Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tanahair

Oleh

image-gnews
Iklan

Bisakah kau berhenti berpikir tentang Indonesia? Kemarin pertanyaan itu muncul di kepala saya. Saya ingin bilang, ya, bisa, kenapa tidak. Sebab, saya kadang ingin menghilang ke dalam sebuah lupa, bersembunyi di sudut yang terjauh. Saya ingin memasang tirai, tidur, mungkin bermimpi, dan tak berpikir lagi.

Tapi Indonesia selalu datang. Indonesia selalu mengetuk. Justru ketika kita tak mau dirisaukannya.

Ketidakpastian membuat kita jaga. Saat harapan menjadi sukar, putus asa sangat menakutkan. Saya tak bisa menghindar. Sebuah negeri, sebuah sejarah, sebuah nama. Apa arti semua itu, bagi anda dan saya, apa arti sebuah tanahair?

Saya menuliskan pertanyaan ini di sebuah ruang tunggu bandara asing. Orang ramai. Lewat ke-30 gerbang mereka datang dan pergi. Beberapa hari kemudian mereka, seperti halnya saya, akan melupakan nama kota itu. Yang akan teringat hanya balai tunggu ini, dengan toko buku dan koran, toko kaus bergambar dan minuman keras bebas cukai, restoran roti apit dan kedai suvenir, dinding-dinding berposter Amex atau Visa—hal yang selalu ada di mana saja.

Saya dan mereka adalah orang yang hanya lewat, yang akan menyebut alamat pada nama hotel. Ada yang sedang mencari apa yang asyik di negeri lain, ada yang hendak menyembuhkan sebuah kepedihan di negeri sendiri. Saya termasuk dari kelimun itu: manusia transit. Tapi selalu saja Indonesia mengetuk batok kepala saya. Saya melihat maskapai penerbangan di Asia yang laris dan sibuk, dan saya teringat akan Garuda yang seperti ditinggalkan. Saya melihat sejenak kurs mata uang di meja penukaran, dan saya teringat rupiah yang rapuh. Kagum atau malu, terpesona atau mencemooh, saya ternyata tak bisa berhenti berpikir tentang Indonesia.

Jangan-jangan tanahair bukanlah sebuah nama negeri yang kita tulis dalam formulir imigrasi. Jangan-jangan tanahair bukanlah sekadar sebuah wilayah di dalam peta. Tanahair tampaknya juga bukan sebuah asal-usul: ia tak sekadar datang dari masa lampau. Lalu apa gerangan?

Hari ini saya hanya bisa menjawab: tanahair adalah sebuah proyek yang kita tempuh bersama-sama, kau dan aku. Sebuah kemungkinan yang menyingsing, sebuah cita-cita yang digayuh generasi demi generasi, sebuah impian yang kita jalani dengan tungkai kaki yang kadang capek dan kesadaran yang kadang tanpa fokus. Tanahair adalah sebuah ruang masa kini yang kita arungi, karena ada harapan untuk kita semua kelak. Tanahair adalah sebuah engagement. Kepadanya kita terlibat, dengan dia kita bergulat, dalam sebuah pertalian yang bermula dari entah apa—sebab tak pernah bisa lengkap dijelaskan. Tuan mungkin akan menamakannya ''patriotisme", sebuah kata yang usang, atau tuan akan menyebutnya sebagai ''cinta", sebuah kata yang tak persis pengertiannya, kecuali ketika kita merasakan sakitnya.

Hari-hari ini ada terasa rasa sakit itu, atau lebih kurang dramatis: rasa murung itu. Waktu berjalan dalam cemas—mungkin dengan sedikit harapan yang justru menyebabkan cemas itu kian merundung. Apa yang sedang dan akan dialami oleh Indonesia, sementara bagian Asia lain telah melepaskan diri dari krisis? Tidak banyak yang terjadi, dan tak jelas yang akan terjadi. Ekonomi berjalan seperti dalam tidur, somnabulis yang tak tahu apa yang sebenarnya diperbuat. Pemerintah tak punya program, hanya punya niat. Presiden bicara banyak sekali dan sedikit yang bisa dipercaya. Pemimpin-pemimpin tak menunjukkan mutu. Partai-partai mirip penjarah. Orang-orang beragama saling membunuh. Kekerasan tak kunjung selesai.

Saya ingin berhenti membaca koran. Saya tak tertarik mengikuti televisi. Tapi sementara itu saya tahu bahwa saya tak bisa berhenti berpikir tentang Indonesia, seperti saya tak berhenti berpikir tentang tubuh saya sendiri—bagaimana ia tetap kuat, tetap menarik, dan bisa merasakan hal-hal yang nikmat, yang asyik.

Tanahair dan tubuh: keduanya bisa dibedakan oleh pikiran, tapi tak bisa dipisahkan oleh pengalaman. Keduanya kian lama kian tak bisa saya tampik sebagai representasi saya, apa pun arti ''saya". Tentu saja saya bisa berpindah ke gua stalagtit di tanah Lebanon atau sebuah apartemen di kota tua Praha, mengganti paspor dan kebiasaan makan, tapi bagaimana dengan akumulasi kenangan, ingatan tentang sebuah pengalaman, yang indah ataupun buruk, yang ikut membentuk sebuah tanahair, sebuah engagement?

Kenangan, pengalaman, engagement: kata-kata itu semua menunjukkan bahwa ketika kita berpikir tentang Indonesia, kita tak hanya mengetahui dan menyimpulkan, tapi berdiri, dengan kegembiraan dan kesedihan, dengan waswas dan berharap.

Jangan-jangan kita memang mencintainya. Sebuah cinta yang sulit, tentu, tapi tetap saja sebuah cinta, yang lebih merupakan proses ''bertukar tangkap dengan lepas", untuk memakai kata-kata Amir Hamzah ketika ia menggambarkan sebuah hubungan kasih yang lain. Akhirnya mungkin memang nyanyian Ibu Sud yang benar: tanahair itu, tanahairku, memang tak bisa dilupakan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mas Dhito Upayakan Warganya Bekerja di Bandara Dhoho

4 menit lalu

Mas Dhito Upayakan Warganya Bekerja di Bandara Dhoho

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, berkunjung dan menyapa menyapa para pekerja lokal di Bandara Internasional Dhoho.


Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

5 menit lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

Dosen yang sebelumnya diduga jadi joki mahasiswa S2 FISIP Untan juga kerap memanfaatkan mahasiswa S1 dalam penulisan jurnal tanpa mencantumkan nama.


Jokowi Sudah Temui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair, Fokus Bahas Soal IKN

5 menit lalu

Bos Apple Tim Cook bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Jokowi Sudah Temui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair, Fokus Bahas Soal IKN

Selasa lalu menjadi hari sibuk Jokowi menemui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair. Apa hasil pertemuan bahas IKN itu


800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

5 menit lalu

Seorang wanita dan bayi di kamp pengungsi Zamzam, dekat El Fasher di Darfur Utara, Sudan. MSF/Mohamed Zakaria/Handout melalui REUTERS
800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.


Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Tiga Orang Tersangka

10 menit lalu

Ilustrasi tewas atau jenazah atau jasad. shutterstock.com
Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Tiga Orang Tersangka

Polisi telah menangkap tiga orang tersangka dalam kasus penemuan mayat perempuan di Pulau Pari. Dua di antaranya pacar korban.


Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

42 menit lalu

TPNPB-OPM klaim serang pasukan TNI-Polri di Titigi, Papua. Dokumentasi TPNPB OPM.
Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

Kemenko Polhukam belum bisa memastikan apakah penyebutan OPM seperti yang dilakukan TNI akan dijadikan keputusan negara.


Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

44 menit lalu

Tentara Thailand berlindung di dekat Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar ke-2 selama pertempuran di sisi Myanmar antara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan pasukan Myanmar, yang berlanjut di dekat perbatasan Thailand-Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, April 20, 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.


Top Skor Liga 1 Usai David Da Silva Cetak Hattrick saat Persib Bandung Kalahkan Persebaya Surabaya 3-1

1 jam lalu

Pemain Persib Bandung David Da Silva (kiri) merayakan gol yang dicetkanya ke gawang Persija Jakarta melalui titik penalti di laga BRI Liga 1 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, 9 Maret 2024. Dalam big match tanpa penonton ini Persib mengalahkan Persija dengan skor 2-1. TEMPO/Prima Mulia
Top Skor Liga 1 Usai David Da Silva Cetak Hattrick saat Persib Bandung Kalahkan Persebaya Surabaya 3-1

Penyerang Persib Bandung, David da Silva, semakin kokoh di posisi teratas daftar top skor Liga 1 2023-2024.


Seorang Perempuan di Bekasi Tewas Ditabrak Pelaku Balap Liar

1 jam lalu

Perempatan Penabur, Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan yang dijadikan arena adu kecepatan atau speeding oleh puluhan remaja menjelang sahur, Minggu 17 Maret 2024. Foto: TEMPO/Muhammad Iqbal
Seorang Perempuan di Bekasi Tewas Ditabrak Pelaku Balap Liar

Perempuan itu tewas setelah kendaraan yang ia tumpangi dihantam pelaku balap liar di Jalan Raya Ahmad Yani, Margajaya, Bekasi, Sabtu dini hari.


Belum Pasti Hadiri Putusan Sengketa Pilpres di MK, Cak Imin: Kalau Diwajibkan Kita Datang

1 jam lalu

Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, menyambangi rumah dinas pasangannya dalam kontestasi pilpres 2024, Muhaimin Iskandar, di Jl. Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April 2024. Anies bersama keluarganya tiba di rumah dinas Cak Imin pukul 14.46 WIB. TEMPO/Defara
Belum Pasti Hadiri Putusan Sengketa Pilpres di MK, Cak Imin: Kalau Diwajibkan Kita Datang

MK menjadwalkan sidang pembacaan putusan sengketa pilpres pada Senin, 22 April mendatang.