Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tatap

Oleh

image-gnews
Iklan

" seperti Musa di pucuk Tursina"-- Amir Hamzah

Di atas gunung batu itu, Tuhan tak juga memperlihatkan wajah-Nya.

Kitab Perjanjian Lama berkisah: kepada Musa yang ingin menemui-Nya, Tuhan berkata, "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu. Apabila kemulian-Ku lewat, Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku melintas. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tapi wajah-Ku tak akan kelihatan."

Wajah-Nya tak akan kelihatan. Musa hanya melihat "belakang"-Nya, tanda ia hanya makhluk yang mengikut. "Engkau tak tahan memandang wajah-Ku, sebab tak ada orang yang memandang Aku dapat hidup," sabda Tuhan pula.

Memandang: bila itu berarti menatap, manusia dan Tuhan akan berhadap-hadapan, dan itu tak akan terjadi. Sebab tak hanya itu. Menatap adalah memandang dengan tajam. Tatapan adalah tetapan. Tetapan adalah hasil penetapan. Tapi bagaimana Ia - yang maha akbar dan tak tepermanai dapat ditetapkan? Bagaimana Ia dipasang beku di dalam satu cara memandang, mandeg di satu kerangka, terbatas di sebuah pigura penglihatan?

Tidak. Yang terjadi sebenarnya bukanlah Tuhan telah diperkecil. Tatapan itu sendiri yang sebenarnya ciut, runcing, lempang, seperti cahaya senter di perjalanan malam. Semakin ia tak mengakui keterbatasannya, semakin ia memaku diri di garis sempit itu. Pandang itu kaku dan statis, bukan pandang yang hidup: "Tak ada orang yang memandang Aku dapat hidup "

Demikianlah Tuhan tak tampak dan Musa membiarkan hanya suara-Nya yang terdengar dari balik tiang awan. Biarlah Ia datang dari sunyi ke bunyi. Sebab mata sering tak sabar. Kecepatan cahaya sekian juta kali lebih rikat ketimbang kecepatan suara - dan di situlah ketakaburan sering terjadi. "Aku datang, aku memandang, aku menang": semboyan ini tak cuma menggambarkan kepongahan Caesar sang penakluk, tapi juga sikap posesif manusia - dengan kemampuannya menatap dan menetapkan terhadap dunia, orang lain, bahkan terhadap Ia yang Maha Lain.

Untuk menangkal sikap "memandang-dan-menang" itulah maka manusia dilarang melukiskan Yang Maha Lain, yang tak dapat ditangkap dengan mata. Jika Yang Maha Kudus tak hendak memperlihatkan wajah-Nya bahkan kepada Musa sekalipun, itu karena manusia akan merugi: ia tak akan menghargai lagi betapa menakjubkan, menggetarkan, dan mempesonanya apa yang tak-tampak, betapa dahsyatnya apa yang tak dapat ditetapkan.

Tapi bisa mutlakkah larangan itu? Seperti diutarakan Amir Hamzah dalam puisinya yang termashur, manusia "rindu rasa, rindu rupa". Suara yang datang dari sunyi ke bunyi tak mampu sepenuhnya memenuhi kerinduan itu. Tuhan selalu diberi "rupa", dan manusia dengan pelbagai cara membuat metafor. Bahkan metafor juga yang dipakai Tuhan sendiri untuk diri-Nya: "Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat". Di gunung batu itu Musa mungkin mendengarkan seraya membayangkan sebuah tubuh agung yang bergerak.

Imajinasi itu bukan berhala. Patung, lukisan, dan ikon jadi berhala ketika mereka diperlakukan sebagai Yang Kudus, ketika sang pengganti disamakan dengan yang digantikan. Di saat itu, Tuhan "cemburu" - seperti dikatakan dalam Perjanjian Lama dan diungkapkan kembali puisi Amir Hamzah. Tuhan "cemburu" karena Yang Kudus telah diperlakukan setaraf dengan sebuah instrumen.

Itu sebabnya membuat gambar Yang Suci berarti memasuki kemungkinan yang saling bertentangan: rupa itu jadi sesembahan, atau sebaliknya, jadi barang keseharian. Kaum Hindu menggambarkan Durga dengan kendaraan yang garang dan tangan-Nya yang banyak (bukankah Yang Kudus, seperti kata Rudolf Otto, menimbulkan rasa gentar, takjub, dan pesona yang intens?), tapi hari-hari ini kaum Hindu Eropa terhina karena iklan whisky Southern Comfort menggambarkan sang Dewi naik macan dengan menggengam botol-botol whisky di semua tangan-Nya..

Tapi selalu salahkah bila Yang Maha Kudus tak hanya dibayangkan sebagai Sabda yang datang dari sunyi ke bunyi, dalam suara? Bukankah kita tak hanya punya telinga, tapi juga mata? "L'oeil, c'est la force", kata Lyotard. Mata adalah daya yang ampuh. Pandang melahirkan rupa (figure), dan figure, dalam teori Lyotard, menerobos dan mengganggu kepastian wacana, discours, yang yakin bahwa konsep, rumusan, dan nalar akan sepenuhnya memadai buat menjelaskan hal ihlwal. Di depan discours, rupa-lah yang menandai, ada yang tak tertangkap wacana dan tak terangkum teks.

Tapi menjadi manusia adalah menanggungkan yang tragis: Tuhan tak juga memperlihatkan wajah-Nya. Selama 40 hari 40 malam, menurut Alkitab, Musa bekerja tak makan roti tak minum air. Ia tuliskan segala perkataan Tuhan, dan kesepuluh Firman akhirnya terpahat pada loh batu.

Dan teks pun jadi. Seperti wahyu Tuhan yang ditulis, dikodifkasikan, dan dijilid sebagai Qur'an, suara pun jadi aksara. Yang-mengalir jadi yang-diukir. Juga di sini mata adalah daya, l'oeil, c'est la force, tapi - berlawanan dengan yang diteorikan Lyotard bukan untuk menggubah dan menghidupkan rupa, bukan untuk mengganggu kepastian wacana, melainkan malah untuk mengukuhkannya.

Ketika suara wahyu jadi huruf tercetak, tak diingat lagi sunyi. Juga seakan-akan tak lagi ada jalan kembali ke dalam sunyi. Firman telah jadi hukum. Loh batu itu kukuh. Ia mewakili Tuhan - bahkan ia seperti Tuhan itu sendiri. Tuhan pun hanya dialami sebagai regulasi. Ia bukan lagi Yang Maha Kudus yang tak hadir, yang senantiasa mengimbau dan memangil, berjanji tapi tak pernah menghampiri.

Tuhan sebagai regulasi tapi regulasi untuk apa? Ketika Yesus bekerja di ladang di sebuah hari Sabbath dan mengabaikan aturan Taurat, sebuah pertanyaan yang mendalam pun tak bisa dilupakan: bukankah hukum itu untuk manusia, dan bukan sebaliknya?

Di hari-hari ini, orang akan harus mendengar pertanyaan itu lagi.

Goenawan Mohamad.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


InJourney Airports Catat 7,4 Juta Penumpang selama Masa Angkutan Lebaran 2024

4 menit lalu

Penumpang menunggu kedatangan pesawat di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa, 9 April 2024. Pada H-1 Hari Raya Idul fitri 1445 H, terminal keberangkatan domestik nampak mulai lengang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
InJourney Airports Catat 7,4 Juta Penumpang selama Masa Angkutan Lebaran 2024

InJourney Airports mencatat sebanyak 7,4 juta pergerakan penumpang selama masa angkutan Lebaran periode 3 April hingga 18 April 2024.


Perjalanan Karier TVXQ yang Akan Konser di Jakarta

12 menit lalu

TVXQ. Smtown.com
Perjalanan Karier TVXQ yang Akan Konser di Jakarta

Perjalanan TVXQ yang akan menggelar konser di ICE BSD, Sabtu, 20 April 2024.


Preview Red Sparks vs Indonesia All Star di Laga Fun Volleyball Sabtu Hari Ini

14 menit lalu

Pelatih tim bola voli asal Korea Selatan Red Sparks Ko Hee-jin memberikan keterangan kepada wartawan usai bersama ofisial dan pemain bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo di Kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu, 17 April 2024. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Preview Red Sparks vs Indonesia All Star di Laga Fun Volleyball Sabtu Hari Ini

Laga Red Sparks vs Indonesia All Star akan digelar pada hari ini Sabtu, 20 April 2024.


Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

17 menit lalu

Jenazah Bripda Oktovianus Buara yang ditemukan meninggal akibat dianiaya di Dekai tiba di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa 16 April 2024. (ANTARA/HO/Dok KP3 Bandara Sentani)
Polda Papua Belum Tangkap Pembunuh Bripda Oktovianus Buara, TPNPB Klaim Bertanggung Jawab

Polda Papua belum mampu menangkap pelaku pembunuhan terhadap Brigadir Dua Oktovianus Buara.


OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

20 menit lalu

Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Tempo/Tony Hartawan
OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.


Soal Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Israel, Begini Tanggapan Menlu Retno Marsudi

25 menit lalu

Foto kombinasi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika menyampaikan pernyataan Indonesia dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB di New York, AS, pada Rabu, 24 Januari 2024, dan Sosok diduga Menlu Retno Marsudi keluar saat diplomat terutama dari negara negara Arab walk out ketika Dubes Israel untuk PBB berpidato di hadapan DK PBB pada Rabu 24 Januari 2024. ANTARA/Yashinta Difa
Soal Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Israel, Begini Tanggapan Menlu Retno Marsudi

Menlu Retno Marsudi tegas menolak normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel. Retno menyatakan Indonesia tetap tak terpengaruh oleh tekanan.


Menlu Iran Anggap Remeh Serangan Drone, Lebih Mirip Mainan Anak-anak

25 menit lalu

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menghadiri acara sampingan dalam acara memperingati 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di PBB di Jenewa, Swiss, 12 Desember 2023 .REUTERS/Denis Balibouse
Menlu Iran Anggap Remeh Serangan Drone, Lebih Mirip Mainan Anak-anak

Menlu Iran mengatakan Teheran sedang menyelidiki serangan drone, sejauh ini hubungan dengan Israel belum terbukti.


Usai Sita Mobil-Mobil Mewah Harvey Moeis, Kejaksaan Agung Bidik Jet Pribadi

31 menit lalu

Harvey Moeis (tengah), berfoto di depan pesawat jet pribadi yang dihadiahkan untuk putranya, Raphael Moeis. Dikutip dari Instagram Benyamin Ratu, pesawat ini mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma pada Senin pagi, 25 Maret 2019. Instagram/@Benyaminratu
Usai Sita Mobil-Mobil Mewah Harvey Moeis, Kejaksaan Agung Bidik Jet Pribadi

Kejaksaan Agung telah menyita Rolls Royce, Mini Cooper, Toyota Velfire, dan Lexus milik Harvey Moeis. Kini membidik jet pribadinya


Namanya Masuk Bursa Cagub di Pilkada Jakarta, Khoirudin: Saya Ingin Fokus di Legislatif

32 menit lalu

(kiri ke kanan) Ketua Majelis Pertimbangan PKS DKI Mohammad Arifin, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DKI Sakhir Purnomo, dan Wakil Ketua DPW PKS DKI Khoirudin saat konferensi pers di kantor DPW PKS DKI, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 21 Januari 2020. TEMPO/Lani Diana
Namanya Masuk Bursa Cagub di Pilkada Jakarta, Khoirudin: Saya Ingin Fokus di Legislatif

Ketua DPW PKS DKI Jakarta, Khoirudin, mengaku tidak bersedia maju dalam pemilihan kepala daerah atau Pilkada Jakarta 2024 meskipun namanya mencuat


Barcelona Hapus Rute Bus dari Peta Online, Ini Alasannya

35 menit lalu

Park Gell Barcelona, Spanyol (Pixabay)
Barcelona Hapus Rute Bus dari Peta Online, Ini Alasannya

Selama bertahun-tahun, penduduk lingkungan La Salut di Barcelona harus berebut bus dengan banyak wisatawan.