Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

La Victime

Oleh

image-gnews
Iklan
Yang jadi soal pada mulanya bukanlah maaf dan rekonsiliasi, melainkan kerendahan hati.Saya membayangkan wajah angkuh seorang laki-laki Arab di abad ke-6 yang menghunus pedang ke dekat leher Muhammad, yang sendirian di tengah malam itu, dan bertanya, "Siapa yang akan bisa melindungimu?" Saya membayangkan wajah itu terkejut, dan pedangnya terlepas, jatuh, ketika Sang Rasul, dengan suara tenang, menjawab, "Allah". Saya membayangkan ia terkesima, ketika kemudian Rasulullah, yang memungut pedang yang jatuh itu, dan sempat mengacungkan ujung senjata itu ke dada laki-laki itu, ternyata tak mencederainya, tak memberinya petuah, tapi hanya menyuruhnya pulang.

Apa gerangan yang dipikirkan laki-laki itu seraya berjalan pulang? Barangkali ia sadar betapa sembarangan sikapnya tadi: ia tak tahu, ada yang lebih kuasa pada nadi leher seorang lain—ya, ada yang lebih kuasa atas hidup dan mati ketimbang sejuta laki-laki yang menghunus pedang. Barangkali ia akhirnya mengerti kenapa Rasul Tuhan itu tak membunuhnya: ia juga tak merasa berkuasa. Pada saat seseorang merasa dapat menentukan nasib seorang lain, pada saat ia merasa bisa "menjengkal nyawa", pada saat itu ia mengangkat diri jadi Yang Mahakuasa. Kemanusiaan, dengan segala keterbatasannya, pun disisihkan: menghilangkan nyawa seseorang sama artinya dengan membinasakan semua manusia.

Barangkali laki-laki Arab di abad ke-6 itu juga mengerti bahwa Nabi hendak bersikap adil, juga kepada orang yang memusuhinya. Barangkali ia kemudian sampai pada kesimpulan bahwa keadilan bukanlah pembalasan. Mungkin akhirnya ia juga sempat menyaksikan sebuah saat yang sering dibanggakan dalam sejarah: kemenangan orang-orang muslim atas Mekah tak diikuti dengan pembasmian. Para bekas musuh itu tetap hidup di kota itu. Keadilan adalah sikap berimbang, karena keadilan adalah bagian dari sikap berhati-hati agar tak ada yang berkelebihan, juga dalam amarah.

"Berkelebihan", sebagaimana "pembalasan yang setimpal", tak bisa diartikan secara harfiah: rasa amarah hanya bisa benar-benar dianggap "berkelebihan" dan pembalasan bisa dengan tepat dinilai "setimpal" apabila rasa takut, rasa tertindas, dan rasa sakit bisa diukur. Tetapi bagaimana itu bisa diukur? Siapa yang akan mengukur? Di kamar penyiksaan, di tempat-tempat kekejaman, jerit itu tak bisa diringkaskan dengan kata-kata, dengan bahasa, dengan segala hal yang tumbuh dari konvensi. Rasa sakit itu, untuk memakai kata-kata Pramoedya Ananta Toer, adalah "nyanyi sunyi seorang bisu".

Pada akhirnya, seorang yang berdiri di hadapan orang lain akan berdiri tak gegabah. Ia datang tanpa sikap seorang perumus. Ia bukan seorang pengukur. Ia tak bisa mengacungkan pedang dengan lurus dan memutuskan: "Kau, hai kafir, telah bersikap kurang ajar 100 persen, maka kau harus kuhajar 100 persen." Ia bahkan sebenarnya tak bisa memastikan: "Kau telah mengacungkan pedang ke dekat leherku, sebab itu kau tentu hendak membunuhku…." Bukankah bisa saja dikatakan bahwa orang yang mengancam itu justru datang untuk menguji iman dan ketabahan?

Saya membayangkan wajah di abad ke-6 itu karena di hari-hari ini masa silam diingat (dan dibayangkan) hanya dengan kegetiran yang tak selesai-selesai. "Aku telah dianiaya di Badu sebelum tahun 1965," kata si Fulan. "Aku telah dianiaya di Fulan sejak tahun 1965," kata si Badu. Saya membayangkan peristiwa kecil di Jazirah Arab di abad ke-6 itu karena hari-hari ini ada suara bising, "la victim, c'est moi".

Hubris, atau takabur, sering datang dari pintu belakang. Tiba-tiba saja ia menyusup merasuki kita. Seperti seorang penguasa yang mengatakan, "Negara, itulah aku," seorang teraniaya yang menunjuk diri dan berkata "Sang korban, itulah aku" juga bersalah karena ia mengangkat diri sebagai pemegang monopoli atas ingatan dan percakapan. Memegang monopoli itulah yang dilakukan oleh "Orde Baru" dengan memermak buku sejarah sebagaimana para penyiksa memermak wajah para tapol. Dengan cara yang lain, itu juga yang dilakukan oleh si Fulan dan si Badu dalam benci mereka yang berkepanjangan.

Tapi bukankah harus dicatat: pengalaman yang dikenang adalah suatu pengalaman yang tak terbatas? Bukankah apa saja bisa saya timba dan saya bentuk dari dalamnya?

Menyadari hal ini adalah menyadari betapa bisa sewenang-wenangnya ingatan. Sebab itu, setiap tarikh memerlukan kebebasan. Di depan sejarah tiap orang perlu untuk bisa mengemukakan dan juga mempersoalkan tiap versi tentang masa lalunya. Tapi perlunya kebebasan itu bukan bertolak karena hak. Perlunya kebebasan itu berangkat dari kesadaran akan batas.

Maka, yang jadi soal bukanlah sejauh mana kita akan memaklumi masa lalu itu. Yang jadi soal pada mulanya bukanlah maaf dan rekonsiliasi, melainkan kerendahan hati. Bahkan dengan pedang di tangan, dengan hak untuk menghukum, kita tak bisa serta-merta menebas leher. Kita bisa bersalah, kita pernah bersalah.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polisi Tangkap Residivis Pengedar Narkoba Senilai Rp 10 Miliar di Bekasi

4 menit lalu

Ilustrasi penjahat narkoba. TEMPO/Iqbal Lubis
Polisi Tangkap Residivis Pengedar Narkoba Senilai Rp 10 Miliar di Bekasi

Polres Metro Bekasi Kota menyita 10 kilogram narkoba jenis sabu senilai Rp 10 Miliar saat menangkap MH, residivis dalam kasus sama pada 2022


Jejak Pendapat PKS Jelang Pilkada DKI: Mardani Ali Sera Tertinggi Disusul Sohibul Iman dan Khoirudin

6 menit lalu

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera
Jejak Pendapat PKS Jelang Pilkada DKI: Mardani Ali Sera Tertinggi Disusul Sohibul Iman dan Khoirudin

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, mendapatkan perolehan tertinggi dalam jejak pendapat internal kader PKS Jakarta untuk maju Pilkada DKI


Daftar 4 Tim yang Lolos dan Jadwal Semifinal Liga Europa 2023-2024

7 menit lalu

Pemain Atalanta Marten de Roon, Aleksei Miranchuk dan Isak Hien mencoba hentikan pemain Liverpool Mohamed Salah dalam pertandingan leg kedua perempat final Liga Eropa di  Stadio Atleti Azzurri, Bergamo, 19 April 2024. REUTERS/Alessandro Garofalo
Daftar 4 Tim yang Lolos dan Jadwal Semifinal Liga Europa 2023-2024

Rangkaian pertandingan perempat final Liga Europa 2023-2024 sudah tuntas digelar. Ini daftar empat tim sudah lolos ke semifinal dan jadwalnya.


Komponen Mobil Apa Saja yang Harus Diperiksa Setelah Digunakan Mudik Lebaran?

11 menit lalu

Foto udara kendaraan pemudik memadati di jalur selatan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Arus balik H+3 lebaran dari Tasikmalaya menuju Bandung terpantau padat merayap dan terjadi antrean kendaraan dari Sindangkasih, Kabupaten Ciamis hingga Indihiang, Kota Tasikmalaya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Komponen Mobil Apa Saja yang Harus Diperiksa Setelah Digunakan Mudik Lebaran?

Berikut beberapa komponen mobil yang sebaiknya kembali diperiksa setelah digunakan selama perjalanan mudik.


Biaya Kuliah Unair 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

12 menit lalu

Mahasiswa baru Unair dalam Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2023.
Biaya Kuliah Unair 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, Mandiri Reguler, dan Mandiri Kemitraan UnairN2024/2025.


Cara Beli Tiket Fancon Doh Kyung Soo di Jakarta

15 menit lalu

Doh Kyung Soo atau D.O. EXO. Foto: Instagram/@mecimapro
Cara Beli Tiket Fancon Doh Kyung Soo di Jakarta

Tiket fancon Doh Kyung Soo di Jakarta dibanderol dengan harga mulai dari Rp 1 jutaan.


Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Australia 1-0, Simak Komentar Kiper Ernando Ari yang Tampil Gemilang

18 menit lalu

Kiper timnas U-23 Indonesia, Ernando Ari. REUTERS/Ibraheem Al Omari
Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Australia 1-0, Simak Komentar Kiper Ernando Ari yang Tampil Gemilang

Timnas U-23 Indonesia berhasil mengalahkan Australia dengan skor 1-0 di Piala Asia U-23 2024. Simak komentar Ernando Ari dan Merselino Ferdinan.


Terpopuler: Presiden Jokowi Wanti-wanti Pola Baru TPPU, Gunung Ruang Erupsi Sejumlah Maskapai Batalkan Penerbangan

21 menit lalu

Presiden Jokowi (tengah) melihat proses pembagian sembako untuk warga di pintu Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 6 April 2024. Sebanyak 1000 paket sembako dibagikan Presiden Joko Widodo untuk warga Bogor di bulan Ramadan 1445 Hijriyah. ANTARA/Arif Firmansyah
Terpopuler: Presiden Jokowi Wanti-wanti Pola Baru TPPU, Gunung Ruang Erupsi Sejumlah Maskapai Batalkan Penerbangan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan untuk waspada terhadap pola baru tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang berbasis teknologi.


BMKG: Satu Pusat Tekanan Rendah dan 2 Sirkulasi Siklonik Pengaruhi Cuaca Hari Ini

21 menit lalu

Ilustrasi cuaca mendung berpotensi turun hujan. Kredit: ANTARA
BMKG: Satu Pusat Tekanan Rendah dan 2 Sirkulasi Siklonik Pengaruhi Cuaca Hari Ini

Potensi cuaca hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih melingkupi banyak wilayah provinsi di Indonesia pada hari ini.


3 Drama Korea Tayang Juni 2024 Dibintangi Choi Siwon hingga Lee Jung Eun

21 menit lalu

Choi Siwon Super Junior. Foto: Instagram/@siwonchoi
3 Drama Korea Tayang Juni 2024 Dibintangi Choi Siwon hingga Lee Jung Eun

Sejumlah drama Korea akan tayang pada Juni 2024, salah satunya dibintangi Choi Siwon Super Junior