Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mulyana

Oleh

image-gnews
Iklan

Mulyana atau bukan Mulyana, tiap orang punya detik-detik yang genting, ketika harus menentukan untuk curang atau tak curang, mencuri atau tak mencuri. Detik-detik itu mungkin singkat, tapi itulah saat kebebasan yang menakjubkan.

Menakjubkan dan sekaligus membuat gentar: kebebasan itu sunyi dan penuh risiko. Tapi bagaimanapun ia menandai sebuah otonomi, mengisyaratkan sebuah posisi: manusia bukanlah sebuah kapal keruk. Sebuah kapal keruk, yang digerakkan sepenuhnya oleh pelaku di luar dirinya, tak akan bisa dituntut pertanggungjawaban, tak dapat pula diberi penghormatan. Tak ada mesin yang patut dibui dan layak diberi medali.

Memang bisa dikatakan, keputusan seseorang, Mulyana atau bukan Mulyana, disebabkan oleh wataknya, dan watak adalah akibat warisan genetik orang tua serta pengaruh sekitar yang membekas.

Namun dapatkah semua hal diterangkan dengan garis lurus sebab-dan-akibat itu? Ketika saya memutuskan bertindak A, dan bukan B, saya sebenarnya tak tahu persis adakah hal itu karena nenek moyang saya Ken Arok, atau karena tubuh saya gemuk, atau karena saya berbakat main akordeon dan dibesarkan di Cepu. Siapa yang dapat memastikan bahwa sebab X, Y, Z akan berakibat pada laku A dan bukan B?

Pada akhirnya, inilah yang saya tahu: saya adalah pelaku. Mulyana atau bukan, pada saat-saat saya harus memilih apa yang "baik" dan "buruk", saya bukanlah sebuah akibat. Ada dalam hidup saya yang dapat dijelaskan dengan sebab-dan-akibat, namun ada yang tidak. Tak seluruh diri saya digerakkan oleh keniscayaan. Kita sehari-hari menempuh hidup dengan Das Sein, mengikuti "apa-yang-ada-kini"; tapi juga kita coba menjalankan Das Sollen, "yang-seharusnya". Kant mengatakan: kita memiliki "kemerdekaan transendental".

Kemerdekaan itulah yang membuat manusia sebuah makhluk yang belum selesai.

Ada sepotong kalimat yang pernah mengharukan abad ke-20: "Saya percaya, manusia pada dasarnya baik". Anne Frank menuliskan itu di antara ribuan baris catatan hariannya, ketika gadis kecil Yahudi itu bersembunyi ketakutan selama dua tahun, sebelum akhirnya orang Nazi menangkapnya beserta seluruh keluarganya dan memasukkannya ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen, tempat ia mati pada akhir musim dingin 1945. Kata-kata itu memberikan harap pada zaman yang gelap. Tapi sebenarnya tak sepenuhnya tepat.

Bukan karena manusia "pada dasarnya buruk". Tapi karena kita tak dapat merumuskan satu sifat apa pun tentang manusia dengan kata-kata "pada dasarnya". Seseorang jadi pahlawan atau bajingan bukan karena "esensi". Saya tak pernah percaya ada "pahlawan" atau "bajingan"; yang ada hanyalah "laku/momen kepahlawanan" atau "laku/momen kebajinganan". Keduanya adalah "eksistensi", yang datang dari pilihan dan perbuatan.

Sebab itulah pilihan untuk berbuat baik—menolak untuk korupsi, misalnya—adalah sebuah langkah yang tiap kali mengharukan dan mengagumkan: ia tak dilakukan sebagai kelaziman, atau sebagai sesuatu yang niscaya dan tak terelakkan. Ia dilakukan sebagai semacam "penciptaan". Ia dilakukan bukan untuk menuruti perintah dari "dia" atau "mereka", dari hukum Tuhan atau manusia. Perbuatan baik itu dilakukan secara "spontan", sebab langsung ia dilihat sebagai "wajib".

Dalam sebuah kisah kecil Mahabharata, Urinara melindungi seekor unggas yang nyaris tewas. Seekor elang besar mengejar untuk memangsanya. Urinara tak kenal unggas yang ketakutan itu, tapi ia tahu ia tak dapat membiarkan keangkaramurkaan itu terjadi. Ditawarkannya dirinya, jasadnya, untuk jadi makanan pengganti. Si elang pun menerima tawaran itu, dan mulailah ia memakan sedikit demi sedikit tubuh sang penolong….

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Urinara, keputusannya adalah sebuah "kewajiban". Ia melakukannya bukan karena ia senang, bukan karena janji surga, melainkan karena ia sadar itulah yang "baik", yang "bajik", dan tak ada hubungan antara kebajikan dan rasa bahagia. Kebajikan itu ia anggap sebagai sesuatu yang "seharusnya", dan ini berlaku universal: harus dilakukan oleh siapa saja, juga oleh dirinya.

Tapi "kewajiban" itu, pada saat yang sama, juga dipilih dengan bebas—bebas dari pamrih apalagi paksaan. Memang sebuah paradoks: bagaimana sebuah "kebebasan" menjalankan "kewajiban"? Apa arti "otonomi" di sini?

Kant mencoba menjelaskan paradoks itu dengan susah payah. Tapi saya kira ada jawaban yang sederhana: yang "wajib" itu tersedia untuk dipilih secara bebas sebab ia memenuhi sebuah gagasan tentang apa yang "universal", yang diterima semua orang yang berakal-budi.

Tentu saja yang "universal" itu tak pernah hadir sebagai tata tertib yang jelas dan selesai. Manusia mempersoalkannya berabad-abad, selalu dalam keadaan setengah gelap. Juga bagi Urinara. Malah mungkin ia tak berpikir, dapatkah tindakan yang dilakukannya jadi norma yang berlaku bagi orang lain sebagai "imperatif yang kategoris". Yang pasti ia tak berbuat untuk jadi teladan. Namun di situ justru kebajikannya menakjubkan.

Tapi tak hanya Urinara. Syahdan, di sebuah tembok di Kota Kaliningrad yang dulu bernama Köningsberg, tak jauh dari makam Kant yang merapat di dinding katedral kota itu, ada sebuah kutipan terkenal dari sang filosof, dipahat dalam bahasa Jerman dan Rusia. Terjemahan bebasnya: "Dua hal memenuhi pikiranku dengan rasa takjub dan terkesima: angkasa yang penuh bintang di atas sana dan hukum moral nun dalam diri manusia".

Dua hal—dan di situ tampak keterbatasan manusia tapi juga kelebihannya. Di tengah alam semesta, ia hanya satu di antara bermiliar-miliar noktah; ia begitu terbatas, begitu tak mampu untuk mengetahui semuanya. Tapi dalam posisi itu, ia toh dapat, bila ia mau, menciptakan sesuatu yang baik bagi sesamanya.

Maka alangkah nistanya, jika Mulyana atau bukan Mulyana ternyata memilih mala, memilih evil—dan berpaling dari hal yang menakjubkan itu.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kejaksaan Agung Sita Mobil-Mobil Mewah Harvey Moeis, dari Lexus sampai Vellfire

44 detik lalu

Lexsus Milik tersangka Harvey Moeis dalam perkara  PT. Timah disita Kejaksaan Agung. FOTO:dokumen Kejagung
Kejaksaan Agung Sita Mobil-Mobil Mewah Harvey Moeis, dari Lexus sampai Vellfire

Kejaksaan Agung menyita mobil-mobil mewah milik Harvey Moeis (HM) yang menjadi tersangka kasus korupsi PT Timah.


Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

2 menit lalu

Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (19/4), menetapkan masa tanggap darurat bencana hingga 2 Mei mengacu pada potensi cuaca buruk di kawasan lereng Gunung Semeru.
Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Setidaknya ada 11 jembatan di Lumajang yang dilaporkan rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.


3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

3 menit lalu

Sejumlah warga melihat Jembatan Gondoruso di Kecamatan Pasirian yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru pada Jumat (19/4/2024). (ANTARA/VJ Hamka Agung Balya)
3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

Satu warga meninggal akibat tertimbun material longsor dan dua warga meninggal akibat terbawa arus lahar dingin Gunung Semeru


Ekonom Optimistis MK Benarkan Politisasi Bansos, Prediksi 3 Kemungkinan Putusan

3 menit lalu

Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan atau bansos beras kepada masyarakat penerima manfaat di Kompleks Pergudangan Bulog Kampung Melayu, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, pada Rabu, 20 Maret 2024. Foto Sekretariat Presiden
Ekonom Optimistis MK Benarkan Politisasi Bansos, Prediksi 3 Kemungkinan Putusan

Ekonom yakin majelis hakim MK akan membenarkan adanya politisasi bansos dengan 3 kemungkinan putusan.


Indonesia All Stars vs Red Sparks Sabtu 20 April: Jadwal Live dan Daftar Lengkap Pemain Kedua Tim

7 menit lalu

Rombongan klub Red Sparks dari Korea Selatan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Selasa malam, 16 April 2024. ANTARA/Kemenpora RI
Indonesia All Stars vs Red Sparks Sabtu 20 April: Jadwal Live dan Daftar Lengkap Pemain Kedua Tim

Indonesia All Stars akan melawan Red Sparks, Sabtu malam, 20 April 2024. Simak jadwal live dan skuad kedua tim.


Dugaan Perselingkuhan Lettu Agam Berujung Kasus UU ITE, Ibu Anandira Puspita Ungkap Alasan Tak Penuhi Panggilan Polisi

10 menit lalu

Anandira Puspita (baju merah muda), istri anggota TNI yang menjadi tersangka usai mengungkap dugaan perselingkuhan suaminya, dalam jumpa pers di sebuah kafe di Jalan Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 18 April 2024. TEMPO/Han Revanda Putra.
Dugaan Perselingkuhan Lettu Agam Berujung Kasus UU ITE, Ibu Anandira Puspita Ungkap Alasan Tak Penuhi Panggilan Polisi

Anandira Puspita menjadi tersangka UU ITE usai membongkar dugaan perselingkuhan suaminya, anggota TNI Lettu Agam


Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

10 menit lalu

Aktivitas pelayanan nasabah Taspen di Jakarta, Kamis 31 Agustus 2023. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) Persero membukukan nilai investasi lebih tinggi sekitar 20% dari hasil investasi rata-rata industri sejenis dalam beberapa tahun terakhir. Tempo/Tony Hartawan
Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.


Cara dan Waktu yang Tepat untuk Cek Kolesterol

16 menit lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Cara dan Waktu yang Tepat untuk Cek Kolesterol

Salah satunya dengan cek kolesterol rutin. Hal ini agar seseorang bisa melakukan pengobatan-pengobatan lebih cepat


Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

24 menit lalu

Masjid Indonesia by Ivan Gunawan di Uganda, Afrika Timur. Foto: Instagram/@hamza.tamimy
Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.


Masih Jalani Arus Balik Lebaran? Lakukan Power Nap untuk Bantu Kembalikan Fokus Menyetir

30 menit lalu

Seorang pengemudi tidur setelah menghadapi kemacetan di Jalur Indramayu, Jawa Barat, Senin (5/9). Pada Puncak Arus Balik lebaran tahun ini terjadi kemacetan hampir di semua kota sehingga waktu tempuh menuju Jakarta hampir 2 kali lipat dibanding waktu normal. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Masih Jalani Arus Balik Lebaran? Lakukan Power Nap untuk Bantu Kembalikan Fokus Menyetir

Power nap dapat membantu kembalikan fokus selama perjalanan panjang arus balik lebaran. Bagaimana caranya?