Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BBM

Oleh

image-gnews
Iklan

Presiden Soekarno membuat sebuah pantun. Ia melagukannya dengan riang:

Siapa bilang, Bapak dari Blitar
Bapak datang dari Prambanan
Siapa bilang, rakyat Indonesia lapar
Indonesia banyak makanan

Pantun pada awal tahun 1960-an itu mencoba membantah kabar tentang kelaparan—dan sayangnya salah. Kelaparan tak terjadi karena sebuah negeri kekurangan pangan, tapi karena tak ada pembagian yang baik dari mereka yang berlebihan kepada yang defisit.

Tapi Pemimpin Besar Revolusi tak boleh disalahkan, dan para pembesar di Istana menari lenso mengikuti dendangnya. "Mari kita bergembira…," demikian nyanyian ringan itu melanjutkan syairnya.

Orang pun tenteram. Krisis telah ditepis dengan lagu. Manusia memang umumnya tak mau diberi tahu bahwa hidupnya akan tertumbuk ke sebuah keadaan genting.

Lagi pula, di negeri yang tiap hari dipuji sebagai sebuah tanah air yang kaya, orang memang gampang asyik. Maka, ketika kini harga minyak bumi membubung di atas US$ 60 tiap barel, Indonesia pun terkejut dan tergopoh-gopoh.

Ada yang telah diabaikan di sini: sejak 1993 produksi minyak bumi Indonesia merosot. Menjelang akhir tahun lalu, hasil telaah Centre for Global Energy Studies yang berkantor di London telah menunjukkan hal itu. Sudah sejak kuartal kedua tahun itu luas diketahui Indonesia tak cocok lagi jadi anggota OPEC: ia praktis telah jadi hanya pengimpor minyak.

Memang tak ada lagi seorang presiden yang berjoget, tapi sikap abai tetap meluas. Tak ada dorongan buat merisaukan keyakinan yang sudah terpaku, bahwa rakyat tak patut membayar tinggi harga BBM. Tak ada yang bertanya, bagaimana membuat sebuah komoditas yang kian langka jadi murah.

Maka kita pun dengan tenang terus membeli bensin dengan harga subsidi. Kita tak didesak berpikir sampai kapan kebiasaan hidup dengan bahan bakar minyak bumi ini akan bisa terus. Tak ada niat menghimpun dana dan tenaga buat mencari sumber energi yang lain. Lebih baik menghabiskan Rp 200 miliar setahun untuk membuat Indonesia bergantung pada BBM yang diimpor.

Lalai memang tak mudah dilawan. Pada tahun 1972 terbit Limits to Growth. Risalah ini sebuah kabar gawat yang disusun oleh Club of Rome, himpunan para pakar yang menggunakan komputer dari kampus MIT untuk menyusun "model" bagi prediksinya. Di sana tak ada nubuat apa pun, tapi tesis dasarnya memperingatkan: bila borosnya pola konsumsi dunia dan cepatnya pertambahan penduduk terus sama seperti semula, dalam waktu seabad bumi tak akan sanggup lagi memenuhi kebutuhan manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya ingat buku itu diperkenalkan Soedjatmoko ke Indonesia dalam diskusi tertutup atau separuh tertutup. Limits to Growth memang menarik perhatian: ia diterjemahkan ke dalam 37 bahasa. Soedjatmoko agaknya ingin mengingatkan agar kita juga harus ikut waspada. Ia mulai berbicara tentang perlunya alternatif dalam cara membangun sebuah negeri. Ia mengutarakan perlunya apa yang "non-ekonomi" dalam pembangunan itu.

Tapi itu menjelang 1974. Indonesia baru ingin lepas dari kemandekan pertumbuhan di bawah "ekonomi terpimpin" Presiden Soekarno, tatkala sebagian penting kegiatan ekonomi dikendalikan para pejabat. Dari keadaan yang baru berakhir pada tahun 1966 itu kebutuhan agar perekonomian tumbuh melalui akumulasi modal bukanlah persoalan akademis. Gagasan Soedjatmoko, sebagiannya terdapat dalam pemikiran E.F. Schumacher—orang yang memulai gagasan "teknologi madya" dan kemudian menyusun buku Small is Beautiful—akhirnya hanya bergerak di ruang sempit.

Acap kali gagasan ini juga disalahpahami. Apa yang "non-ekonomi" dalam pembangunan—yang menurut Soedjatmoko harus diperhatikan—akhirnya hanya ditafsirkan secara lucu: agar proyek "kesenian", "olahraga", atau "ilmu pengetahuan" diberi anggaran negara yang besar. Tak cukup dimengerti bahwa dalam pemikiran itu tersirat sebuah pandangan lain tentang tujuan masyarakat, yang menghendaki agar orang tak mengutamakan dorongan ekonomi—yakni ikhtiar mengatasi kelangkaan dengan secara aktif mengakumulasi—sebagai penggerak hidup. Akumulasi menimbulkan ketimpangan: yang paling siap menghimpun akan jadi raksasa di tengah pelanduk. Akumulasi juga menyebabkan sumber-sumber alam dikuras dengan cepat dan ganas. Soedjatmoko dan Schumacher ingin menunjukkan, rakus itu tak bagus.

Tapi dari pemikiran ini tak terpapar jalan praktis bagaimana anjuran yang menggugah hati bagaikan ajaran Buddha dan Gandhi itu dapat dijalankan. Mungkinkah sebuah republik bertahan dengan usaha-usaha kecil, sementara di luar wilayahnya bergerak kekuatan besar, modal yang menumbuhkan kekuatan militer, teknologi, ilmu, olahraga, dan pendidikan?

Pertanyaan penting itu tak terjawab. Gagasan pembangunan ala Soedjatmoko itu pun tercampak. Juga imbauan Limits to Growth digilas optimisme tahun 1980-an. Di Indonesia petrodolar menderas, program keluarga berencana tampak sukses, dan pangan tak dilaporkan kurang. Di luar Indonesia, Reagan jadi presiden. Sebuah strategi ekonomi disusunnya, dengan asumsi bahwa bila lebih banyak uang berada di tangan konsumen, permintaan akan naik, begitu juga investasi. Rakus jadi bagus.

Limits to Growth pun dicemooh. Juga di negeri sosialis. Apa yang terjadi jika pertumbuhan ekonomi diperlambat? Mungkin akan lahir semacam "ekonomi terpimpin" dalam bentuk lain. Mungkin akan kian buruk ketimpangan dunia—karena negeri miskin dianjurkan untuk tak mengejar tingkat kekayaan "Dunia Pertama".

Seakan menampik itu, Cina pun gemuruh memperbaiki "keterbelakangannya". Dunia kagum. Tapi salahkah pesan Limits to Growth? Perubahan negeri semiliar manusia itu kini mulai menguras sumber-sumber alam—dan BBM akan jadi seperti berlian, kalau energi lain tak dipergunakan.

Tapi mungkin kita juga hanya akan berpantun:
Siapa bilang Bapak dari Blitar
Siapa bilang minyak itu sukar?

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jadwal Liga Spanyol Pekan Ke-32 dan Klasemennya: Ada El Clasico Real Madrid vs Barcelona

4 menit lalu

Pemain Real Madrid Vinicius Junior melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Barcelona dalam pertandingan final Piala Super Spanyol di Stadion Al-Awwal, Riyadh, Arab Saudi, 14 Januari 2024. REUTERS/Juan Medina
Jadwal Liga Spanyol Pekan Ke-32 dan Klasemennya: Ada El Clasico Real Madrid vs Barcelona

Jadwal Liga Spanyol pekan ke-32 pada akhir minggu ini akan menampilkan laga besar: El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona.


Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Pemalsuan Surat Tanah, Terancam Penjara 8 Tahun

11 menit lalu

Penjabat Wali Kota Tanjungpinang Hasan ditetapkan sebagai tersangka pemalsuan surat tanah, Jumat, 19 April 2024. Foto: ANTARA/Ogen
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Pemalsuan Surat Tanah, Terancam Penjara 8 Tahun

Polres Bintan menetapkan Pj Wali Kota Tanjungpinang Hasan tersangka pemalsuan dokumen


126 Ribu Penumpang Lintasi Bandara Ahmad Yani Selama Masa Angkutan Lebaran 2024, Meningkat 13 Persen

12 menit lalu

Para pemudik menggunakan terminal baru Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo, Selasa, 12 Juni 2018. Tempo/Fajar Pebrianto
126 Ribu Penumpang Lintasi Bandara Ahmad Yani Selama Masa Angkutan Lebaran 2024, Meningkat 13 Persen

Puncak arus mudik Lebaran di Bandara Ahmad Yani terjadi pada 6 April 2024 yaitu sebanyak 10.193 penumpang.


Pakar Pemilu Ragu Mahkamah Konstitusi Bakal Berani Diskualifikasi Gibran

18 menit lalu

Pakar kepemiluan dari Universitas Indonesia (UI) Titi Anggraini saat ditemui di Pusdik MK, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, 6 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Pakar Pemilu Ragu Mahkamah Konstitusi Bakal Berani Diskualifikasi Gibran

Titi Anggraini, mengatakan Mahkamah Konstitusi (MK) tidak akan berani mengabulkan permohonan kubu Anies dan Ganjar yang meminta diskualifikasi Gibran


Jadwal Liga Italia Pekan Ke-33 dan Klasemennya: Derby Della Madonnina, AC Milan vs Inter Milan, Jadi Penentuan Gelar Juara

21 menit lalu

Inter Milan. REUTERS/Claudia Greco
Jadwal Liga Italia Pekan Ke-33 dan Klasemennya: Derby Della Madonnina, AC Milan vs Inter Milan, Jadi Penentuan Gelar Juara

Jadwal Liga Italia akan memasuki fase penting. Derby Della Madonnina, antara AC Milan dan Inter Milan, akan menjadi laga penentuan gelar juara.


Prediksi Manchester City vs Chelsea di Semifinal Piala FA Sabtu Malam

34 menit lalu

Ekspresi pemain Manchester City Bernardo Silva dan rekannya setelah dikalahkan Real Madrid dalam pertandingan leg kedua perempat final Liga Champions di Stadion Etihad, Manchester, 18 April 2024. Action Images via Reuters/Jason Cairnduff
Prediksi Manchester City vs Chelsea di Semifinal Piala FA Sabtu Malam

Simak kabar terbaru kedua tim, termasuk perkiraan susunan pemain dan prediksi pertandingan Manchester City vs Chelsea di semifinal Piala FA Sabtu ini.


Masinton Bilang Megawati Tidak Perlu Bertemu Jokowi

35 menit lalu

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masinton Pasaribu di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa, 8 Oktober 2019. TEMPO/Andita Rahma
Masinton Bilang Megawati Tidak Perlu Bertemu Jokowi

Masinton Pasaribu mengatakan Megawati Soekarnoputri tidak perlu bertemu Presiden Joko Widodo karena telah menodai konstitusi dan demokrasi.


PBVSI Kirim Timnas Bola Voli Putra Indonesia dan Timnas Putri ke AVC Challange Cup 2024, Pakai Pemain Pelapis

48 menit lalu

Timnas Bola Voli Putra Indonesia di SEA VLeague 2023. (PBVSI)
PBVSI Kirim Timnas Bola Voli Putra Indonesia dan Timnas Putri ke AVC Challange Cup 2024, Pakai Pemain Pelapis

Timnas bola voli putra Indonesia dan Timnas bola voli putri Indonesia akan dikirim ke ajang AVC Challange Cup 2024.


Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

49 menit lalu

Pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS 6-15 April 2024. (Google.com)
Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

Kementerian PUPR menargetkan Jalan Tol Palembang - Betung selesai pada 2025. Untuk itu butuh tambahan tim percepatan.


Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

49 menit lalu

Danau Como, Italia. Unsplash.com/Lewis J Goetz
Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

Pemerintah sekitar Danau Como berencana meniru Venesia, yang menerapkan biaya khusus untuk pengunjung harian