Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mumbai

Oleh

image-gnews
Iklan

".yes, it was my Bombay, but also not-mine"

Saleem kembali ke kota kelahirannya, Bombay: tempat tinggal nostalgianya yang paling dalam. Tapi di awal tahun 1970-an itu, kota itu telah berubah.

Tokoh utama novel Salman Rushdie Midnight's Children ini tak menemukan kembali toko penjual tumpukan komik Superman. Dan nun di bukit itu tak ada lagi rumah-rumah megah yang dirias bunga bougenville, menatap ke laut. Tak ada lagi lapangan sirkus di masa kanak. Kini yang tampak adalah "monster-monster yang mengangkang menjulang ke langit, memanggul nama asing yang ganjil: OBEROI-SHERATON"

Saleem, yang dilahirkan di tengah malam 15 Agustus 1947, persis di hari India lahir, akhirnya cuma punya masa lalu. Ia memasuki kota itu seraya memeluk erat Aadam, si bocah yang jadi anaknya, dan berseru gembira: "Back-to-Bom!" Tapi ia tak bisa kembali. Sebab itu ia harus musnah. Durga telah berkata kepadanya: "ketika orang kehilangan minat pada hal-ihwal yang baru, ia membuka pintu bagi Malaikat Hitam".

Kini Bombay disebut Mumbai - hampir sepenuhnya sebuah hal baru, dibentuk minat baru. Orang jadi penting bila berlalu lalang di ruang pasar modal yang terus membubung, atau di koridor industri film yang menjangkau dunia. Dengan glamor dan kalkulator mereka membuat hotel megah seperti Oberoi dan Taj Mahal bukan ebagai monster yang asing, melainkan sebuah kegairahan yang tak dimengerti Saleem.

Tapi berbeda dengan Saleem, para penghuni Mumbai di lapisan atas itu tak hendak sepenuhnya berpijak ke kota yang oleh orang Portugis disebut "Teluk yang Baik" (Bom Bahia) itu. Dalam sebuah buku yang memukau tentang pesona dan kebrutalan Bombay, Maximum City, Suketu Mehta menggambarkan sebuah kalangan atas, the society set, yang sebenarnya benci hidup di sana. Mereka tinggal di Mumbai karena tak bisa hidup di tempat lain di India. Bila mereka pindah, mereka pindah ke New York atau London. Atau mereka bawa New York dan London ke ibukota negara bagian Maharashtra itu. "Jika kita berjalan lepas dari jalanan Bombay yang jorok, kita akan berada di Soho", tulis Mehta. "Seluruh usaha dicurahkan untuk membuatnya 'luar-negeri': para pelayannya, makanannya, dekornya".

Tapi mungkin tak hanya kalangan atas yang memimpikan negeri lain. Dengan akses yang relatif mudah ke kancah diaspora orang-orang India di seluruh dunia, terutama di Amerika dan Eropa, sebenarnya tak jelas betul mana yang "asing" dan bukan, mana yang "luar" dan "dalam".

Saleem dalam Midnight's Children -- yang riwayatnya oleh Salman Rusdhie diparalelkan dengan bangsa dan negara "India" - sebenarnya berdarah Inggris; ia anak haram William Methwold, yang ditukar jadi anak Ahmed dan Amina Sinai. Sampai akhir hayatnya, Saleem adalah sebuah keragaman dalam satu sosok, keanekaan yang batasnya tak jelas. Agaknya menyadari ini, kutipan awal dalam Maximum City diambil dari ucapan Kabir: "Aku sendirian, tapi beberapa".

Bahkan dalam kesendirian, apakah makna batas? Di mana ia ditarik? Hari-hari ketika Mumbai kena gempur sejumlah teroris yang tak dikenal, para pemimpin politik dan komentator India berbicara tentang "kekuatan luar" dan "perbatasan yang bolong-bolong" yang menyebabkan serangan sehebat itu terjadi. Tapi jika Mumbai, seperti Saleem - ya, seperti India seluruhnya - tak hanya satu, melainkan kebhinekaan, maka yang "asing" dan yang "luar" adalah identifikasi yang mudah runyam.

Maximum City mengutip Victor Hugo: semua kota besar dirundung skizofrenia. Mumbai dirundung gejala kepribadian ganda yang bisa parah. Mehta berhasil menghadirkan kepada kita dunia gelap yang tersembunyi di kota terkaya di India ini: ada Monalisa, penari kabaret yang memotong pergelangan tangannya sendiri, ada Vijay Lal, perwira polisi yang jujur tapi tak enggan menyiksa tahanannya. Ada Sunil, Satish, dan Mohsin, yang bisa bercerita dengan acuh tak acuh bagaimana membunuh orang.

Mehta tak menjerit menghakimi mereka, meskipun kita bisa merasakan horor yang merayap ke dalam laporannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam cerita Sunil, misalnya. Ia anggota Shiv Sena, organisasi Hindu yang tumbuh dengan dendam dan kebencian kepada minoritas Muslim. Pada Januari 1993, setelah sebuah bentrokan antara Hindu-Muslim, Sunil dan teman-temannya bergerak membabat orang Muslim, menjarah milik mereka, membakar tubuh mereka hidup-hidup.

Dengan rinci ia gambarkan bagaimana seseorang mati terbakar. "Minyak menetes dari tubuhnya. Matanya jadi besar, besar.. dan jika kau sentuh tangannya, putihnya kelihatan, putih, putihterutama di hidung".

Horor, dia sendiri mengakui itu. Tapi ia dengan tenang membasmi habis tubuh penjual roti lengganannya. "Kejahatannya terbesar adalah ia Muslim", seperti kata seorang anggota Sena yang lain.

Hal yang sama bisa dikatakan oleh seorang Muslim yang memenggal leher seorang Hindu: "Kejahatannya terbesar adalah ia Hindu" - dan sebab itu identitas di Mumbai, sebagaimana dikisahkan Mehta, harus bisa dikaburkan: kartu nama dicetak dalam dua versi, Muslim dan Hindu.

Ini cara untuk selamat, ini mungkin bukan heroisme, tapi jangan-jangan ini menunjukkan dasar persoalan: bagaimana kita mendefinisikan diri dan orang lain?

Dalam novel Salman Rushdie, Saleem menutup kisahnya dengan sebuah kalimat amat panjang. Tapi kata-katanya bukan sebuah ucapan selamat tinggal kepada India yang beraneka-ragam. Justru sebaliknya:

"Akulah bom di Bombay, simaklah aku meledak, tulang pecah-retak tertekan desakan tak enak kelimunan manusia, kantung berisi belulang yang jatuh, ke bawah ke bawah ke bawah

.aku telah jadi yang-begitu-banyak-terlampau-banyak"

"Terlampau banyak": perbedaan bukanlah sesuatu yang gampang berhenti. Siapa yang memaksakan sesuatu yang tunggal, akan batal.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gibran Temui Prabowo Bersama Tim Hukum, Sebut akan Hadir di KPU Besok

4 menit lalu

Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka saat ditemui usai menghadiri pertemuan Tim Hukum Nasional Prabowo-Gibran di kediaman Prabowo, Jl. Kertanegara No 4, Jakarta Selatan pada Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Gibran Temui Prabowo Bersama Tim Hukum, Sebut akan Hadir di KPU Besok

Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming, mengatakan besok dia akan menemani Prabowo dalam sidang putusan Pilpres di KPU.


KPU Launching Pendaftaran PPK, Ternyata Segini Gajinya dan Ada Santunan

5 menit lalu

Sejumlah massa dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Depok membawa miniatur keranda berkain putih bertuliskan 'Matinya Demokrasi' saat menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor KPU Depok, Jawa Barat, Rabu, 6 Maret 2024. Aksi tersebut buntut dari temuan dugaan penggelembungan suara saat rekapitulasi suara di panitia pemilihan kecamatan (PPK) guna meningkatkan suara salah satu caleg DPR RI Dapil VI dari partai lain dan berharap agar KPU Kota Depok tegas menjunjung netralitas hingga integritas agar pesta demokrasi yang jujur dan adil. TEMPO/M Taufan Rengganis
KPU Launching Pendaftaran PPK, Ternyata Segini Gajinya dan Ada Santunan

Ketua KPU Depok, Wili Sumarlin mengatakan Depok memiliki 11 kecamatan, sehingga kebutuhan PPK 55 anggota. Tiap kecamatan 5 orang.


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

7 menit lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Pemkab Kediri Prediksi Pembangunan Pasar Ngadiluwih Awal 2025

7 menit lalu

Pemkab Kediri Prediksi Pembangunan Pasar Ngadiluwih Awal 2025

Pemenang tender diperkirakan akhir 2024 dan kontrak pengerjaan sekitar Maret 2025.


Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

10 menit lalu

Ilustrasi kampus ITB.Instagram
Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024


SMP Al Azhar BSD Maju di Sea Sun International Spanyol, Apa Itu Festival Sea Sun International?

11 menit lalu

Puluhan pengunjung menikmati cuaca panas di pantai Cala Aiguablava, di tengah pandemi COVID-19 di Begur, dkat Girona, Costa Brava, 27 Juni 2020. REUTERS/Nacho Doce
SMP Al Azhar BSD Maju di Sea Sun International Spanyol, Apa Itu Festival Sea Sun International?

Sea Sun International adalah kompetisi seni internasional tahunan di Spanyol


Usai jadi Tersangka Dugaan Penodaan Agama, Galih Loss Ditahan di Rutan Polda Metro Jaya

13 menit lalu

Galih Noval Aji Prakoso ditangkap polisi pada 22 April 2024 karena unggahan video di TikTok @galihloss3 soal penyebaran kebencian berbasis SARA. Sumber: Polda Metro Jaya
Usai jadi Tersangka Dugaan Penodaan Agama, Galih Loss Ditahan di Rutan Polda Metro Jaya

Ditreskrimsus Polda Metro Jaya resmi menetapkan Galih Noval Aji Prakoso alias Galih Loss sebagai tersangka dugaan penyebaran kebencian di TikTok.


Bali Maritime Tourism Hub Harus Terintegrasi

18 menit lalu

Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron saat diwawancarai Parlementaria usai mengikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI di Denpasar. Foto: Husen/vel
Bali Maritime Tourism Hub Harus Terintegrasi

Pelindo harus memastikan BMTH menjadi destinasi yang membuat wisatawan mancanegara bisa tinggal lama di Bali.


Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

19 menit lalu

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Temuan Kerangka Manusia di Wonogiri, Polisi Tetapkan Pemilik Pekarangan sebagai Tersangka Pembunuhan

Polres Wonogiri, menetapkan SPY, 44 tahun, sebagai tersangka pembunuhan dalam kasus penemuan kerangka manusia di Desa Setren, Wonogiri.


Ragam Kegiatan yang Mengganggu Fokus saat Mengemudi

20 menit lalu

Ilustrasi fokus mengemudi. (Chevrolet)
Ragam Kegiatan yang Mengganggu Fokus saat Mengemudi

Ada tiga kategori utama pemicu distraksi saat mengemudi, visual, fisik, dan kognitif. Berikut sembilan hal yang bisa mengalihkan perhatian di jalan.