Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Visnu

Oleh

image-gnews
Iklan

Visnu tidur dan manusia memasok mimpi ke dalam kantuknya. Visnu tidur di atas lautan yang tanpa batas, dan ia akan membiarkan mimpi berkecamuk, karena ia ingin selalu mengingat apa saja yang indah dan apa yang tak nista dari dunia.

Itulah yang harus dikerjakan manusia, demikian menurut salah satu kepercayaan Hindu: kita harus melakukan dharma kita, hingga yang indah tidak punah, dan jadi kenangan tentang kehidupan manusia. Kenangan itulah yang akan merupakan bagian penting dalam mimpi Visnu. Dan dengan mimpi yang baik, kelak, setelah alam semesta hancur, sang dewa pembangun akan bisa membentuk sebuah alam semesta lagi yang tak mengecewakan.…

Ada kecemasan dalam cerita Hindu itu, ada juga harap. Problem kita dewasa ini ialah bahwa kita semakin jauh dari keyakinan seperti itu—keyakinan bahwa akan ada sebuah perubahan yang apokaliptik, sebuah kehancuran habis-habisan yang akan disusul oleh dunia yang lebih baik. Barangkali dunia bertambah tua dan capek. Telah bertumpuk catatan yang menceritakan revolusi-revolusi yang ingin menjebol dan membangun kemudian ternyata mirip sebuah epos yang hambar: yang dijebol tidak seluruhnya hancur dan yang dibangun tidak mengesankan. Kini kita mungkin masih bisa membayangkan Visnu yang tidur, tapi kita tidak yakin adakah sebuah lautan yang tanpa batas. Yang kian jelas ialah bahwa mimpi itu yang terbatas.

Bukannya tak ada lagi orang yang marah dan menuntut perubahan. Bahkan semakin banyak. Dulu kaum Marxis menduga bahwa karena kapitalisme menguasai seluruh dunia dan mencengkeram seluruh segi kehidupan, maka transformasi yang akan terjadi akan dilakukan oleh sang penuntut dan perombak tunggal, yakni kaum proletar. Bukan karena kelas ini telah jadi makhluk dongeng sebagai sang pelopor yang suci, tapi karena—dengan cakar kapitalisme yang menjangkau ke mana-mana—praktis semua orang menjadi manusia yang dihisap tenaganya. Dengan demikian amarah dan tuntutan buruh jadi amarah dan tuntutan siapa saja: sesuatu yang universal.

Tapi kini zaman memasuki sebuah tahap yang lain, dan Marx sudah lama pergi: modal memang merasuk ke mana-mana, tetapi orang seakan-akan telah kehilangan yang universal itu. Protes buruh hanya salah satu dari protes yang terdengar. Ada juga pekik peperangan perempuan, teriak orang hitam, cokelat, dan kuning, petisi pelbagai kelompok agama dan klaim atas hak sebuah ekspresi budaya yang tersisih. Riuh rendah. Politik telah jadi sebuah persaingan kehendak yang terpisah-pisah. Yang hendak dihancurkan dan hendak ditegakkan tidak lagi satu. Yang universal telah digantikan oleh yang partikular.

Tidak mengherankan jika di dalam arena yang riuh rendah itu, bukan saja orang semakin ragu benarkah "humanisme universal" memang ada, tapi juga adakah sebenarnya sistem yang akan tumbang dan perubahan terjadi? Lihat saja di sekitar kita: Indonesia seakan-akan mengalami transformasi tetapi juga seakan-akan tidak—sebab mungkin Indonesia (seperti pernah dikatakan V.S. Naipaul tentang India) telah menjadi "sejuta pembangkangan", dan "sejuta pembangkangan" pada akhirnya tidak akan menunjukkan ada reformasi yang mahabesar. Bahkan di bagian dunia di mana kapitalisme menjadi sistem yang tak bisa lagi diungkit, Revolusi (dengan "R") tak disebut lagi. Pemberontakan yang terpisah-pisah itu ditanggulangi satu demi satu. Hari Senin tuntutan hal-hak buruh dihadapi, mungkin dipenuhi, mungkin tidak. Hari Selasa protes kaum perempuan didengar, diterima atau diabaikan. Hari Rabu, sang sistem mendengarkan klaim dari X, dan hari Kamis dari Y… Di ujung tahun, sang sistem tetap tak kunjung tumbang.

Saya tak tahu inikah yang disebut sebagai "perjuangan politik post-modern"—dengan kata lain: partikularisme dengan mimpi yang terbatas? Saya tidak tahu bisakah saya, yang hidup di Indonesia, sama-sama mengeluh seperti Slavoj Zizek, pemikir Slovenia yang banyak berbicara ke Eropa Barat itu, bahwa dengan itu tak ada lagi perlawanan terhadap "totalitas dari Kapital". Saya sendiri ragu benarkah manusia hanya bisa mengubah dunia sebatas dalam cakrawala yang mengungkungnya kini, sebab cakrawala itu akhirnya toh terbentuk dari langkah kita sendiri dalam menduga besarnya ruang. Dengan kata lain: keterbatasan mimpi kita akhirnya adalah hasil konstruksi kita sendiri.

Memang ada yang merisaukan dalam keterbasan, dan keributan, "sejuta pembangkangan". Saya risau bukan karena mereka beragam dan nyaring dan ramai. Saya risau karena ketika kita tak putus-putusnya merayakan yang partikular, kita akan meniadakan sebuah pertalian yang membuat politik menjadi punya nilai: pertalian antarkorban. Ada seorang sejarawan yang mengeluh bahwa yang menyatukan manusia dewasa ini justru kesadaran bahwa manusia bukanlah satu—dan saya kira tak ada yang lebih menyedihkan ketimbang itu. Ketika seorang anak Palestina yang terbunuh tidak punya pertalian lagi dengan seorang tua Israel yang tewas, dan seorang Muslim yang dibantai tak punya nasib yang sama dengan seorang Nasrani yang dipancung, bukan saja yang universal yang hilang, tetapi kehidupan itu sendiri yang ditiadakan.

Kita memang masing-masing bukan Visnu, dewa yang membangun dari mimpi di lautan yang tak terbatas. Kita terbatas, dan kita tahu sejarah tak dimulai dari yang universal, melainkan yang berangkat dari nasib yang partikular. Tapi dunia tak pernah berubah oleh suara yang tercekik sendirian, bukan?

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tajir Melintir, Ini 5 Seniman Peran Korea Selatan yang Berasal dari Keturunan Chaebol

7 menit lalu

Kim Tae Hee di drama Korea Hi Bye, Mama. Instagram/@tvdama.official
Tajir Melintir, Ini 5 Seniman Peran Korea Selatan yang Berasal dari Keturunan Chaebol

Seniman peran Korea Selatan berasal dari berbagai kalangan, termasuk dari keluarga chaebol yang tajir meintir.


Ingin Kuliah di Kampus Asing Bergengsi, Ini 3 Pilar Utama Penerimaan Ivy League

11 menit lalu

Ilustrasi mahasiswa. Freepik.com
Ingin Kuliah di Kampus Asing Bergengsi, Ini 3 Pilar Utama Penerimaan Ivy League

Former Admissions Coordinator & Current Interviewer Harvard University, Benito Nishizawa Rodriguez menjelaskan 3 pilar utama yang jadi poin penerimaan Ivy League.


5 Fakta Unik Tentang Chaeyoung TWICE

13 menit lalu

Chaeyoung TWICE saat tampil di konser bertajuk TWICE 5TH WORLD TOUR 'READY TO BE' IN JAKARTA di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Sabtu 23 November 2023/Cantika-Mitra Tarigan
5 Fakta Unik Tentang Chaeyoung TWICE

Salah satu anggota TWICE yang berbakat adalah Chaeyoung TWICE, yang dikenal karena bakatnya dalam bernyanyi, menari, dan bahkan memasak.


Proliga 2024: Yolla Yuliana Bantu Bangun Mental Pemain Muda Jakarta Elektrik PLN, Bangkitkan Daya Juang 2016

16 menit lalu

Yolla Yuliana. (ANTARA/FAJAR SATRIYO)
Proliga 2024: Yolla Yuliana Bantu Bangun Mental Pemain Muda Jakarta Elektrik PLN, Bangkitkan Daya Juang 2016

Yolla Yuliana mencoba membangun mental pemain muda tim voli putri Jakarta Elektrik PLN menjelang bergulirnya Proliga 2024.


10 Tempat Wisata Instagramable di Cianjur, Ada Pantai hingga Taman Cantik

17 menit lalu

Taman Bunga Nusantara di Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat, 16 November 2013. Dok.TEMPO/Sudaryono
10 Tempat Wisata Instagramable di Cianjur, Ada Pantai hingga Taman Cantik

Berikut ini beberapa tempat wisata instagramable di Cianjur yang bisa Anda kunjungi. Ada waduk hingga Taman Bunga Nusantara.


Wakil Ketua KPK Dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Berikut Sederet Kontroversi Alexander Marwata

19 menit lalu

Wakil ketua KPK, Alexander Marwata, menghadirkan antan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo dan Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementan RI, Muhammad Hatta (kanan), resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2023. TEMPO/Imam Sukamto
Wakil Ketua KPK Dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Berikut Sederet Kontroversi Alexander Marwata

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengaku tak ambil pusing dirinya dilaporkan Polda Metro Jaya. Ini profil dan sejumlah kontroversinya


PUPR, Kemensos dan Kemenhub Rekrut 84 Ribu CASN Tahun Ini, Simak Formasinya

22 menit lalu

Peserta mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS formasi Kejaksaan di Kantor Pusat Badan Kepegawaian Negara (BKN), Jakarta, Kamis  9 November 2023. Pemerintah mulai Kamis 9 November melaksanakan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS 2023 yang diikuti sebanyak 1.853.617 pelamar, sedangkan Seleksi Kompetensi bagi Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (CPPPK) akan dilakukan pada Jumat 10 November. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
PUPR, Kemensos dan Kemenhub Rekrut 84 Ribu CASN Tahun Ini, Simak Formasinya

Jumlah CASN yang direkrut terdiri atas 690 ribu PNS dan 1,6 juta untuk formasi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).


Mana yang Lebih Baik, Makan Sebelum atau Setelah Olahraga?

23 menit lalu

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com
Mana yang Lebih Baik, Makan Sebelum atau Setelah Olahraga?

Masih seringkali terjadi kebingungan di banyak orang tentang apakah sebaiknya makan sebelum atau sesudah melakukan olahraga.


Duel Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024, Apa Misi Shin Tae-yong?

23 menit lalu

Pelatih timnas U-23 Indonesia, Shin Tae-yong. Kredit: Tim Media PSSI
Duel Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024, Apa Misi Shin Tae-yong?

Pelatih Timnas Indonesia U-23, Shin Tae-yong, tidak mengusung misi khusus menghadapi Korea Selatan, pada perempat final Piala Asia U-23 2024.


Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

24 menit lalu

Penyidik KLHK Wilayah Sulawesi melakukan pelimpahan kasus perdagangan satwa dilindungi dengan tersangka SJ (47) dan FN (22) beserta barang bukti berupa 56 ekor burung dilindungi. Dok. Humas KLHK
Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.