Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Takhayul

Oleh

image-gnews
Iklan

Setiap kita diam-diam merindukan hantu dan mambang, pelesit dan peri, dan takhayul yang tak terkendali. Saya ingat masa kanak yang kadang melihat bayangan jin di tembok gudang atau di antara lebatnya daun nangka. Saya ingat akan ibu yang bercerita bahwa bapak sering mendatangi pohon sawo di pojok halaman di larut senja, untuk berunding dengan para roh halus agar anak-anak tak diganggu sebelum tidur. Di saat seperti itu, keris sering terbang malam dari sarungnya, dan gandaruwa duduk mengisap lisong di dahan jati. Kita takut, tentu. Tapi kita juga asyik dalam dunia yang lebih ramai dengan yang tak terduga-duga, sebuah dunia yang tiap hari disingkirkan oleh siang, ditutupi oleh malam.

Kemudian kita dewasa, dan itu artinya jadi lebih praktis. Takhayul pun jadi bagian dari semangat hidup yang mencari dan memperoleh manfaat. Setan konon dipergunakan untuk menambah kekayaan, dan para jin dikerahkan untuk mengawal rapat NU. Hantu, tuyul, wewe-gombel, kuntilanak, jananabadra—dan segala makhluk dunia lain yang entah dari mana mendapatkan nama mereka—jadi roh instrumental. Kita jadi dewasa. Kita mungkin masih berasa takut, tapi dunia roh halus telah jadi satu dataran belaka—dataran di mana ada berarti berguna.

Atau kita dewasa karena hantu-hantu terusir oleh cara baru kita mengetahui alam. Kita belajar tentang logam yang memuai karena panas, magnet yang bisa ditularkan ke sebuah batang besi, rembulan yang gersang dan berkawah, dan apa sebenarnya pelangi. Dari gelap terbitlah terang, dan apa yang belum terjawab pun jadi problem, dan problem menggantikan misteri. Lalu kita pun membaca Stephen King atau menonton film horor. Rasa takut dan asyik kita pindahkan ke dunia fiksi.

Di zaman ini takhayul memang bisa merepotkan, mungkin mencelakakan. Seorang anak bayi mati di saat lahir. Dulu kita dengar ia diculik oleh sundel bolong yang lari telanjang ke hutan bambu seraya tertawa menggeletar di dalam gelap. Orang tak hendak menelaah bahwa sebabnya mungkin si ibu kekurangan gizi, atau si paraji bertangan kotor. Yang malang hanya tinggal malang, dan tak akan ada perubahan.

Takhayul juga bisa membuat rancu. Mana sebenarnya yang lebih mempesona atau ditakuti dan dihormati: Tuhan, atau orang yang sakti dan suci, atau penghuni dunia gaib? Yang Mahatunggal tak bisa dikatakan "esa", bila ia nyaris diperlakukan setingkat dengan para roh halus dalam soal misteri dan kekuatan supernatural. Itu sebabnya monotheisme dengan mudah melahirkan gerakan "pemurnian": doktrin Protestan menafikan kelaziman orang Katolik di Italia Selatan yang memasang gambar Maria di dalam ceruk di sudut dinding, ajaran Wahabi melarang kelaziman orang muslim di Jawa Tengah yang datang ke makam suci untuk mencari berkah. Yang disembah hanya Allah. Dalam hal ini, gerakan "pemurnian"—seperti sering dikatakan—sama semangatnya dengan gerakan modernisasi: takhayul dianggap mengacau, sebab theologi harus tertib, iman harus lurus, apa yang dituju harus jelas. Seperti rencana pembangunan ekonomi: ada pemikiran dasar, ada target yang akurat, ada hasil yang bisa dipastikan.

Tapi akan di mana akhirnya rasa tergetar oleh yang tak terduga-duga? Akan di mana rasa gairah terhadap apa yang tak terkendali? Bila semua harus dikontrol, juga khayal dan pesonanya, yang akan terhampar hanya sebuah gurun.

Itulah yang akhirnya dihadirkan oleh Rahib Thérapion dalam salah satu cerita Timur karya Marguerite Yourcenar. Rahib yang teguh itu hidup di tebing Sungai Cephise. Ia tinggal di kalangan para petani yang memuja Yesus tapi juga "tetap bersikeras memuja dewa-dewi penghuni pohon atau yang muncul dari dalam air menggelora". Setiap malam, para petani itu meletakkan sepinggan susu di bawah pohon platan, sebagai persembahan bagi para peri.

Thérapion tak menyukai ini. Para peri itu baginya ibarat sekawan serigala betina atau segerombolan pelacur. Mereka lapar dan menggoda. Tentu, mereka tak memanaskan syahwat sang Rahib, tapi mereka punya dampak lain: akhirnya sang Rahib "tergoda untuk mempertanyakan kearifan Tuhan". Sebab, dengan menciptakan "makhluk-makhluk tak berguna dan mencelakakan", penciptaan seakan-akan hanya "sebuah permainan jahat yang disukai-Nya".

Sang Rahib pun waswas. Ia bertindak. Ia gergaji pohon platan tempat tinggal para peri. Ia bakar sebuah pohon zaitun tua. Ia basmi pohon cemara muda bersisik. Para petani tak berani memprotes. Mereka takut berselisih dengan Sang Bapa di surga. Namun, mereka cemas bila para peri akan pergi dan membawa raib sumber air. Mereka sedih pohon peneduh lapangan tempat mereka menari telah hilang, dan daerah sekeliling desa yang telah dibersihkan itu kian lebar dan kian membisu.

Tapi para petani itu patuh, juga ketika Thérapion menyuruh mereka menyumbat gua tempat persembunyian terakhir para peri.

Syahdan, di depan lubang gua itu kemudian didirikanlah sebuah tempat ibadah. Tapi benarkah Tuhan lebih menyukai sebuah konstruksi yang stabil dan sistematis, ketimbang hidup yang bergejolak dengan gelombang yang tak seragam? Benarkah Ia menghendaki tertib, pembersihan dan pemurnian, dan kepada-Nya kita bisa bicara, seperti yang dikeluhkan oleh sebuah sajak Amir Hamzah, "Engkau ganas, Engkau cemburu"?

Jangan-jangan tidak. Dalam cerita Yourcenar ada sebuah antitesis. Bunda Maria datang ke dusun itu dan berkata kepada Thérapion, "Siapa bilang kedamaian ilahi tidak menyentuh para peri, seperti halnya kijang-kijang betina dan kawanan domba?" Dan perempuan suci itu pun masuk ke dalam gua, menjemput para peri yang tertindas di bawah, dan kembali. Dari balik jubahnya beterbanganlah ratusan burung layang-layang, penjelmaan baru para peri yang diselamatkan, dimerdekakan.

Setiap kita diam-diam merindukan keajaiban seperti itu. Bukan untuk sebuah pertunjukan kekuatan, tapi semacam pengakuan bahwa ada selalu yang tak terduga, ada yang selamanya tak terkendalikan, dan kita asyik, dan kita terpesona.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anies dan Keluarga Hadiri Acara Halal Bihalal Cak Imin

14 menit lalu

Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, menyambangi rumah dinas pasangannya dalam kontestasi pilpres 2024, Muhaimin Iskandar, di Jl. Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April 2024. Anies bersama keluarganya tiba di rumah dinas Cak Imin pukul 14.46 WIB. TEMPO/Defara
Anies dan Keluarga Hadiri Acara Halal Bihalal Cak Imin

Calon presiden nomor urut 01 Anies Baswedan menyambangi rumah dinas Cak Imin untuk menghadiri halal bihalal.


Kasus Korupsi APD di Kemenkes, KPK Panggil Saksi Lain untuk Konfirmasi Keterangan Politikus PDIP Ihsan Yunus

16 menit lalu

Anggota Komisi II DPR RI M Rakyan Ihsan Yunus duduk di ruang tunggu sebelum menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021. Ihsan dipanggil sebagai saksi untuk tersangka MJS (Matheus Joko Santoso) dalam kasus dugaan suap pengadaan bantuan sosial (bansos) COVID-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Kasus Korupsi APD di Kemenkes, KPK Panggil Saksi Lain untuk Konfirmasi Keterangan Politikus PDIP Ihsan Yunus

KPK mengatakan terdapat bukti mark up harga pada kasus korupsi APD di Kemenkes. Harga pengadaan APD sangat jauh dari kewajaran.


Cara dan Waktu yang Tepat untuk Cek Gula Darah

23 menit lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Cara dan Waktu yang Tepat untuk Cek Gula Darah

Cek gula darah penting karena kadar gula darah yang tidak normal bisa menjadi tanda awal penyakit seperti diabetes atau hipoglikemia.


Jokowi dan Maruf Amin jadi Saksi Nikah Puteri Kelima Bamsoet

33 menit lalu

Jokowi dan Maruf Amin jadi Saksi Nikah Puteri Kelima Bamsoet

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, menikahkan puteri kelimanya, Saras Shintya Putri (Chacha) dengan Avicenna Athalla Zaki Ghani Alli (Athalla), di Hotel Mulia, Jakarta, Sabtu 20 April 2024.


Nichkhun 2PM akan Jumpa Penggemar di Jakarta, Simak Deretan Drama dan Film yang Dibintanginya

34 menit lalu

Nichkhun, personel Boyband 2PM dalam konferensi pers jelang konser World Tour Go Crazy di Jakarta, 27 Maret 2015. Konser ini merupakan penampilan terakhir 2PM sebelum para personilnya menjalani wajib militer di Korsel. TEMPO/Nurdiansah
Nichkhun 2PM akan Jumpa Penggemar di Jakarta, Simak Deretan Drama dan Film yang Dibintanginya

Anggota grup K-Pop 2PM, Nichkhun akan fan meeting perdana di Jakarta pada 27 April 2024


Piala Asia U-23: Ivar Jenner Ungkap Kondisi Terkini Timnas U-23 Jelang Laga Indonesia vs Yordania

38 menit lalu

Ivar Jenner. (Instagram/@ivarjnr)
Piala Asia U-23: Ivar Jenner Ungkap Kondisi Terkini Timnas U-23 Jelang Laga Indonesia vs Yordania

Ivar Jenner menjalani latihan terpisah menjelang laga Timnas U-23 Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024.


Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

39 menit lalu

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto di gedung Kemenkopolhukam RI, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Maret 2024. ANTARA/Walda Marison
Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.


Yordania Tegaskan Wilayah Udaranya Bukan Medan Tempur Iran-Israel

44 menit lalu

Benda-benda terlihat di langit di atas Amman setelah Iran meluncurkan drone ke arah Israel, di Amman, Yordania 14 April 2024, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video media sosial. Video Obtained by REUTERS/via REUTERS
Yordania Tegaskan Wilayah Udaranya Bukan Medan Tempur Iran-Israel

Pemerintah Yordania menegaskan bahwa wilayah udaranya tidak boleh menjadi medan tempur antara Iran dan Israel.


Pendukung Capres Berebut Pengaruh Sengketa Pilpres

48 menit lalu

Demonstrasi dari masing-masing kubu pasangan calon muncul tiga hari menjelang putusan sengketa pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi.
Pendukung Capres Berebut Pengaruh Sengketa Pilpres

Demonstrasi dari masing-masing kubu pasangan capres muncul tiga hari menjelang putusan sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi


Serba-serbi Kolaborasi Stray Kids dan Charlie Puth

51 menit lalu

Stray Kids. (Instagram/@realstraykids)
Serba-serbi Kolaborasi Stray Kids dan Charlie Puth

Stray Kids akan berkolaborasi dengan Charlie Puth untuk single digital terbaru bertajuk Lose My Breath