Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tubuh

Oleh

image-gnews
Iklan
Ribuan kijang berkelompok dan memandang sekitar, atau berjalan sendiri pelan-pelan di hutan pinus sejak hari masih berkabut pagi di Kota Nara. Tak seorang pun akan mengusik mereka di taman luas itu. Seakan-akan sang pelindung masih belum kehabisan pesona, juga di antara para turis yang semakin siang semakin hiruk: di Kuil Todai-ji, semenjak tahun 752, sebuah patung Buddha duduk setinggi 16 meter. Kata orang, sosok yang mendominasi ruang Daibutsuden itu merupakan penggambaran esensi sifat luhur Buddha. Wibawa dan ukuran besar—seolah-olah itu berkaitan. Aneh juga sebenarnya. Bagaimana kemegahan ditegakkan, untuk menghormati seseorang yang justru datang ke dunia untuk menampik kemegahan? Bukankah Siddharta Gautama meninggalkan istana, dan kembali ke orang ramai untuk mengajar, di Taman Rusa, tentang hidup yang sengsara selama manusia masih tergoda oleh hasrat? Pertanyaan tentang kemegahan ini bisa dilontarkan hampir ke mana saja. Di kota pantai Amalfi di Italia Selatan, ada Basilika Santo Andrea, sebuah bangunan yang menggabungkan gaya Romanik yang anggun dan Bizantin yang penuh keemasan. Di salah satu ujung sudutnya ada sebuah patung Bunda Maria. Ia berdiri di dekat tubuh Yesus yang terbaring dengan darah mengalir. Wanita suci itu memakai gaun bangsawan yang berwarna gelap bertatahkan manikam, dan di kepalanya terpasang mahkota seorang ratu. Kenapa kesucian akhirnya berdandan duniawi? Kenapa keagungan akhirnya berwujud dalam konstruksi batu ribuan meter kubik? Saya ingat akan puisi Amir Hamzah, ketika ia mengutarakan kerinduannya kepada Tuhan: ''Aku manusia, rindu rasa, rindu rupa." Iman adalah ibu dari segala arsitektur. Dalam kerinduan rasa dan kerinduan rupa, tempat peribadatan dibangun. Ruang besar atau kecil, bangunan angker atau berbunga-bunga, patung atau kaligrafi—semuanya adalah kemeriahan pancaindera untuk memuliakan Tuhan. Tubuh menghendaki pemuasannya, juga dalam hal yang bersangkutan dengan apa yang dilukiskan sebagai hasrat rohani. Tubuh, dalam agama, memang sebuah paradoks. Begitu banyak aturan diterapkan oleh titah sakral untuk mengatur tubuh, seakan-akan bagian manusia ini selamanya menimbulkan rasa waswas dan sebab itu perlu diwaspadai. Namun, pada saat yang sama, seakan-akan juga ada pengakuan bahwa tubuh demikian pentingnya, sehingga ibadah—dan pengorbanan—selalu merupakan ekspresi dari yang jasmani. Mungkin itu sebabnya ada yang menganggap bahwa menghabisi kemurtadan dan melenyapkan perbedaan dalam iman hanya bisa dilakukan dengan meniadakan tubuh, bukan mengajak. Kita baca Al Hallaj dibakar seperti halnya mereka yang mati di unggun api Sang Inkuisitor Gereja Spanyol. Tubuh memang suatu titik tikai: pusat najiskah ia, hingga harus ditolak, atau setidaknya dikuasai? Tapi bukankah ia sebuah kehadiran dalam laku, hingga hanya dengan tubuh kebajikan bisa berlangsung? Ada sebuah perdebatan dalam tradisi pemikiran Khong Hu-cu, khususnya dalam naskah lama Jepang, yang bagi saya dapat melukiskan sebuah pertentangan tentang tubuh—sebuah pertentangan yang juga berlangsung dalam sejarah pemikiran Buddha, Hindu, Kristen, Islam, atau apa saja yang hendak menerjemahkan laku kebajikan dalam dunia. Setidaknya, itulah yang bisa saya simpulkan dari cara Naoki Sakai menguraikannya dalam Voices of the Past, sebuah karya yang sangat impresif baik karena penelitiannya maupun karena isi filsafatnya. Tokoh utamanya adalah Ito Jinsai. Ia seorang ahli tafsir pemikiran Khong Hu-cu dari abad ke-17 Jepang, yang menguraikan posisi filsafatnya dengan cara mengomentari tafsir karya Cina klasik yang pernah ada. Ito meletakkan diri sebagai penampik ''rasionalisme Song" dan khususnya para ahli dari mazhab Zhu Xi. Kebajikan, bagi mazhab Zhu Xi, ada dalam pikiran manusia sebagai bagian dari kodratnya yang sama kapan saja dan di mana saja. Diri (''aku") berpadanan dengan kesemestaan langit. Kesadaran yang maha-agung masuk dan membentuk kesadaranku, dan membuat kebajikanku universal. Dengan tuntunan itulah perilakuku sahih. Di sini berlaku penguasaan tubuh oleh pikiran, dan dengan itulah jalan ke arah kebajikan bisa ditempuh. Ito Jinsai sebaliknya menekankan makna tubuh. Bagi Ito, bukan universalitas dalam jiwa itu yang menyatukan manusia, melainkan kebersamaan: jiwa atau diri sebagaimana digambarkan Zhu Xi pada dasarnya diasumsikan sudah serba-cukup, dan tak membutuhkan apa yang di luarnya, apa yang lain. Dunia dan jejak yang membekas di atas debu jalannya tak punya pengaruh ke dalam jiwa dalam filsafat Zhu Xi. Padahal, justru di dunia, dalam persentuhan dengan orang lain, kebajikan terjadi. Tubuh tak seperti dibayangkan oleh kaum rasionalis Song: jasmani tak bisa direncanakan penuh. Ada selamanya yang tak terduga. Sebab itu laku kebajikan bukanlah sesuatu yang mudah. Di sini bukan hanya kerendahan hati yang penting, tapi juga rasa kebersamaan: masing-masing diri tak akan memadai, dan tak akan selesai. Dalam kata Ito: ''Jalan [kebajikan] adalah jalan; sebab itu dengan menempuhnyalah orang datang, pergi, dan berjumpa. Ia disebut 'jalan' sebab ia memungkinkan orang saling bertemu". Jalan yang sederhana, tentu, bukan ruang dan sosok megah yang tertutup dan berkata, ''inilah kesempurnaan". Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

1 menit lalu

Cina akan garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.


Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

9 menit lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.


Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

12 menit lalu

The Black Dog, Vauxhall, London. Instagram.com/@theblackdogvauxhall
Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya


Dua Remaja Dipergoki Curi Baut Bantalan Rel Kereta Api

14 menit lalu

Ilustrasi pencuri. Dok.TEMPO/Fully Syafi;
Dua Remaja Dipergoki Curi Baut Bantalan Rel Kereta Api

Mereka berencana menjual baut bantalan rel kereta api itu kepada penadah barang bekas.


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

15 menit lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan,

17 menit lalu

Ilustrasi gelombang Rossby. Aasnova.org
Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan,

BMKG mendeteksi faktor-faktor atmosfer pemicu kenaikan curah hujan di berbagai wilayah. Masyarakat harus mewaspadai cuaca ekstrem.


Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

17 menit lalu

Produser Dipa Andika, Raisa, dan Soleh Solihun setelah menghadiri konferensi pers peluncuran poster dan trailer film dokumenter Harta Tahta Raisa, di Jakarta, Selasa, 23 April 2024. Tempo/Marvela
Ketakutan Raisa Sebelum Bikin Film Dokumenter Harta Tahta Raisa

Raisa mengungkapkan ketakutannya sebelum memutuskan untuk membuat film dokumenter berjudul Harta Tahta Raisa.


Pembunuhan di Kedai Anak Mami, Pelaku Tinggalkan Korban dalam Kondisi Pendarahan Saat Mengugurkan Janin

18 menit lalu

Agustami (27 tahun), tersangka pembunuhan wanita hamil di Kelapa Gading, meminta maaf dan berbela sungkawa atas kematian korban, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Pembunuhan di Kedai Anak Mami, Pelaku Tinggalkan Korban dalam Kondisi Pendarahan Saat Mengugurkan Janin

Seorang wanita menjadi korban pembunuhan. Jasadnya ditemukan di sebuah Kedai Anak Mami di Kelapa Gading. Hendak menggugurkan janin.


Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

23 menit lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

Asisten profesor di University of Camridge Ilias Alami mengungkap dugaan tindakan plagiarisme oleh akademisi ITPLN.


Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan: Shin Tae-yong Janji Persiapkan Tim dengan Baik

25 menit lalu

Pelatih timnas U-23 Indonesia, Shin Tae-yong. Kredit: Tim Media PSSI
Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan: Shin Tae-yong Janji Persiapkan Tim dengan Baik

Shin Tae-yong akan mempersiapkan rencana untuk pertandingan timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di perempat final Piala Asia U-23 2024.