Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Janus

Oleh

image-gnews
Iklan

Sebuah bangsa lahir bukan dengan keajaiban. Ia lahir dengan dua wajah. "Seperti Janus," kata seorang cendekia—dan agaknya seperti Janus yang memekik.

Ketika saya berumur 15 tahun, saya bernyanyi untuk Bung Karno. Presiden pertama itu berkunjung dan menginap di kediaman residen kota kami. Seribu anak-anak sekolah menengah sudah disiapkan untuk hadir pada pukul 6:30 di halaman rumah residen yang antik itu, untuk melagukan aubade bagi Kepala Negara. Saya, salah satu anggota dari kor besar itu, berdiri dengan tegak dan tergetar, ketika Bung Karno muncul dari pintu, dan dirigen kami, seorang guru musik yang pincang, mengayunkan baton, dan seribu suara terdengar, "Sejak zaman purba…."

Lagu itu masih saya ingat sampai hari ini, juga semangatnya: sebab kami menyanyi tentang Indonesia, tanahair, sebuah negeri yang datang sejak awal sejarah, dan kami adalah bangsa di negeri itu, yang sejak dari zaman yang purba sampai sekarang akan bertahan, "sampai ke akhir dunia".

Nanyian itu, sudah tentu, satu elemen dalam dongeng nasionalisme. Dongeng ini beredar karena si wajah Janus punya suara yang berbeda. Wajah yang pertama memekik untuk menunjukkan diri bahwa ia unik: "Bangsa kami tak sama dengan kalian, kami berbeda dari mereka, sebab itu bangsa kami harus lahir." Dan dipaparkanlah tesis tentang ekspresi kebudayaan yang khas, adat bangsa yang tersendiri, juga tentang keutuhan dari semua itu—keutuhan yang sejati karena bisa melintasi waktu berabad-abad. Salah satu pencipta dongeng Indonesia adalah Muhammad Yamin, tokoh nasionalis awal abad ke-20 itu: baginya, Sang Merah Putih telah berumur 1.000 tahun, hanya karena kedua warna bendera nasional itu sudah terdapat dalam ekspresi sacral masa lalu.

Tapi nasionalisme juga punya acuan lain, sebagaimana bangsa punya wajah yang satu lagi. Wajah kedua ini memekikkan sebuah niat modernitas. Di pagi itu, satu bagian dari wejangan Bung Karno yang tetap saya ingat ialah perlunya anak-anak muda menyebal—atau menyimpang, membangkang—dari arah yang ditentukan generasi tua. Seakan-akan Bung Karno menggaungkan suara kaum modernis (antara lain kaum Marxis) yang bertekad: "Bangsa kami adalah sebuah kekuatan di zaman baru."

Zaman baru, kini termasuk "globalisasi", tentu memerlukan sejumlah syarat—yang justru melawan apa yang dikumandangkan sebagai sifat yang unik, sebagai identitas, sebuah bangsa. Bersama Weber kita tahu bahwa modernitas menghendaki sebuah daya yang efisien dan efektif, dan sebab itu harus padu, satu arah. Dalam pembentukan daya itu terpotonglah apa yang dianggap macam-macam, tak rapi, "liar", "primitif", boros.

Dua wajah, dua pekik. Tak hanya itu: dengan tangannya, yang disebut "negara", kedua wajah itu terkadang saling menindas. Atau melakukan kompromi. Maka satelit komunikasi yang dibeli dari Amerika Serikat itu pun disebut "Palapa", sebuah kata yang ditakik dari cerita Majapahit di abad ke-14. Maka kapal terbang yang dirakit di Bandung itu pun disebut "Tutuka", sebuah nama tokoh wayang kulit.

Tapi kita tahu, kompromi itu hanya bedak dan gincu. Sebab, tak jarang modernitas sama artinya dengan rasa cemas, gentar, tapi juga rasa berdosa, menghadapi apa yang di luar sana, di semak-semak masa silam—seperti orang Belanda kolonial dalam novel Copperus yang terkenal itu, Stille Kracht, yang menghadapi kekuatan gaib yang mengganggu rumah kolonial mereka. Dari manakah batu-batu itu dilemparkan, Addie? Theo muda itu pucat, Leonie, ibu tirinya yang cantik itu, juga pucat. Pasti yang melemparkan "itu Jawa-Jawa yang kurangajar". Tapi dalam hati si ibu tiri itu merasa bahwa bukan, bukan "Jawa-Jawa yang kurangajar" itu yang melempar—tapi apa bedanya antara yang gaib dan yang primitif dan yang kurangajar?

Modernisasi memang punya banyak mesiu dan dalil. Tak selamanya menimbulkan rasa tenteram. Ketika pelbagai bentrokan antara yang modern dan yang "tak-modern" terjadi—dan tak jarang di dalamnya ada yang niscaya keji—kita pun jadi cemas. Kita waswas melihat gerak-gerik negara yang merangkuh ke mana-mana. Kita ingin menciptakan sebuah barikade. Kita ingin membangun sebuah ruang di mana orang bisa leluasa dalam dunia kehidupan, bukan dunia sistem dan administrasi. Maka pernah pada suatu saat orang menyerukan agar adat dan keaslian tradisi dibela menghadapi cakar negara, sebab modernisasi ternyata sebuah penghalalan bagi represi.

Tapi—dan ini problemnya—represi tak hanya ada di situ. Bagaimana dengan poligami, penyunatan klitoris perempuan, atau melemparkan diri ke api, tanda setia kepada suami yang wafat? Wajah Janus kedua yang umumnya menjawab: harus ada tekad modernitas. Terkadang aneh. Ketika Afrika Selatan berada di bawah pemerintahan kulit putih, dunia dibelah dua dalam apartheid: maka puak-puak orang hitam dibiarkan menjalankan adat mereka, termasuk berpoligami. Ketika kaum nasionalis hitam menang dan apartheid dihabisi, justru parlemen membuat undang-undang perkawinan yang tak mengizinkan laki-laki kawin dengan lebih dari satu perempuan.

Mungkin membingungkan, tapi mungkin tak ada salahnya: wajah Janus itu akan tetap berkata-kata, mendesah, mendesak, dan saling berlawanan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

5 menit lalu

Celine Dion menghadiri Grammy Awards 2024 di Los Angeles, California, 4 Februari 2024. Foto: Instagram/@recordingacademy
Film Dokumenter Celine Dion akan Tayang di Prime Video

Film dokumenter I Am: Celine Dion akan tayang di Prime Video pada 25 Juni 2024


Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

8 menit lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan menutup akses menuju kantor BRIN, Kamis 18 April 2024. TEMPO/Muhammad Iqbal
Jawab Protes Warga Soal Penutupan Jalan Serpong-Parung, BRIN Akan Sediakan Sentra UMKM di Jalan Lingkar

Warga Bogor dan Tangsel memprotes rencana BRIN menutup jalan yang selama ini berada di kawasan lembaga riset itu.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

14 menit lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

23 menit lalu

Ketua Koordinator Strategis Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad memberikan keterangan pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis, 30 November 2023. TKN Prabowo-Gibran meminta agar tidak ada lagi yang menuding pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres cacat hukum. TEMPO/M Taufan Rengganis
TKN Sebut Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi Saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres

Menurut Dasco, Prabowo juga berpesan kepada para pendukungnya untuk mempercayakan hasil putusan sengketa PHPU Pilpres 2024 ke hakim MK.


Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

29 menit lalu

Alibaba. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Bentuk Laboratorium Bersama dengan Kominfo, Ant Group Jajakan Alipay Plus ke Indonesia

Kominfo membahas kerjasama dengan Ant Group untuk pembentukan Joint Lab. Alibaba menawarkan Alipay Plus buat UMKM Indonesia.


Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

30 menit lalu

Logo Google. REUTERS
Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.


Progres Bandara VVIP IKN 15 Persen, Dijamin Bisa Dipakai saat HUT RI Tahun Ini

45 menit lalu

Desain Bandara VVIP di IKN. Foto: Istimewa
Progres Bandara VVIP IKN 15 Persen, Dijamin Bisa Dipakai saat HUT RI Tahun Ini

Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Danis Sumadilaga mengatakan Bandara VVIP IKN bisa digunakan pada 17 Agustus 2024.


Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

51 menit lalu

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait persoalan HAM selama Pemilu 2024 di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2024. Sejumlah pelanggaran HAM yang ditemukan di antaranya, hak pilih kelompok marginal dan rentan, netralitas aparatur negara, hak kesehatan, dan hak hidup petugas pemilu. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

Pertemuan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Komnas HAM tidak secara khusus membahas konflik di Papua dan upaya penyelesaiannya.


Profil Gunung Ruang yang Mengalami Erupsi di Sulawesi Utara

52 menit lalu

Erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, Rabu, 17 April 2024. Data PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Foto: X/@infomitigasi
Profil Gunung Ruang yang Mengalami Erupsi di Sulawesi Utara

Gunung Ruang salah satu gunung berapi aktif di Sulawesi Utara. Gunung ini mengalami letusan eksplosif terbaru dalam kurun waktu 22 tahun terakhir


Hari Ini Mangkir Karena Sakit, Bupati Siodarjo Gus Muhdlor Akan Kembali Dipanggil KPK Pekan Depan

54 menit lalu

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali melakukan orasi di parkir selatan Ponpes Bumi Sholawat, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis 1 Februari 2024. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Hari Ini Mangkir Karena Sakit, Bupati Siodarjo Gus Muhdlor Akan Kembali Dipanggil KPK Pekan Depan

KPK akan kembali memanggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor untuk pemeriksaan sebagai tersangka pekan depan.