Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sopir

Oleh

image-gnews
Iklan

Khusus di pagi itu W, melihat ke luar jendela, ke arah langit yang masih belum terang penuh, dan bertanya, atau berdoa, atau berharap-harap cemas: "Tuhan seluruh alam, akan bebaskah kita hari ini dari kebencian?"sambil tak sadar ia pakai kata "kita" di kalimat itu. Seakan-akan "Tuhan" termasuk subyek yang ikut bertanya. Mungkin karena ia tak tahu di mana Tuhanjangan-jangan Tuhan akrab merasuk ke dalam dirinyaatau mungkin karena ia makin merasa, di dunia yang berhari-hari dipanasi politik dan maki-maki dan suara bising di TV, Tuhan juga perlu teman untuk melawan kebencian dan kebisingan.

W, perempuan berumur 43 tahun itu, menyukai hening, bukan karena hening punya makna religius yang dalam, tapi karena hening, di kota besar ini, semacam ruang yang bisa bebas dari kolonisasi suara yang menjerit-jerit: dominasi enam pengeras suara sehabis subuh dan knalpot ribuan sepeda motor yang melintas tak jauh dari rumahnya. Hening itu sebentar, tapi begitu berharga dan mengejutkanseperti anggrek putih yang sendirian di kebun di sebelah kamarnya itu, kebun dengan tiga batang pohon dan 3 x 3 meter persegi petak rumput. Anggrek itu di sana tampak yang paling beda, sebuah selingan, sebuah surprise.

Kalau hidup tanpa surprise, apa jadinya dengan Penciptaan? W bertanya pada diri sendiri. Ia ingat seseorang mengutip Kant: "Die Schpfung ist niemals vollendet". Penciptaan tak pernah usai. Pagi bukanlah serangkaian repetisi.

Ia memang merasa bisa bersyukur, pagi ini yang ia dapatkan adalah sejuk yang baru. Mungkin karena setelah beberapa malam yang gerah dan pengap, kebun itu memberinya oksigen yang seakan-akan datang buat pertama kali. Atau mungkin karena burung-burung. Tanpa mengenal mana yang prenjak dan mana yang kutilang, ia dengarkan kicau sehabis gelap itu seperti harapan yang kembali. Ternyata tak semua bisa digusur gedung-gedung kota yang mengalahkan pepohonan tempat beberapa makhluk hinggap dan hidup. Seperti halnya tak semua dibinasakan oleh bising. Biarpun cuma beberapa menit. Kata akhir mengenai kehidupan ini belum bisa diucapkan.

Tapi benarkah? Benarkah selingan dan surprise ringkas itu punya makna yang lebih besar dalam hidupterutama hidup di kota yang luas tapi berjubel itu? Bisakah ia masih berharap dari manusia, bukan dari burung dan kembang?

Pengantar koran datang. Ia malas membaca halaman pertama: terlalu banyak kabar dan statemen buruk. Ia malas membaca halaman opini: terlalu banyak tulisan yang tak memberinya jawab terhadap yang diucapkannya tadi tentang kebencian. Ia hanya membaca halaman iklan, kemudian melupakannya.

Setelah sarapan kecil, ia putuskan untuk pergi lebih pagi ke kantor. Ia tinggalkan secarik kertas dengan pesan kepada suaminya yang baru akan pulang siang nanti dari Yogya, menengok T, anak mereka yang bersekolah di sana: "Makanan sudah aku siapkan di kulkas".

Lalu ia berjalan ke ujung gang, menunggu taksi.

Sopir taksi itu mengenal betul jalan ke arah kantornya di Kemang Timur. Sambil duduk di jok belakang, W mencoba mengirim beberapa pesan pendek lewat telepon genggamnya ke asistennya. Tapi tiba-tiba matanya tertarik ke sebuah foto keluarga yang tak lazim tertempel di dasbor: sepasang suami-istri dan seorang anak perempuan. Pasti sopir itu dan keluarganya.

"Ini anak saya, Bu," tiba-tiba sopir itu berkata, tahu bahwa penumpang di belakangnya memperhatikan foto itu.

"Dia besok akan dioperasi otaknya," katanya lagi.

"Kenapa, Pak?"

"Dia sering pingsan. Dia sudah SMA, anaknya pinter, rapornya bagus. Tapi dia sering pingsan dan harus berhenti bersekolah. Kata dokter, ada cairan dalam otaknya yang mengganggu. Mungkin karena sering jatuh dulu waktu kecil."

"Dia anak kami satu-satunya, Bu. Saya bikin apa saja supaya dia bisa sembuh. Saya orang miskin. Tapi dia harus selamat."

"Pasti mahal sekali biayanya, Pak?"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya berusaha dapat surat keterangan tanda miskin, Bu. Aduh, bukan main susahnya. Saya datang bolak-balik ke kantor Kecamatan Balarajakami tinggal di Tangerangdan selalu ditolak. Malah nggak dilayani. Delapan kali, Bu. Delapan kali saya ke sana, menghadap. Membawa surat lengkap dari RT, RW, kelurahan."

"Sampai sekarang belum dapat surat itu?"

"Akhirnya saya marah, Bu. Saya meledak, begitulah. Saya bilang pada ibu-ibu petugas yang menerima surat-surat itu, 'Apa ibu-ibu nggak pernah punya anak, nggak pernah anaknya sakit?' Saya bilang, 'Baca, nih, Bu, baca: apa yang tertulis di surat dari lurah saya.'"

"Akhirnya mereka baca."

"Lalu?" tanya W.

"Ternyata ibu-ibu itu masih punya hati, Bu. Mereka nangis setelah membaca. Mereka kasih saya surat keterangan itu. Jadi alhamdulillah, saya bisa bawa anak saya ke dokter untuk dioperasi tanpa bayar."

"Syukurlah, Pak, saya ikut senang," sahut W.

Tiba-tiba nada suara sopir itu berubah. "Tapi saya nyesel, Bu, saya jadi sedih banget."

"Saya sedih banget kok saya sampai marah-marah kepada para petugas di kecamatan itu. Itu kurang patut, kan, Bu. Sewenang-wenang, namanya."

W terdiam.

Ia ingat sejuk tadi pagi, setelah malam yang gerah. Ia ingat burung. Ia ingat kembang anggrek. Ia merasakan sesuatu yang mengguncangkan hatinya. Ia bersyukur berjumpa dengan seorang yang seperti jadi jawab untuk doanya tadi pagi. Tapi sengajakah Tuhan membuat keadaan begitu muram hingga selingan seperti kisah sopir itu jadi sangat berarti? Bila demikian apa kehendak-Nya?

W turun dari taksi. Sopir itu berkata: "Doakan, ya Bu, anak saya supaya selamat."

Di kantor, di mejanya, ia berdoa. Untuk seorang anak perempuan yang tak dikenalnya. Tapi ia makin tahu Tuhan tak bisa diduga. Mungkin Ia pertama-tama adalah pengguncang hati. Selebihnya Penciptaan berjalan. Belum selesai.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kata Prabowo Usai Putusan MK: Pertandingan Selesai, Rakyat Minta Semua Bersatu

4 menit lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto, saat ditemui usai mengumpulkan 45 tim hukum Prabowo-Gibran di kediamannya, Jl. Kertanegara No 4, Jakarta Selatan pada Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Kata Prabowo Usai Putusan MK: Pertandingan Selesai, Rakyat Minta Semua Bersatu

Dalam pertemuan itu, Prabowo mengumpulkan 45 tim hukum pada sidang sengketa Pilpres untuk menyampaikan terima kasih.


Budi Karya Optimistis Bandara IKN Bisa Uji Coba Juli 2024

6 menit lalu

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam acara peletakan baru pertama atau groundbreaking pembangunan Bandara VVIP IKN di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu, 1 November 2023. Nantinya pesawat terbesar yang akan dilayani bandara ini adalah Boeing 777-300ER dan Airbus A380. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Budi Karya Optimistis Bandara IKN Bisa Uji Coba Juli 2024

Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi optimistis Bandara Ibu Kota Nusantara atau IKN bisa dilakukan uji coba Juli tahun ini.


Pro-Kontra Soal Hak Angket setelah MK Tolak Gugatan Sengketa Pilpres

8 menit lalu

Massa membawa poster saat menggelar aksi unjuk rasa menuntut pengusutan dugaan kecurangan pemilu serta digulirkannya hak angket di Depan Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat, 8 Maret 2024. Aksi tersebut menuntut DPR RI mendukung hak angket serta pengusutan dugaan kecurangan Pilpres dan Pileg dalam Pemilu 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pro-Kontra Soal Hak Angket setelah MK Tolak Gugatan Sengketa Pilpres

Sejumlah partai politik masih berkeinginan melanjutkan hak angket di DPR.


Penumpang Commuter line di Masa Angkutan Lebaran Mencapai 20 Juta

11 menit lalu

Kereta commuter line,. Foto: Canva
Penumpang Commuter line di Masa Angkutan Lebaran Mencapai 20 Juta

PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI mencatat total 20.944.000 penumpang commuter line selama masa angkutan Lebaran 2024.


BRI Kembali Ingatkan WaspadaI Modus Penipuan Online

17 menit lalu

BRI Kembali Ingatkan WaspadaI Modus Penipuan Online

Aksi penipu yang mengirim file berekstensi APK tetap terjadi. Berikut tips mengatasinya.


Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

18 menit lalu

Ismail Haniyeh REUTERS
Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.


Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

18 menit lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

19 menit lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Ini Arti Nepo Baby, Sebutan yang Baru-Baru Ini Banyak Dibicarakan

19 menit lalu

Ilustrasi syuting. (net)
Ini Arti Nepo Baby, Sebutan yang Baru-Baru Ini Banyak Dibicarakan

Sebutan nepo baby belakangan ini diarahkan kepada salah satu pemeran film Siksa Kubur


AgenBRILink Layani Kebutuhan Perbankan Masyarakat Selama Libur Lebaran

26 menit lalu

AgenBRILink Layani Kebutuhan Perbankan Masyarakat Selama Libur Lebaran

796 ribu agen laku pandainya yakni AgenBRILink siap melayani berbagai kebutuhan perbankan nasabah.