpang di dua kota utama yaitu Medan dan Yogyakarta.


Airlangga Hartarto Bertemu Tony Blair Bahas IKN hingga Stabilitas Geopolitik

51 menit lalu

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair tiba di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Jumat, 19 April 2024. Tony bersama Kemenkominfo membahas percepatan transformasi digital serta pembangunan layanan publik berbasis digital. Tempo/Desty Luthfiani.
Airlangga Hartarto Bertemu Tony Blair Bahas IKN hingga Stabilitas Geopolitik

Tony Blair menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahas IKN hingga stabilitas geopolitik.


Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket

52 menit lalu

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat ditemui di rumah duka ibu mertua di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa, 20 Februari 2024.TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan alasan partainya belum juga jadi mengajukan hak angket kecurangan Pilpres 2024.


Kemendag Gelar Festival Hari Konsumen Nasional

56 menit lalu

Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag, Moga Simatupang. TEMPO/Amelia Rahima Sari.
Kemendag Gelar Festival Hari Konsumen Nasional

Kementerian Perdagangan atau Kemendag menggelar festival untuk memperingati Hari Konsumen Nasional (Harkonas).


Hasil Red Sparks vs Indonesia All Star 3-2, Megawati Hangestri Cs Berjaya di Indonesia Arena

57 menit lalu

Skuad Dajeon JungKwanJang Red Sparks dalam laga eksibisi melawan Indonesia All Star di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/Randy.
Hasil Red Sparks vs Indonesia All Star 3-2, Megawati Hangestri Cs Berjaya di Indonesia Arena

Laga Red Sparks vs Indonesia All Star Diwarnai berbagai kejutan dari para pemain, termasuk pertukaran susunan pemain.


Mengenal Nacho yang Dikabarkan akan Hengkang dari Real Madrid

57 menit lalu

Ekspresi pemain Real Madrid, Nacho, setelah gagal menjebol gawang Atletico Madrid dalam laga lanjutan Liga Spanyol di Santiago Bernabeu, Spanyol, Sabtu, 29 September 2018. Laga tersebut berakhir dengan skor kacamata 0-0. REUTERS/Sergio Perez.
Mengenal Nacho yang Dikabarkan akan Hengkang dari Real Madrid

Nacho Fernandez dikabarkan akan meninggalkan Real Madrid pada akhir musim 2023-2024