Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dering Itu

Oleh

image-gnews
Iklan

Dini hari, pukul 3. Anak-anak sedang tidur tenteram di seluruh Amerika. Tiba-tiba telepon berdering di Gedung Putih. Sesuatu tengah terjadi di dunia. Tampaknya gawat. Siapa gerangan yang mampu memberi respons yang tepat kepada pesan lewat telepon itu?

Pertanyaan itu sah, tapi ini baru sebuah pengandaian yang dibawakan sebuah iklan: sebuah film pendek yang dimulai dengan cahaya biru yang suram, dengan dini hari yang sunyi, anak-anak yang nyenyak, dan kamar tidur bersih: imaji-imaji yang menyarankan sesuatu yang tanpa dosa, tapi rapuh, di tengah gelap yang menyembunyikan ancaman.

Dipasang Hillary Clinton di televisi menjelang pemungutan suara untuk melawan pesaingnya, Barack H. Obama, pesan iklan itu jelas: yang bisa menghadapi ancaman itu hanya seorang Presiden Amerika yang kenal "para pemimpin dunia, kenal dunia militer, seorang yang sudah diuji bisa memimpin di dunia yang berbahaya."

Bagi para juru kampanye Hillary Clinton, sifat-sifat itu tentu tak ada pada Obama, seorang yang belum pernah memimpin negeri dalam ancaman perang.

Tiap propaganda tentu memaafkan sendiri keculasannya. Iklan itu tak menyebut bahwa sebenarnya Hillary juga belum diuji. Ia memang pernah di Gedung Putih, tapi sebagai istri seorang presiden. Ia memang kemudian jadi seorang senator, tapi satu-satunya keputusan penting adalah dukungannya kepada Perang Irak Presiden Bushyang ternyata sebuah keputusan yang celaka.

Tapi bahwa iklan semacam itu ditayangkandan berhasil meyakinkan pemilih di dua negara bagianmenunjukkan bahwa pada mulanya bukanlah Hillary atau Obama. Pada mulanya adalah paranoia.

Kita ingat empat patah kata dalam iklan itu: "dunia yang berbahaya ini." Di sana tak ada kemungkinan lain dalam dering telepon pada jam 3 pagi itu. Tak mungkin pesan itu ternyata sebuah kabar gembira, misalnya kabar perdamaian yang solid antara Palestina dan Israel, atau pesawat ruang angkasa Amerika yang menemukan sebuah dataran yang subur di sebuah planet. Sebab, kabar baik bukanlah yang diharapkan. Iklan itu hendak menampilkan suasana gawat di mana Hillary Clinton berperan besar; sebab ia kenal betul "dunia militer".

Saya tertegun. Dengan propaganda macam itu, Amerika macam inikah yang akan tecermin dalam pemilihan umum 2008: Amerika sebagai kekuatan militer yang memandang dengan suram sekitarnya yang tak ramah? Bukan Amerika yang dulu pernah membentuk PBB di dunia yang penuh harapan damai dan kemerdekaan?

Jika demikian, kita pantas murung.

Bush-dan-Cheney memang segera tak akan berkuasa lagi. Negeri yang ditinggalkannya memang telah jadi negeri yang dibenci di seluruh dunia, yang angkuh ke seluruh dunia, yang tanpa mengerdipkan mata menyerbu negeri lain dengan alasan yang palsu, seraya tak peduli melanggar hak-hak asasi manusia di Guantanamo dan di tempat-tempat interogasi yang disembunyikan. Sungguh buruk peninggalan itu, tapi tampaknya tetap terbuka kemungkinan Amerika mengukuhkan politik paranoia yang dilembagakan sejak 11 September 2001.

Politik paranoia adalah politik nasionalisme yang gelap. Hari itu, ketika para teroris Al-Qaidah menabrakkan dua pesawat terbang ke dua menara tinggi di New York dan membunuh hampir 3.000 orang, seluruh Amerika terkejut dan ngeri. Tapi Tuan Cheney menemukan apa yang dicarinya: sebuah musuh baru, setelah Uni Soviet dan Cina mundur. Dengan musuh itu Amerika dapat memiliki arah yang tegas dan satu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nasionalisme, apalagi yang gelap, punya gairah dan daya tersendiri untuk mengukuhkan kekuasaan yang brutal. Maka perang antiterorisme dari Gedung Putih bukanlah perang untuk mengakhiri terorisme, melainkan untuk menyambutnya. Tak mengherankan bila sampai hari ini Al-Qaidah belum dihabisi dan Usamah bin Ladin masih tersembunyi. Tak mengherankan bila empat tahun yang lalu Bush-dan-Cheney dipilih lagi.

London, 3 November 2004. Koran Daily Mirror terbit menyambut pilihan rakyat Amerika yang mendukung kembali Presiden Bush dengan bersemangat, meskipun begitu jelas ia menyerbu Irak dengan dalih yang bohong. Di halaman depan tabloid itu tampak wajah George W. Bush melambai. Di bawahnya sebuah kalimat: How can 59,054,087 people be so DUMB?

Saya ingat seorang Amerika tertawa pahit membacanya. "Saya tak tahu lagi, di mana tanah air saya," katanya sedih.

Tapi itu empat tahun yang lalu. Kini ia tak merasa sedih lagi, ketika bersama ribuan orang muda setanahairnya ia ikut berkampanye untuk Obama dan merayakan kemenangan di sebelas negara bagian. "Anak-anak muda ini," tulisnya, "telah menemukan kembali indahnya kehidupan berpolitik; kami telah menemukan keberanian untuk berharap." Di hatinya, judul buku Obama, the Audacity of Hope, terasa begitu kena. Dengan mata yang berkaca-kaca karena bangga ia kini bisa mengatakan, The Daily Mirror tak benar, setidaknya di tahun 2008 ini: jutaan pemilih Amerika ternyata tak bodoh.

Mereka bahkan tengah merintis sebuah zaman baruzaman yang bisa menyambut seorang Obama, yang bukan 100% "pribumi", yang tak memamerkan bendera Amerika di lencana jasnyatapi yang percaya bahwa ada patriotisme lain yang bisa menggugah: patriotisme yang membuat sebuah bangsa bersama-sama melepaskan rasa saling curiga dan benci yang tumbuh di bawah politik paranoia. Juga patriotisme yang bangga kepada tanah air yang bisa membawa damai ke dunia.

Tapi mungkinkah? Sepekan setelah dering seram di iklan itu, pada pukul 3 pagi sebuah ledakan terdengar di Times Square, New York. Letupan kecil, dengan kerusakan kecil, dari sebuah alat sederhana yang dipasang di gedung milik Angkatan Bersenjata. Tak ada yang terbunuh. Tapi dengan segera keluar statement Hillary Clinton: "Apa pun yang kita ketahui dari serangan ini, itu sebuah pengingat akan ancaman yang terus menghadang tanah air kita."

Ancaman. Dering lewat tengah malam.

Kita cemas. Kita cemas memandang Amerika.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Konsumsi BBM Gasoline Meningkat Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran, Gasoil Turun

3 menit lalu

Aktivitas pengisian truk tangki untuk distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Selasa, 2 April 2024. Secara rinci, perusahaan memproyeksikan selama arus mudik dan balik Lebaran 2024 peningkatan konsumsi masyarakat untuk produk BBM Pertamax sekitar 15 persen, Pertalite 10 persen, dan Pertamax Turbo 6 persen, Dexlite 3 persen dan Pertamina Dex 4 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Konsumsi BBM Gasoline Meningkat Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran, Gasoil Turun

Konsumsi BBM meningkat selama arus balik lebaran.


Pertemuan Mega-Jokowi: Gibran Bilang Silaturahmi Kok Dilarang, Hasto PDIP Respons Begini

4 menit lalu

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menjawab kesiapan Megawati jadi saksi di MK saat ditemui media di Jakarta Pusat, Selasa, 2 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Pertemuan Mega-Jokowi: Gibran Bilang Silaturahmi Kok Dilarang, Hasto PDIP Respons Begini

Gibran mendorong pertemuan antara Mega dan Jokowi. Kata Gibran, "Silaturahmi kok dilarang." Hasto lantas respons begini.


Gibran soal Peluang Pertemuan Megawati dengan Jokowi: Tak Ada yang Tidak Mungkin

9 menit lalu

Cawapres Gibran Rakabuming Raka berharap masih ada peluang untuk pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Foto diambil di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 18 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Gibran soal Peluang Pertemuan Megawati dengan Jokowi: Tak Ada yang Tidak Mungkin

Gibran Rakabuming berharap masih ada peluang untuk pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati dan Presiden Jokowi.


Menerka Putusan MK, Pakar Skeptis Hakim Kabulkan Gugatan Kubu Anies dan Ganjar

13 menit lalu

Massa yang tergabung dalam Aksi 164 menggelar unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Dalam aksinya massa menuntut Mahkamah Konstitusi memutus sengketa Pilpres 2024 dengan adil. Aksi ini merupakan respons masyarakat terhadap kecurangan yang terjadi dalam kontestasi Pilpres 2024. TEMPO/Subekti.
Menerka Putusan MK, Pakar Skeptis Hakim Kabulkan Gugatan Kubu Anies dan Ganjar

Pakar menyebut MK kemungkinan akan membuat amar baru ketimbang mengabulkan gugatan yang dimohonkan kubu Anies dan Ganjar.


PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

16 menit lalu

Pekerja melakukan perawatan berkala Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik UTOMO Charger di area perkantoran di Jakarta, Kamis, 21 September 2023. Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKLU) di Jakarta baru memasang 8 titik, progres selanjutnya akan ada 100 titik di Jakarta hingga akhir tahun 2023. Tempo/Tony Hartawan
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

PLN menjamin ketersediaan SPKLU di Banten untuk mendukung pemudik yang menggunakan mobil listrik.


Retno Marsudi: Akar Masalah Instabilitas Timur Tengah adalah Isu Palestina

18 menit lalu

Retno Marsudi: Akar Masalah Instabilitas Timur Tengah adalah Isu Palestina

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut isu Palestina sebagai akar masalah dari ketidakstabilan di Timur Tengah.


PAN Lobi Golkar Usung Anak Zulhas Jadi Pendamping Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta

20 menit lalu

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai atau DPP PAN Zita Anjani serta caleg PAN Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu (kiri) dan Surya Hutama atau Uya Kuya (kanan) di Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Pusat, pada Kamis, 21 Desember 2023. (TEMPO/Advist Khoirunikmah)
PAN Lobi Golkar Usung Anak Zulhas Jadi Pendamping Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta

PAN sedang berkomunikasi dengan Golkar untuk mendorong Ketua DPP PAN, Zita Anjani, menjadi pendamping Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta.


Bidang Keilmuan Fakultas Teknik UI Ini Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS World University Rangkings

21 menit lalu

Fakultas Teknik UI. Istimewa
Bidang Keilmuan Fakultas Teknik UI Ini Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS World University Rangkings

Empat bidang fakultas teknik UI menduduk peringkat 1 di dalam negeri versi OS WUR. Teknik Mesin dan Teknik Elektro menjadi yang terbaik pada 2024.


Wacana Pertemuan Jokowi - Megawati, Bahlil Singgung Hasto PDIP Tak Pernah jadi Presiden

23 menit lalu

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia saat ditemui usai melaksanakan Salat Idulfitri 1445 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. TEMPO/Adinda Jasmine
Wacana Pertemuan Jokowi - Megawati, Bahlil Singgung Hasto PDIP Tak Pernah jadi Presiden

Bahlil Lahadalia menilai Jokowi dan Megawati sebagai negarawan dan tidak perlu disebandingkan dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.


Deretan Perilaku Pengemudi Arogan, Terbaru Pengendara Fortuner Berpelat TNI Palsu

26 menit lalu

Pengemudi Fortuner dengan pelat dinas TNI yagn cekcok di Tol Cikampek. Foto : X
Deretan Perilaku Pengemudi Arogan, Terbaru Pengendara Fortuner Berpelat TNI Palsu

Tempo merangkum deretan laporan mengenai perilaku pengemudi arogan di jalan