Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Guantanamo

Oleh

image-gnews
Iklan

Guantanamo adalah tempat gelap sejenis nihilisme. Di koloni hukuman yang dibangun di teluk tenggara Kuba yang dikuasai Amerika itu, orang disekap. Banyak di antaranya telah dikucilkan di sana lebih dari tiga tahun, tanpa dituduh, tanpa dapat bantuan pengacara, tanpa harapan akan bebas.

Berapa di antara mereka yang teroris, tak jelas. Atau justru itulah yang dipersoalkan dunia—yang menyebabkan tahanan di Guantanamo itu sebuah problem hukum di antara bangsa-bangsa. Ketakjelasan itu pulalah yang dicoba dipecahkan di sel-sel yang sempit itu—yang menyebabkan AS mengerahkan para interogatornya dengan tak sabar, hingga mereka pun bekerja dengan segala daya untuk mengorek pengakuan dan informasi, dengan harapan terorisme abad ke-21 akan dapat dihabisi, dan orang Amerika akan hidup tenang kembali, bebas, sukses, makmur, meneruskan peradaban….

"Kami bertindak atas dasar apa yang kami kenali sebagai berguna."

Semboyan ini tak ditulis di tembok Guantanamo. Kalimat itu diutarakan jauh dari sana, oleh Bazarov, tokoh nihilis dalam novel Turgenev terkenal, Ayah dan Putra.

Kalimat yang lain adalah, "Mula-mula, tanahnya harus dibersihkan dulu."

Bazarov memang jauh dari Guantanamo, tapi ucapannya menandai apa yang terjadi: ketika orang bertindak atas dasar "guna", tahukah ia bahwa "guna" tak pernah satu dan selesai? Acap kali "guna" seakan-akan pasti dan jelas, dan ukuran lain pun dihancurkan. Di situ kalimat kedua yang destruktif dari sang nihilis bergema: "Tanahnya harus dibersihkan dulu."

Erik Saar, seorang sersan penerjemah bahasa Arab, selama enam bulan sejak Desember 2002 sampai dengan Juni 2003 bertugas di koloni itu, tempat 550 tahanan yang umumnya orang muslim disekap. Ia menyaksikan bagaimana pengusutan dilakukan di Guantanamo, dan ia menyaksikannya dengan jijik. Dalam Inside the Wire, bukunya yang diterbitkan Penguin baru-baru ini, ia kisahkan itu semua. Dari wawancaranya dengan BBC dan CBS pekan lalu kita dapat susun satu adegan seperti ini:

Tahanan itu seorang Saudi yang ditangkap setelah ia masuk sekolah penerbangan di Amerika. Hari itu ia dikeluarkan dari selnya dan dimasukkan ke ruang interogasi. Seorang petugas perempuan tampil.

"Seraya ia berdiri di depan tahanan itu, ia pelan-pelan mulai membuka kancing baju seragam tentaranya," kisah Saar. Di balik blouse tentara itu ada kaus cokelat yang ketat. Perempuan itu pun menyentuh payudaranya sendiri, dan berkata kepada si Saudi, "Tak sukakah kamu susu montok Amerika?"

Bagi Saar, itu berarti sang petugas itu ingin membangun rintangan antara si tahanan dan keyakinan agamanya, dan jika ia dengan satu cara berhasil merangsangnya secara seksual, si tahanan akan merasa tak suci lagi secara Islam, dan ia tak akan mampu berdoa dan menghadap Tuhannya untuk memperoleh kekuatan. Jika demikian, esok mungkin ia akan mulai mau mengikuti kehendak si interogator dan bersedia bicara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi tahanan itu tetap membisu. Maka, kata Saar, sang petugas melangkah lebih jauh. Ia buka kancing pantalonnya, dan memasukkan tangannya ke dalam celana itu seraya berjalan mengelilingi si tahanan. Rupanya ia menggunakan tinta merah untuk memberi kesan ia membasahi jari-jarinya dengan darah menstruasi. Cairan itu pun dioleskannya ke tubuh sang tahanan. "Aku sekarang benar-benar sedang datang bulan, dan aku menyentuh kamu. Apakah ini menyenangkan Tuhanmu? Apakah ini menyenangkan Allah?"

Ketika sang tahanan tampak marah dan mencoba menyingkir, sang petugas perempuan pun mengoleskan "darah" itu ke muka laki-laki itu, seraya berkata: "Ayo, suka apa tidak?"

Akhirnya dibawanya tahanan itu kembali ke sel, dengan pesan: "Coba bersembahyang malam ini sementara tak akan ada air di sel kamu." Artinya, kata Saar, keran ke dalam sel itu akan dimatikan, dan dalam dugaan si interogator—yang menduga bahwa satu-satunya cara berwudu adalah dengan air—si tahanan tak akan dapat bersembahyang karena tak bisa membersihkan diri.

Saar menyaksikan semua itu dan menerjemahkan semua kata-kata itu. Ia tahu bahwa si tahanan adalah seorang yang berbahaya ("Saya harap ia selamanya disekap," kata Saar), tapi selama berada di kamar itu ia, meskipun hanya jadi penerjemah, merasa diri "kotor dan menjijikkan". Ia juga melihat, "guna" yang diharapkan dari interogasi macam itu akhirnya tak tampak: sang tahanan tetap diam, justru karena ia tak dianggap punya kehormatan.

Maka bukan sesuatu yang mengejutkan, jika—seperti dibongkar oleh mingguan Newsweek—dalam suatu interogasi, si petugas membuang Qur'an ke dalam lubang kakus. Seluruh kamp Guantanamo adalah pembuangan harapan ke dalam lubang kakus: harapan bahwa peradaban bisa dibangun bukan dengan penghancuran apa yang ada sekarang ("tanahnya harus dibersihkan dulu"), apalagi penghancuran nilai-nilai yang sejauh ini dianggap adil.

Memang ada yang bilang, kita harus menghancurkan nilai-nilai itu, bagian dari apa yang ada kini, yang "is", agar kita dapat mencapai apa yang "ought". Dengan kata lain, kita harus membersihkan tanah hari ini untuk mencapai apa-yang-seharusnya nanti. Tapi itu adalah kepongahan sang nihilis. Sejarah adalah usaha dari "is" mencapai "ought" yang tak pernah berhenti.

Tentu kita bisa katakan, bahwa Konvensi Jenewa yang memperlakukan dengan baik mereka yang kalah berperang adalah sesuatu yang bikin repot dan ketinggalan zaman. Tapi setidaknya dari konvensi itu tampak isyarat, bahwa ada yang ethis dalam hidup manusia, yang betapapun tak jelas, dapat mendorong kesepakatan kita untuk tak biadab.

Di Guantanamo, para penguasa di Amerika mengabaikan isyarat itu. Benih penghancuran mereka tanam. Yang jahiliah bukanlah hanya karena Qur'an dimasukkan ke dalam kakus, tapi sesuatu yang lebih destruktif, yang sebenarnya telah ada di sana sebelum itu.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Soal Pertemuan Prabowo dan Megawati, Jubir: Segera

13 menit lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu, 24 Juli 2019. Dalam pertemuan ini Megawati dan Prabowo akan membahas sejumlah hal. TEMPO/Muhammad Hidayat
Soal Pertemuan Prabowo dan Megawati, Jubir: Segera

Sejumlah petinggi Partai Gerindra menyebut pertemuan Prabowo dan Megawati dapat terlaksana usai putusan sengketa Pilpres 2024


Jadwal Liga 1 pada Sabtu, 20 April 2024: Ada Bali United vs Bhayangkara FC, Nasib Kedua Tim Dipertaruhkan

13 menit lalu

Logo Liga 1 2023-2024. Istimewa
Jadwal Liga 1 pada Sabtu, 20 April 2024: Ada Bali United vs Bhayangkara FC, Nasib Kedua Tim Dipertaruhkan

Jadwal Liga 1 pada Sabtu, 20 April 2024, akan menampilkan satu laga penting: Bali United vs Bhayangkara FC. Penentuan nasib kedua tim.


Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

18 menit lalu

Suasana peringatan Hari Kartini oleh Siswa SDN Paseban 03 Paseban, Jakarta, 21 April 2016. Hari Kartini diperingati dengan mengenakan pakaian adat dan berpawai di sekitar sekolah. TEMPO/Subekti.
Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

Viral pakaian adat yang menjadi seragam sekolah untuk pelajar SD, SMP, dan SMA di media sosial X mendapat respons Kemendikbud. Begini penjelasannya.


Prabowo Ingin jadi Jembatan bagi Jokowi, Megawati, dan SBY

22 menit lalu

Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik, Sosial Ekonomi, dan Hubungan Antar Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 12 November 2019. Tempo/Egi Adyatama
Prabowo Ingin jadi Jembatan bagi Jokowi, Megawati, dan SBY

Juru Bicara Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan bahwa watak Prabowo itu politik rekonsiliatif dan mempersatukan


49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

23 menit lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.


Bandara Adi Soemarmo Bakal Terapkan Layanan Fast Track untuk Pemberangkatan Jemaah Haji Tahun Ini

25 menit lalu

Jemaah haji kloter BTH 1 bersiap menaiki bus di Hotel 310 Syisyah, Mekah, Arab Saudi, Senin 3 Juli 2023. Sebanyak 14 kloter akan diterbangkan ke Tanah Air melalui Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah pada 4 Juli 2023. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Bandara Adi Soemarmo Bakal Terapkan Layanan Fast Track untuk Pemberangkatan Jemaah Haji Tahun Ini

Bandara Adi Soemarmo Solo menjadi satu dari tiga bandara di Indonesia yang akan menerapkan layanan Fast Track, untuk pemberangkatan jemaah haji.


BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

33 menit lalu

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

BNPT akan turut serta mengamankan pelaksanaan Acara Word Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024 mendatang.


Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

44 menit lalu

Sejumlah wisatawan mengunjungi anjungan Provinsi Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis 11 April 2024. Pengelola TMII menyebutkan sekitar 20.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut pada hari kedua Lebaran 2024 (data terakhir pukul 15.00 WIB) dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga Minggu (14/4) atau H+3 Lebaran.  ANTARA FOTO
Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.


Pengamat Klaim 3 Tokoh Ini Punya Modal Popularitas untuk Maju Pilkada Jakarta

50 menit lalu

Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo di Jakarta, Jumat 12 Mei 2023. ANTARA/Fath Putra Mulya
Pengamat Klaim 3 Tokoh Ini Punya Modal Popularitas untuk Maju Pilkada Jakarta

Pengamat Politik Karyono menyebut ada tiga tokoh yang memiliki modal popularitas untuk maju Pilkada Jakarta. Siapa saja?


Kunjungan Wisatawan ke Nusa Dua dan Mandalika Naik Drastis selama Libur Lebaran 2024

50 menit lalu

Pengunjung bersantai di salah satu pantai di Nusa Dua, Bali, pada libur Lebaran 2024 (Dok. ITDC)
Kunjungan Wisatawan ke Nusa Dua dan Mandalika Naik Drastis selama Libur Lebaran 2024

ITDC mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Dua dan Mandalika pada periode 8-18 April mencapai 47.786 orang.