Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Yang-Lain

Oleh

image-gnews
Iklan

Beberapa saat sebelum ia tewas, Karna tahu ia akan kalah. Dan ia akan kalah dengan kesadaran yang pahit: ia akhirnya memang bukan apa-apa. Ia merasa diri telah bertempur dengan keberanian seorang pendekar perang, tapi siapakah dia sebenarnya? Bukan seorang dari keluarga Kurawa yang dibelanya. Bukan seorang ksatria seperti para pangeran di pertempuran di Kurusetra itu. Ia hanya seorang yang, ketika terpojok, tak bisa membaca lengkap mantra yang mungkin akan menyelamatkannya dari panah Arjuna.

Saat terlalu sempit untuk memaki atau menangisi nasib. Tapi ia ingat: mantra yang lengkap itu tak diberikan kepadanya oleh gurunya, Rama Bargawa. Sang guru membatalkan memberinya versi yang penuh, karena ia dianggap telah berdusta: ketika ia datang berguru, Karna tak mengaku ia datang dari kasta ksatriakasta yang bagi Rama Bargawa, yang berasal dari kaum brahmana dan punya dendam khusus kepada para ksatria, harus dimusnahkan.

"Tapi hamba memang bukan dari kasta itu," Karna ingin memprotes ketika sang guru membongkar "kepalsuan" dirinya. Tapi protes itu, seperti air matanya, harus ia tahan. Ia segera kembali ke asrama, mengemasi pakaian dan busur serta panahnya, lalu pergi seperti dikehendaki: seorang murid yang diusir.

Tidak, Rama Bargawa tak akan mempertimbangkannya kembali. Guru ini merasa tahu bagaimana dengan tepat meletakkan orang lain. Baginya tak ada yang tak terduga: manusia selalu ada dalam kategori tertentu. Kasta. Asal-usul. Agama. Kategori itu memberinya kekuatan, juga kekuasaan, untuk mengerti dan menguasai benda-benda dan apa saja yang di luar dirinya. Anak muda tampan dan cerdas yang dulu datang kepadanya untuk berguru itu harus seorang ksatria, apabila ia bukan brahmana. Identitas itu kukuh, dan harus ditegakkan. Bagi Rama Bargawa, tak ada yang tak dapat digolongkan.

Yang tak diketahui Bargawa ialah bahwa Karna justru tak dapat digolongkan. Kisah hidupnya kita kenal: seorang bayi hanyut di sungai, dalam sebuah kotak kulit, tak tahu dibuang dari mana dan oleh siapa. Orang hanya bisa menduga: kotak itu, dan selimut yang menutupi tubuh bayi itu, menunjukkan orok itu bukan berasal dari kaum kebanyakan. Tapi ia akhirnya harus bernasib lain. Seorang perempuan, istri seorang sais kereta, menemukannya, menyelamatkannya, dan akhirnya mengadopsinya. Karna tumbuh sebagai anak hingga remaja sebagai bagian dari kasta para sais. Tapi benarkah? Ia mencintai ayah-ibu angkatnya, tapi orang-orang selalu mengatakan bahwa ia anak dapat, ia tak sama dengan orang-orang di dusun itu. Ia berbeda.

Tapi siapa dia? Apa dia?

Dalam kisah Karna, Mahabharata menampilkan sebuah sisipan tragedi: seorang telah dengan sia-sia, meskipun heroik, mencoba melawan takdir yang tak adil. Di Kurusetra, di perang tanding dengan Arjuna itu, Karna tahu: ia kalah, ia mati, karena ia lahir dengan identitas yang tak bisa dirumuskan, tapi oleh bahasa Sang Guru, ia ditunjuk dengan pasti dan bencidan mantra sakti itu bukan untuknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sini yang kejam bukan hanya nasib. Yang kejam adalah imperialisme pikiran ala Bargawa yang selalu ingin menaklukkan, bahkan mematikan, "non-identitas". Atau selalu ingin meringkus hal-hal yang tak bisa dikategorikan, dengan mengidentifikasikan unsur-unsur yang sama dalam benda-benda. Dalam penyusunan kategori, "yang-lain" harus ditiadakan. "Yang-lain" harus ditransformasikan ke dalam desainku yang satu. "Yang-lain" harus diubah sebagai, atau ke dalam, sesuatu yang sama.

Dalam imperialisme pikiran itu, Rama Bargawa tak sendiri. "Tiap kesadaran," kata Hegel, "memburu kematian yang-lain." Kata-kata itu mungkin terlalu berlebihan, tapi dalam kenyataan, "yang-lain", "yang-beda", selamanya tak diakui, atau diringkus. Dan Karna mati. Ia adalah "yang-lain", yang di luar kasta dan kaum. Ia bukan ksatria, bukan pula brahmana atau sudra; ia bukan Kurawa, bukan pula Pandawa. Memang pernah, ia diangkat jadi adipati dalam wilayah kekuasaan Kurawa. Memang pernah, Kunti, ibu para Pandawa, mengaku bahwa Karna adalah anaknya yang dulu ia buang karena ia tak berani hidup dengan bayi yang ayahnya tak jelas. Tapi nasib sudah mencengkeram: ia, Karna, senantiasa berada di luar, sejak lahir sampai dengan mati.

Tapi Mahabharata tak menghukumnya. Para dalang tak melukiskan Karna sebagai tokoh yang sial. Dalam sebuah cerita yang membuka keragaman yang demikian besar, Karna bisa membuat kita lebih mengerti tentang manusia. Kita bisa mengerti bahwa orang lain tak pernah bisa kita rumuskankecuali dengan kebencian dan dendam. Orang lain adalah lain, berbeda, tapi ia tak mutlak berbeda. Sesuatu yang mutlak berbeda tak dapat disebut berbeda, karena tak dapat dibandingkan. Terapung-apung antara "beda" dan "sama" itulah yang membuat manusia bisa merasakan apa yang ditanggungkan liyan: orang lain yang juga bisa disebut "sesama".

Maka kita pun ikut berkabung untuk Karna.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

9 menit lalu

Kapolda Papua Barat bersama pimpinan TNI memberikan keterangan pres terkait kasus bentrok antara personel TNI AL dan anggota Brimob di Polresta Sorong Kota, Ahad, 14 April 2024. Foto: ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu
Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

Pasca-bentrokan antara Brimob dan TNI AL di Pelabuhan Sorong, diketahui sebelumnya di beberapa daerah di Indonesia, konflik serupa pernah terjadi.


Bandara Sam Ratulangi Ditutup karena Gunung Ruang Erupsi, Maskapai Diimbau Beri Kompensasi ke Penumpang

9 menit lalu

Suasana di Bandara Samrat para penumpang telah berada di ruang tunggu untuk menunggu keberangkatan, di Manado, Kamis 18 April 2024. ANTARA/Nancy L Tigauw.
Bandara Sam Ratulangi Ditutup karena Gunung Ruang Erupsi, Maskapai Diimbau Beri Kompensasi ke Penumpang

Maskapai diimbau untuk memberi kompensasi ke penumpang yang terimbas penutupan sementara Bandara Sam Ratulangi akibat erupsi Gunung Ruang.


Prediksi AS Roma vs AC Milan di Leg Kedua Perempat Final Liga Europa Jumat Dinihari WIB

10 menit lalu

Pemain AS Roma Gianluca Mancini mencetak gol ke gawang AC Milan dalam pertandingan leg pertama perempat final Liga Eropa di  San Siro, Milan, 12 April 2024. REUTERS/Alessandro Garofalo
Prediksi AS Roma vs AC Milan di Leg Kedua Perempat Final Liga Europa Jumat Dinihari WIB

AS Roma akan menjamu AC Milan pada leg kedua perempat final Liga Europa dengan keunggulan agregat 1-0 dari kemenangan pekan lalu.


Kembali Disinggung Presiden Jokowi, Apa Kabar RUU Perampasan Aset?

10 menit lalu

Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Kembali Disinggung Presiden Jokowi, Apa Kabar RUU Perampasan Aset?

RUU Perampasan Aset sudah diinisiasi oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan pada 2008 di era pemerintahan SBY.


Suami Zaskia Gotik Akui Transfer Uang ke Terdakwa Korupsi Pembangunan Gereja Kingmi Mile 32 Mimika

14 menit lalu

Suami Zaskia Gotik, Sirajuddin Mahmud menjadi saksi dalam sidang korupsi pembangunan Gereja Kingmi Mile 32 Mimika Papua di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis, 18 April 2024. Tempo/Adil Al hasan
Suami Zaskia Gotik Akui Transfer Uang ke Terdakwa Korupsi Pembangunan Gereja Kingmi Mile 32 Mimika

Suami Zaskia Gotik menjadi saksi dalam sidang korupsi pembangunan Gereja Kingmi Mile 32 Mimika Papua.


Enam Hari Perayaan Songkran di Thailand, Ada 243 Korban karena Kecelakaan Lalu Lintas

20 menit lalu

Enam Hari Perayaan Songkran di Thailand, Ada 243 Korban karena Kecelakaan Lalu Lintas

Perayaan Songkran dijuluki sebagai tujuh hari berbahaya karena banyaknya korban di jalan raya karena kecelakaan.


Poin-poin Penting Pertemuan Jokowi - CEO Apple Tim Cook di Jakarta

22 menit lalu

Poin-poin Penting Pertemuan Jokowi - CEO Apple Tim Cook di Jakarta

Jokowi bertemu dengan Chief Executive Officer atau CEO Apple Tim Cook. Apa yang dibahas dan disepakati?


3 Pencapaian Film Badarawuhi di Desa Penari

23 menit lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
3 Pencapaian Film Badarawuhi di Desa Penari

Film Badarawuhi di Desa Penari telah tayang 11 April 2024


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

24 menit lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

35 menit lalu

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (ketujuh kanan), Ketua MPR Bambang Soesatyo (delapan kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (keenam kanan) dan puluhan delegasi pimpinan MPR negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) foto bersama seusai pembukaan Konferensi Internasional secara resmi di Gedung Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Selasa 25 Oktober 2022. Konferensi Pimpinan MPR Negara-negara OKI tersebut merupakan pertemuan Internasional untuk membahas forum MPR dalam mewujudkan perdamaian dunia dan penguatan parlemen dari negara-negara Islam. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.