Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jon

Oleh

image-gnews
Iklan
KETIKA baru-baru ini saya membaca sepucuk surat Kardinal Carlo Maria Martini untuk Umberto Eco, saya teringat akan Jon. Saya mengenalnya 30 tahun yang lalu.

Ia seorang yang selalu menyisipkan sebilah pisau di pinggang. Hampir saban malam ia mampir di warung nasi Sarini, sebuah angkring jualan yang diapit enam kedai bunga, di dekat rel kereta api yang sudah mati dan sebuah sungai yang hampir hitam. "Namaku Jon," katanya.

Rambutnya tak teratur, misainya jarang. Tubuhnya kurus. Ia tangkas, di waktu siang. Di waktu malam, ia tergeletak mabuk di atas selembar tikar di emper toko kelontong "Krakatau" di jalan pintas yang dulu disebut Gang Ampiun.

"Namaku Jon," katanya. Saya mula-mula menduga ia seorang jagoan di wilayah itu, tapi ternyata tidak. Ia bekerja untuk keenam kedai bunga itu, sebagai penyusun krans kembang di siang hari dan sekaligus penjaga keamanan di waktu malam—meskipun ia mabuk. Pisau di pinggang itu buat mengerat buluh. "Saya dulu memang pernah menikam orang sampai mati, tapi saya sudah bertobat," katanya ketika kami mulai akrab berkenalan.

"Kamu Islam, Jon?"

"Bukan."

"Kristen?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Aku nggak tau. Bapakku Kristen dari Toraja yang mati di kapal dan emakku keturunan Keling yang masuk Islam waktu kawin dengan suami pertama. Emak kemudian mati kena cacar. Aku selamat."

Jon tak menjelaskan apa arti "saya bertobat" dalam bahasanya, tapi ia menjelaskan tiga prinsip yang, menurut dia, selalu ia pegang—setelah hidup dikejar-kejar polisi dan sembunyi di antara kawanan copet di daerah Galur: (1) jangan membakar rumah orang yang tak berbuat jahat, (2) jangan mengganggu istri/pasangan orang, terutama yang berbuat baik, (3) jangan menyakiti hati teman yang tak pernah dengki.

Tak ada kata-kata "jangan mencuri" atau "jangan membunuh", sebab Jon pasti tak kenal 10 perintah Allah atau fikih yang mana pun. Waktu saya tanya percayakah dia pada Tuhan, dia diam.

Ya, saya teringat Jon ketika saya membaca sepucuk surat Kardinal Martini kepada Umberto Eco. Surat itu termasuk dalam delapan pucuk korespondensi, dihimpun dalam In cosa crede chi non crede?, yang tahun ini terjemahan Inggrisnya diterbitkan di New York, Belief or Non Belief?.

Martini seorang pastor Jesuit berusia 73. Sejak dua dasawarsa yang lalu ia jadi uskup agung di Milano. Ia punya acara yang menarik. Setahun sekali, di auditorium di tengah kota Milano, ia bertemu dengan khalayak yang besar. Dialog itu disebutnya Catterdra dei Non Credenti atau "Seri Ceramah untuk Mereka yang Tak Beriman".

Ribuan orang konon datang. Sang Kardinal sendiri mengatakan bahwa ketika ia bicara tentang "yang beriman" dan "yang tak beriman", dalam pikirannya ia tak membedakan mereka. Sebab Martini percaya bahwa banyak orang yang berbuat baik tanpa mengaitkannya ke satu dasar agama. Banyak orang atheis yang memilih lebih baik mati, seperti para syuhada, ketimbang ingkar dari keyakinan moral. Tapi Bapak Uskup tetap bertanya, apa basis dari nilai-nilai ini hingga bisa dipegang begitu teguh. Bukankah kata Hans Kung, "Hanya yang mutlak dapat mengikat kita secara mutlak"?

Saya teringat akan Jon yang terdiam ketika ditanya tentang Yang Mutlak. Apa kiranya dasar ketiga prinsipnya?

Saya coba baca jawaban Eco untuk Martini. Ia tentu saja tak mengenal Jon yang sering tergeletak mabuk di Gang Ampiun. Tapi jawaban pemikir dari Universitas Bologna ini menegaskan kembali posisi seorang yang diam mengenai Tuhan atau terus bertanya-tanya. Ia tak meneguhkan apa yang absolut. Ia lebih meneguhkan sesuatu yang berbeda: kebersamaan. Kita beruntung, kata Eco, sebab, "Firdaus dengan cepat dihuni…[dan] dimensi ethis pun berperan, ketika yang lain masuk ke dalam adegan."

Singkatnya, "yang lain ada di dalam kita". Melalui tatapannya, yang lain mendefinisikan kita dan menentukan kita: kita tak bisa tahu siapa kita ini, tanpa pandang dan reaksi [orang] yang lain. Bahkan pembunuh dan pemerkosa tetap meminta rasa cinta, hormat, pujian dari orang lain. "Kita akan mati atau jadi gila," tulis Eco, "seandainya kita hidup dalam sebuah komunitas di mana tiap orang secara sistematis sengaja tak akan pernah memandang kita dan berlaku seakan-akan kita tak ada."

Di situ jelas, neraka bukanlah orang lain. Adakah kebersamaan dengan "yang lain" itu menggantikan Tuhan? Agaknya tak selamanya dua posisi itu berbeda—terutama jika Tuhan bisa berkumandang dalam compassion. Seraya diam tentang Tuhan, seseorang toh tetap bisa merasakan lebih intens apa artinya dosa: jika ia berbuat salah kepada yang lain, ia tahu bahwa—di bawah langit yang kosong dan tak bisa diharapkan—tak ada yang akan memaafkannya. Maka ia berusaha agar tak berbuat salah. Maka ia akan letakkan orang lain sebagai sumber maaf. Dan ia sadar ia juga harus bisa jadi sumber maaf bagi yang lain. Eco punya dua kata yang penting: Kebaikan Hati dan Sikap Berhati-hati. Mungkin pada akhirnya: Kerendahan Hati.

Di situlah saya teringat Jon. Ia tak akan melanggar "yang lain". Ia menggunakan pisaunya untuk meraut krans kembang. Seseorang akan mengirimkannya buat sebuah keluarga yang kehilangan atau seseorang yang sedang bahagia.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

19 menit lalu

Selebrasi timnas dalam pertandingan Indonesia vs Yordania, Minggu, 21 April 2024. HUMAS PSSI
Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Shin Tae-yong melakukan perubahan.


KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

39 menit lalu

Ilustrasi PNS atau ASN. Shutterstock
KASN Ingatkan ASN Tak Terlibat Politik Praktis di Pilkada 2024, Begini Aturannya

KASN menyebut ASN masih berpotensi melanggar netralitas di Pilkada 2024.


Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

1 jam lalu

Agen gas tengah melayani pembeli gas LPG ukuran 3 kg dengan menunjukkan KTP di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024. Pemerintah terus mencari berbagai skenario untuk mengatur secara ketat pendistribusian gas elpiji bersubsidi atau LPG 3kg.  TEMPO/Tony Hartawan
Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.


Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

1 jam lalu

Pasangan ganda putra Indonesia Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin jelang Piala Tjomas-Uber 2024 di Chengdu, China, Kamis (25/4/2024). (ANTARA/HO/PP PBSI)
Tim Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia Jalani Latihan Perdana, Simak Kondisi Terkini Para Atlet

Tim bulu tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Indonesia menggelar latihan perdana di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium.


Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

1 jam lalu

Duel Timnas U-23 Korea Selatan vs Indonesia akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Skenario Gol Cepat Bisa Jadi Penentu Hasil Laga Timnas Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia U-23

Peri Sandria mengatakan gol cepat bisa menentukan hasil laga perempat final Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan.


Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

1 jam lalu

Ilustrasi anak alergi. fearlessparent.org
Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.


USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

1 jam lalu

Para peserta yang melaksanakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2023 di kampus Universitas Sumatera Utara (USU). ANTARA/HO-Humas USU
USU Adakan Seleksi Mandiri Menggunakan Skor UTBK: Jadwal, Aturan, Hingga Pendaftaran

Meskipun jadwal pendaftaran Seleksi Mandiri masih belum dibuka, pada tahun 2023 sekitar bulan Juli USU sudah melaksanakan UTBK.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

1 jam lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

1 jam lalu

Logo BRI Liga 1 2023-2024.
Rekap Hasil, Top Skor, Klasemen Liga 1: Persib Bandung Menang, Arema FC Kalahkan PSM Makassar 3-2

Arema FC berhasil memetik kemenangan dramatis saat menjamu PSM Makassar pada pekan ke-33 Liga 1.


Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

2 jam lalu

Baby Reindeer. Dok. Netflix
Sinopsis Serial Baby Reindeer, Kisah Nyata Sang Pemeran Utama Diteror Stalker

Baby Reindeer adalah kisah nyata yang pernah dialami Richard Gadd, penulis sekaligus pemeran utama dalam serial tersebut.