Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Glung

Oleh

image-gnews
Iklan

Bola api tampak di langit Pangandaran, suara "glung" dan "bleg" terdengar di bawah bumi Yogya.- Orang pun gentar, setengah terkesima: apa arti se-mua itu?

Barangkali itu isyarat, bisik sebagian mereka, entah da-ri angkasa luar, entah dari palung lautan. Barangkali itu waham, kata yang lain. Barangkali alam dan rasa takut telah berkait, barangkali alam dan suasana berkabung tum-pang-menumpang, dan tak jelas lagi mana yang menyebabkan dan mana pula yang disebabkan.

Apa boleh buat: bencana menghantam kita berturuttu-rutdua kali tsunami dalam jarak waktu belum dua tahun, dua kali gempa yang membunuh ratusan manu-sia, Gu-nung Merapi yang memuntahkan lumpur panas ber-hari-hari. Dengan kata lain, kesadaran kita d-engan -serta-merta digebrak oleh sesuatu yang tak dapat sepe-nuhnya dijinakkan penjelasan ilmu, tak dapat ditata oleh wacana, tak terjangkau utuh oleh tata simbolik. Bahasa kita jadi gagap, dan bola api itu terasa semakin besar, s-uara "glung" dan "bleg" itu terasa semakin menakutkan, dan kita semakin berkabung.

Amir Hamzah pernah menggambarkan situa-si manusia dan alam yang dilimbur bencana dalam sebuah puisi yang dengan plastis memantulkan bunyi-bunyi yang mengerikan bahkan sejak dari konsonan dan aliterasi kata-kata yang dibariskannya: "terban hujan, ungkai badai, terendam karam, runtuh ripuk tamanmu rampak."

Dan nun di sana tampakManusia kecil lintang pukanglari terbang jatuh dudukair naik tetap terustumbang bungkar pokok purba

Teriak riuh redam terbelamdalam gagap gempita guruhkilau kilat membelah gelapLidah api menjulang tinggi

Sajak itu sebenarnya bercerita tentang air bah yang didatangkan Tuhan untuk menenggelamkan dan mengha-bisi manusia yang tak hendak mengikuti jalan Nuh. Apa-bila yang dilukiskan Amir Hamzah terasa relevan se-karang, itu karena di sana juga tergambar bukan orang-orang yang berdosa, melainkan orang-orang yang tak berdaya"manusia kecil" yang dilihat dari atas yang jauh.

Hanya Nuh yang disebut "bebas lepas" dan "lapang". Ha-nya ia yang dikatakan duduk dalam kepastian, bisa ber-sua-ra "sentosa" ketika manusia lain "di tengah gelisah".

Sang penyair sendiri tak seperti nabi itu.. Ia bimbang dan galau: kekuatan destruktif Tuhan bisa demikian me-nakutkan demi menegakkan kepastian, tapi tetap saja sang penyair tak dapat memutuskan mana yang harus dipilihnya di tengah sistem kepastian yang berbeda-beda. Akhirnya ia mengatakan, semua itu tak ada gunanya. Ak-hirnya "hanya satu kutunggu hasrat", katanya, yakni merasa "dekat rapat" dengan Tuhan sendiri.

Bola api, suara gemuruh yang ganjil, lahar yang meng-ancam, kematian yang menyebaralam dan ketakutan jem-put-menjemput, bersama kemurungan. Para pakar g-eologi, klimatologi, dan psikologi dapat berbicara fasih men-jelaskan semua itu, tapi benarkah mereka bisa menjangkau alam itu sendiri? Bukankah ilmu-ilmu pengetahu-an tak pernah menangkap alam itu an sich, melainkan hanya menangkapnya sesudah dijinakkan dalam kerangka sebu-ah wacana, dalam keadaan disetel (Gestell, kata Heideg-ger)? Dengan kata lain sebenarnya tak ada yang dapat "de-kat rapat" dengan yang dirindukan untuk di-jangkau ituyakni yang benar, yang memukau, yang membuat gentar?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan saat Musa di pucuk Tursina (yang oleh Amir Ham-zah dianggap sebagai momen yang dihasratkannya, momen "dekat rapat" dengan Tuhan) manusia itu tetap mustahil menangkap "Wajah" itu..

Mungkin ada yang dapat memberi kita kearifan dari tsunami di Aceh dan Pangandaran serta gempa dan ancaman magma di Yogyakarta: kita sadar akan kemusta-hilan seperti itu dan sebab itu kita berkabung, seperti saya katakan tadi. Kita berkabung karena kita merasa bersatu dengan yang ditinggal mati dan hilang. Kita juga ber-kabung karena kita tak bisa merasa "bebas lepas", "lapang", dan "sentosa" di tengah sesama yang gelisah ketika bahkan ilmu tak dapat lagi bicara pasti.

Berkabung itu memberi kita kearifan, sebab dari sanalah kita sadar betapa mustahil kita un-tuk tak menjadi "manusia kecil". Kita akan se-nantiasa "lintang pukang". Tapi pada saat yang sama, justru karena itulah kita merindukan itu: bisa bersentuhan dengan yang abadi, biarpun sejenak. "Aku berkabung untuk keabadian, aku berkabung untuk ia yang dalam dirinya kutanam-dan-kupupuk keabadian", tulis Helene Cixous dalam Deluge.

Dikatakan secara lain, justru karena kita tak kunjung mendapatkan kepastian, justru karena kita terbatas, kita punseperti Amir Hamzahmenunggu hasrat untuk "d-ekat rapat" dengan yang sama sekali lain: yang Maha Tak Terbatas, transcendens yang mutlak.

Kata "maha" menegaskan betapa radikalnya sifat "lain" di situ: sifat "lain" yang tak dapat dirumuskan, tak dapat dibandingkan, yang hanya dapat disebut, meskipun de-ngan menyebutnya kita sadar kita hanya mencoba seje-nak menafsirkannya. Sebab sifat "lain" yang radikal itulah yang menyebabkan kita tak akan pernah rampung dan usai menerjemahkannya: kita tak akan mungkin membuatnya sedemikian rupa sehingga "sama" dengan kita.

Agaknya itulah yang membentuk sikap ethis kita: berhadapan dengan yang berbeda, kita tergetar, tak akan ju-ma-wa, bahkan kita menatapnya dengan hormat yang berkabung.

Sebab kita tahu ada yang tetap tersembunyi. Ada mis-teri yang tak mungkin dianggap sekadar sebagai problem untuk kecerdasan kita. "Dunia tak pernah merupakan -sebuah obyek yang tegak di depan kita dan dapat disimak", kata Heidegger. Dunia selalu tak berlaku jadi sasar-an subyektif kita, selama "jalan kelahiran dan kematian, rahmat dan kutuk, tetap membawa kita ke dalam ada".

Maka bola api itu mungkin tampak mungkin tidak di langit Pangandaran, bunyi "glung" itu mungkin terdengar mungkin tidak di bawah Yogya.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Cara Mencegah Penyebaran Misinformasi dan Hoax di WhatsApp

3 menit lalu

Ilustrasi WhatsApp. shutterstock.com
5 Cara Mencegah Penyebaran Misinformasi dan Hoax di WhatsApp

Sangat penting untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah yang efektif dalam mencegah penyebaran misinformasi di WhatsApp.


Dosen UNTAN Diduga Jadi Joki Mahasiswa S2, Modusnya Manipulasi Nilai di SIAKAD

15 menit lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Dosen UNTAN Diduga Jadi Joki Mahasiswa S2, Modusnya Manipulasi Nilai di SIAKAD

Seorang Dosen Universitas Tanjungpura (UNTAN), Pontianak, diduga menjadi joki nilai mahasiswa Program Magister (S2) FISIP UNTAN


5 Cara Screenshot di HP Samsung dengan Mudah dan Cepat

19 menit lalu

Berikut ini deretan rekomendasi HP Samsung Rp5 jutaan yang layak dipertimbangkan, dengan prosesor Snapdragon dan layar Super AMOLED. Foto: Canva
5 Cara Screenshot di HP Samsung dengan Mudah dan Cepat

Ada beberapa cara screenshot di HP Samsung. Salah satunya bisa dengan mengusapkan tangan ke layar. Ketahui cara lain yang praktis di sini.


Mengenal Festival Songkran, Perayaan Tahun Baru Khas Thailand

21 menit lalu

Mengenal Festival Songkran, Perayaan Tahun Baru Khas Thailand

Festival Songkran di Thailand adalah perayaan yang menggabungkan unsur-unsur kegembiraan, kebersihan spiritual, dan tradisi kuno.


Cina Puji Iran, Percaya Teheran Mampu Tangani Situasi dengan Israel

26 menit lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi berjabat tangan dengan Menlu Palestina Riyad Al-Maliki, disaksikan antara lain Menlu Retno Marsudi sebelum sesi foto di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, 20 November 2023. REUTERS/Florence Lo/Poo
Cina Puji Iran, Percaya Teheran Mampu Tangani Situasi dengan Israel

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi membahas situasi di Timur Tengah dengan timpalannya dari Iran, Hossein Amir-Abdollahian, di tengah ketegangan meningkat dengan Israel.


Tanggapan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Usai Jadi Tersangka Korupsi

26 menit lalu

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Antara Jatim/HO Pemkab Sidoarjo
Tanggapan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Usai Jadi Tersangka Korupsi

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus pemotongan insentif ASN


Macam Sertifikat Tanah yang Bisa Dimiliki Orang Asing di Indonesia

30 menit lalu

Warga menunjukkan sertifikat tanah yang telah diserahkan pemerintah saat Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada penyerahan sertifikat tanah di Bandung, Jawa Barat, Sabtu 3 Februari 2024. Presiden menyerahkan 3.000 sertifikat hak milik (SHM) atas tanah hasil program pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) kepada masyarakat di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.  ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Macam Sertifikat Tanah yang Bisa Dimiliki Orang Asing di Indonesia

Penting bagi WNA untuk mengetahui hak atas tanah dan macam sertifikat tanah yang bisa dimiliki orang asing di Indonesia. Ini penjelasannya.


Leg Kedua Borussia Dortmund vs Atletico Madrid di Liga Champions, Edin Terzic Siap Tebus Kesalahan

32 menit lalu

Pelatih Borussia Dortmund Edin Terzic. Doc. UEFA.
Leg Kedua Borussia Dortmund vs Atletico Madrid di Liga Champions, Edin Terzic Siap Tebus Kesalahan

Manajer Borussia Dortmund Edin Terzic ingin para pemainnya memberi reaksi positif saat menghadapi Atletico Madrid pada leg kedua Liga Champions.


Jasa Raharja Serahkan Santunan Kepada Ahli Waris Korban Kecelakaan KM 58

36 menit lalu

Jasa Raharja Serahkan Santunan Kepada Ahli Waris Korban Kecelakaan KM 58

Santunan diserahkan secara simbolis kepada masing-masing ahli waris, bersamaan dengan serah terima jenazah dari pihak kepolisian.


Saran buat Pasangan Usia Paruh Baya yang Tengah Membangun Hubungan dan Ingin Menikah

39 menit lalu

Pasangan paruh baya berjalan bergandengan di bawah pohon saat musim gugur di Sheffield Park Garden, Haywards Heath, Inggris, Senin 20 Oktober 2014. REUTERS/Luke MacGregor
Saran buat Pasangan Usia Paruh Baya yang Tengah Membangun Hubungan dan Ingin Menikah

Membangun hubungan baru di umur yang sudah tidak muda atau usia paruh baya punya tantangan unik tersendiri. Berikut hal yang perlu dipahami.