Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keris

Oleh

image-gnews
Iklan

SEORANG padri pernah bercerita tentang sebuah naskah, dalam bahasa Jawa Kuno, tentang sebuah riwayat yang berdarah, kejadian di abad ke-11, mungkin ke-10, sebelum Kerajaan Singosari berdiri di Jawa Timur. Cerita itu menarik perhatian saya, karena padri itu juga menjelaskan bagaimana ia memberi tafsir. Ia menyebutnya riwayat Ken Arok dan sebilah keris.

Kemudian saya pun menemukan teks cerita itu di beberapa museum, dalam beberapa versi, dengan huruf tua yang separuh terang. Dan inilah kira-kira yang bisa saya ceritakan kepada pembaca, sebuah kombinasi empat versi yang tak saya ingat dengan persis tapi tetap meyakinkan, ditambah fantasi-fantasi yang timbul di kepala saya waktu cerita ini saya paparkan di sini.

Adegan pertama: di rumah sang pembuat keris. Namanya Empu Gandring. Ia seorang berumur 65 tahun yang tak mengenakan destar, dan rambutnya yang tergerai putih menutupi sebagian dadanya yang kisut. Orang tua itu tahu ketika seseorang datang memasuki halaman bengkelnya, sore itu. Ia dengar kuku kaki kuda mengetuk-ngetuk jalan batu, dan ia menghela napas. "Ken Arok…," bisiknya.

Ken Arok telah datang untuk mengambil sebilah keris yang dipesannya empat bulan yang lalu. Di salah satu dinding bengkel, bilah itu sudah terpacak. Rampung. Terhunus tanpa sarung. Lurus tanpa luk. Gagah seperti Pasopati. Relief pada batangnya tampak lamat di warna gelap batu meteor. Ia, Gandring, memang seorang empu. Dua generasi para bangsawan datang memesan keris dari tangannya, terutama orang-orang Tumapel yang menaiki kuda-kuda ranggi dengan pelana beludru. Tapi tak ada yang mendapatkan keris sebagus itu. Gandring sendiri tak menyangka bahwa hasil kerjanya akan demikian impresif. Dan kini si pemesan datang. "Ken Arok…."

Ada sesuatu dalam hati orang tua itu yang tak menghendaki keris itu diambil. Mungkin ia jatuh sayang kepada kreasinya sendiri. Mungkin ia tak merasa Ken Arok layak memiliki dan mengenakan karya sebagus itu di pinggangnya.

Memang, laki-laki itu tak membuatnya tenteram. Umurnya sekitar 26 tahun. Tubuhnya tinggi dan parasnya runcing, dengan tiga bekas luka di jidat dan pelipis. Rambutnya yang tebal tersanggul rapi. Tapi ada sesuatu yang liar di gerak matanya. Empu Gandring tahu ia bukan orang Tumapel.

Juga pernah didengarnya cerita-cerita menakutkan tentang Arok: kepala perampok yang pernah membunuh 30 orang dengan sekali tebas, penyamun yang menghimpun permata rampasan di tiga gua di luar Daha, dan kemudian datang ke wilayah itu sebagai pendekar yang dihormati.

"Aku datang untuk mengambil kerisku, Gandring."

"Belum siap…," jawab Gandring dengan gugup.

Dalam salah satu naskah yang saya baca,percakapan di bengkel itu berakhir dengan konflik. Ken Arok bukan hanya menganggap Gandring tak memenuhi janji, tapi juga ia menganggap pak tua itu mengganggu sebuah rencana. Ia sudah melihat keris yang anggun itu terpasang dekat dinding, rampung. Tapi Gandring tak mau menyerahkannya. "Sebilah keris yang bernilai, sesuatu yang indah dan magis, tak pernah siap dipakai," jawab sang empu.

Arok diam, tapi matanya menatap tajam. Gandring hanya bermain dengan kata dan arti, itulah kesimpulannya. Lalu dengan sebaris senyum di bibirnya yang tipis Arok bergerak mengambil keris itu dari tempatnya tersandar. Sebelum Gandring sempat memprotes, keris itu sudah menikam jantungnya. Darah muncrat sampai ke tanur. Tubuh orang tua itu terjungkal. "Aku telah buktikan sebaliknya," seru Arok. "Keris ini sudah selesai—dan ia bisa dipakai."

Gandring gugur. Menurut sebuah versi, ia sempat berkata sebelum mati: "Keris ini hanya kau beri fungsi tunggal, Arok, untuk mengalahkan. Kekerasan tak akan berhenti sejak hari ini."

Adegan kedua: di sebuah rumah besar. Ken Arok berbicara di depan dua pendekar yang menemaninya berlatih silat: "Aku membunuh orang tua itu tanpa kemarahan. Amarah hanya emosi. Aku tak ingin membuang waktu. Aku merancang. Keris itu milikku, sang pencipta sudah mati. Kini aku yang memberinya arti. Ia indah, mungkin magis, tapi aku bisa membuatnya jadi alat. Keindahan dan kemagisan tak bisa dibiarkan sendiri, bebas tanpa manfaat. Rancangan membutuhkan instrumen. Aku hidup dengan akal, dan aku menang."

Tentu para pembaca sudah tahu: ada cerita kelanjutannya. Saya tak perlu mengisahkannya kembali secara rinci, bagaimana Ken Arok kemudian, di suatu malam, membunuh Tunggul Ametung, akuwu Tumapel yang menguasai wilayah yang subur itu. Keris itulah yang dipergunakannya. Seperti kata Gandring, kekerasan tak berhenti sejak pembunuhan di bengkel itu. Ken Arok kemudian jadi akuwu, dan kisahnya baru berakhir ketika ia sendiri dibunuh oleh anak tirinya, Anusapati, dan Anusapati dibunuh oleh adiknya, Tohjaya.

Saya jadi ingat kepada tafsir sang padri. Kekuasaan dan penaklukan selalu mengandung kekerasan. Ketika hidup hanya bertopang pada alat (dan bila yang indah dan yang magis juga diperalat), kekerasan akan berlanjut. Alam, manusia, impian, tercekal.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tim Pembela Prabowo-Gibran: Pemilu Kali Ini Paling Damai

4 menit lalu

Kuasa hukum Komisi Pemilihan Umum (KPU) membacakan pandangan saat Pemeriksaan Persidangan Penyampaian Jawaban Termohon, Keterangan Pihak Terkait, dan Keterangan Bawaslu pada sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Tim Pembela Prabowo-Gibran: Pemilu Kali Ini Paling Damai

Tim Pembela Prabowo-Gibran mengklaim bahwa Pemilu 2024 sebagai yang paling damai.


Tim Hukum Ganjar-Mahfud Sebut Jokowi Lakukan Nepotisme Secara TSM di Pilpres 2024, Bentuknya?

6 menit lalu

Calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo berbincang dengan kuasa hukum Todung Mulya Lubis saat mengikuti Sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pemilu 2024 atas gugatan Membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 360 Tahun 2024 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024 tertanggal 20 Maret 2024, sepanjang mengenai pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 di Gedung Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Rabu 27 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Sebut Jokowi Lakukan Nepotisme Secara TSM di Pilpres 2024, Bentuknya?

Presiden Joko Widodo atau Jokowi disebut Tim Hukum Ganjar-Mahfud melakukan praktik nepotisme terstruktur, sistematis, dan masif di Pilpres 2024.


Tingkatkan Layanan, KKP Terapkan Sistem Anti Suap

7 menit lalu

Tingkatkan Layanan, KKP Terapkan Sistem Anti Suap

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus berupaya melakukan kegiatan pencegahan korupsi.


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

14 menit lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Nita Setiawan dan GBI Keluarga Allah Jakarta Berbagi Takjil

16 menit lalu

Nita Setiawan dan GBI Keluarga Allah Jakarta Berbagi Takjil

Sebagai bentuk kepedulian dan empati terhadap sesama di Bulan Suci Ramadhan, Ps. Nita Setiawan dan GBI Keluarga Allah Jakarta menggelar acara Berbagi Takjil di CBD Puri Jakarta Barat pada Rabu, 28 Maret 2024.


Prediksi Puncak Arus Mudik Lebaran di H-2 Idul Fitri, Ini Moda Transportasi Terpopuler

18 menit lalu

Ilustrasi mudik dengan kereta api. TEMPO/Muhammad Hidayat
Prediksi Puncak Arus Mudik Lebaran di H-2 Idul Fitri, Ini Moda Transportasi Terpopuler

Kementerian Perhubungan memprediksi potensi puncak arus mudik lebaran terjadi pada H-2 lebaran atau Senin, 8 April 2024.


KKP Sesuaikan Harga Patokan Pemanfaatan Jenis Ikan

23 menit lalu

KKP Sesuaikan Harga Patokan Pemanfaatan Jenis Ikan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini sedang melakukan penyesuaian harga patokan pemanfaatan jenis ikan dilindungi dan dibatasi pemanfaatannya.


Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

24 menit lalu

Shutterstock.
Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.


Pertamina Patra Niaga soal Kecurangan SPBU KM 42: Sudah Ditera dan Punya Sertifikat

30 menit lalu

Penyegelan pompa ukur bahan bakar minyak (BBM) pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Rest Area KM 42 B Tol Jakarta Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu, 23 Maret 2024. Kemendag.go.id
Pertamina Patra Niaga soal Kecurangan SPBU KM 42: Sudah Ditera dan Punya Sertifikat

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan buka suara soal kecurangan SPBU di rest area KM 42 B Karawang, Jawa Barat.


Catatan-catatan Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2024

31 menit lalu

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat mengikuti Sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pemilu 2024 atas permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 360/2024 tentang penetapan hasil pemilu di Gedung Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Rabu 27 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Catatan-catatan Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2024

Sidang perdana perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 digelar kemarin. Seperti apa fakta-faktanya?