Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Poltak

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia

Tak pernah sekali pun saya meminta pendapat kepada orang lain untuk menulis. Kalau ingin menulis, ya, menulis saja. Kecuali kali ini, ketika saya ingin menulis tentang Ruhut Poltak Sitompul.

Saya menemui Romo Imam hanya untuk hal yang tak lazim: apakah saya etis mengomentari pendapat Ruhut Sitompul sekitar masa jabatan presiden. Tak saya duga, Romo Imam melarang. "Masa jabatan presiden adalah soal yang sudah selesai. Kenapa pernyataan itu ditanggapi dengan ramai?" tanya Romo.

"Bukan itu yang mau saya tulis," kata saya. "Kenapa Ruhut melontarkan gagasan seperti itu? Apakah cuaca ekstrem ikut mempengaruhi pola pikir para politikus? Siapa tahu ada pengaruhnya, banjir terjadi di bulan Agustus, padahal hujan di bulan Juni saja membuat Sapardi menulis puisi."

Romo tertawa, "Itu terlalu jauh. Politikus sekarang ini bukan lagi profesi, politikus bukan sebuah minat yang dipelihara dengan ketekunan mengasah diri, politikus juga bukan pengabdian, ah, yang terakhir ini sudah tahi kucing. Seorang pemain sinetron yang punya uang bisa menjadi anggota Dewan, seorang anak bupati bisa menjadi bupati dengan memanfaatkan uang dari bapaknya yang masih menjabat. Masalahnya adalah uang, karena pemilihan apa pun sekarang ini semuanya ditentukan oleh uang. Nah, setelah jabatan diperoleh, orang-orang itu kembali kepada habitat aslinya. Yang doyan ngomong jorok kembali ngomong jorok, yang doyan kawin kembali selingkuh. Tentu saja itu sebagai selingan dari pekerjaan utamanya, yaitu korupsi. Ya, korupsi dengan berbagai cara, termasuk membuat anggaran yang tak masuk akal, seperti dana aspirasi, dana desa, rumah aspirasi, dan segudang kebusukan lainnya."

Saya pikir Romo terlalu melebar. "Romo, yang tadi menarik, tetapi saya tak berminat. Yang saya maksudkan, kenapa orang seperti Ruhut bicara soal masa jabatan presiden?" kata saya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Banyak teori soal itu, dari teori paling dangkal sampai paling dalam," jawab Romo. "Yang paling dangkal, Ruhut disuruh bicara seperti itu untuk tes, apa reaksi masyarakat. Siapa tahu masyarakat mendukungnya. Kalau masyarakat mendukung, artinya terjadi ketidakpedulian di masyarakat atau rakyat sudah masa bodoh. Mau tiga periode atau sepuluh periode, enggak usah dipikir. Bangsa ini jadi bangsa bekicot, tak pernah maju. Teori yang lebih dalam, Ruhut disuruh bicara ngawur, ya, semacam tokoh antagonis dalam sinetron, agar ada kesempatan untuk menaikkan pamor dan citra sang pemain utama, sang pahlawan. Kalau Ruhut tak bicara ngawur, kapan Presiden SBY punya kesempatan menjelaskan ketidaksetujuannya dengan jabatan presiden diperpanjang sampai mengutip sejarawan Inggris, John Dalberg-Acton, segala? Jadi SBY dapat poin dari cara Ruhut yang ngaco itu."

"Itulah masalahnya kenapa saya mau menulis Ruhut. SBY bukan dapat poin, justru kehilangan poin. Kalau saya menjadi SBY, saya sangat terhina dipuji dengan cara vulgar ala Ruhut itu. Rendah hati, jujur, membela rakyat, dan entah apalagi, diucapkan dengan cara seorang ibu memuji anaknya di forum arisan, sungguh tak bisa saya bayangkan keluar dari mulut seorang politikus yang menjadi ketua partai besar. SBY kan bukan anak kecil, beliau kan sangat terpandang."

"Sebentar," Romo memotong. "Bagaimana kalau SBY memang suka pujian vulgar begitu? Ya, siapa tahu, kekuasaan membuat orang manja. Lagu SBY--dan bukan pendapatnya yang bernas--juga dijual di situs kepresidenan. Karena itu, sudahlah, tak usah menulis soal Ruhut."

Saya menyerah dan menjawab dengan pelan. "Baik Romo, saya akan menulis tentang Poltak saja."

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

4 menit lalu

Anggota Komisi II DPR RI M Rakyan Ihsan Yunus duduk di ruang tunggu sebelum menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis 25 Februari 2021. Ihsan dipanggil sebagai saksi untuk tersangka MJS (Matheus Joko Santoso) dalam kasus dugaan suap pengadaan bantuan sosial (bansos) COVID-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Politikus PDIP Ihsan Yunus Penuhi Pemeriksaan KPK sebagai Saksi Korupsi APD Kemenkes 2020

KPK memeriksa politikus PDIP Ihsan Yunus dalam kasus dugaan korupsi APD Kemenkes 2020 di Gedung Merah Putih KPK, Kamis, 18 April 2024.


Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

4 menit lalu

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri.
Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri termasuk Setya Novanto dan Djoko Susilo.


Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

5 menit lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi saat pertemuan di Moskow, Rusia 7 Desember 2023. Sputnik/Sergei Bobylev/Pool via REUTERS
Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

Putin menelepon Ebrahim Raisi untuk membahas serangan Iran ke Israel.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

9 menit lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


Polda Metro Jaya Tetapkan Pengemudi Fortuner sebagai Tersangka Kasus Pemalsuan Pelat Dinas TNI

9 menit lalu

Konferensi Pers  Direktorat Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya bersama dengan jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) terkait pengungkapan kasus pemalsuan plat nomor dinas, yang diselenggarakan pada Kamis, 18 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Polda Metro Jaya Tetapkan Pengemudi Fortuner sebagai Tersangka Kasus Pemalsuan Pelat Dinas TNI

Polda Metro Jaya menetapkan pengemudi mobil fortuner nomor dinas TNI yang viral di media sosial sebagai tersangka kasus pemalusan pelat nomor.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

12 menit lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

13 menit lalu

Kim Sae Ron. Instagram/@ron_sae.
Kim Sae Ron Mundur dari Teater Dongchimi Sehari Setelah Diumumkan

Kim Sae Ron batal comeback dengan tampil sebagai pemeran di pertunjukan teater Dongchimi mendatang. Diduga karena kondisi mentalnya memburuk.


Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

16 menit lalu

Kabel yang Akibatkan Kecelakaan di Medan Dipastikan Bukan Milik Telkom

Telkom berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik melalui perangkat dan aset-aset yang dimiliki.


Chat Sering Tenggelam, WhatsApp Luncurkan Fitur Filter Obrolan untuk Mengatasinya

17 menit lalu

WhatsApp Luncurkan Fitur Filter Chat (Phone Arena)
Chat Sering Tenggelam, WhatsApp Luncurkan Fitur Filter Obrolan untuk Mengatasinya

Fitur baru WhatsApp ini memungkinkan pengguna untuk mengetahui pesan baru atau yang terlewatkan dari pandangannya.


Suporter Bayer Leverkusen Ingin Abadikan Xabi Alonso Jadi Nama Jalan, tapi Terbentur Aturan

18 menit lalu

Pelatih Bayer Leverkusen Xabi Alonso.  REUTERS/Wolfgang Rattay
Suporter Bayer Leverkusen Ingin Abadikan Xabi Alonso Jadi Nama Jalan, tapi Terbentur Aturan

Para suporter Bayer Leverkusen ingin mengabadikan Xabi Alonso menjadi nama jalan. Terbentur Peraturan Daerah.